Happy Reading 🍡 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡
Seorang pria tampan memijit-mijit pelipisnya yang berdenyut sakit. Bayangan gadis yang dia peluk kemarin tak bisa hilang begitu saja.
"Huffhhh sial. Hanya memikirkan nya saja, badanku sudah merinding begini." Umpatnya kasar.
"Bagaimana Okkhy?" Dia memejamkan mata lelah. Beban pekerjaan. Beban pikiran menimpa pundaknya.
"Saya sudah mendapatkan identitas Nona Cia, Tuan," ucap Okkhy.
"Bacakan." Pria itu memejamkan matanya.
"Namanya Nona Delicia Ellen, gadis kampung yang berkuliah di Jakarta. Dia tinggal di kost-kostan bersama keempat temannya. Sekarang dia bekerja di Rianti Caffe." Jelas Okkhy.
"Apa dia punya pacar?"
"Hem, tidak ada Tuan." Jawab Okkhy.
"Bagus. Besok kita temui gadis itu dikost nya. Dia harus bertanggungjawab karena sudah membuatku tak bisa mengusirnya dari pikiran ku," ucapnya terdengar lelah dan sendu.
Okkhy tersenyum. Setidaknya ada perubahan dengan Tuan-nya ini yang sebelumnya lelaki alergi wanita dan kini sedang memikirkan wanita. Bukankah ini perubahan yang signifikan?
"Baik Tuan."
"Kau boleh keluar." Usirnya.
"Baik Tuan saya permisi," ucap Okkhy tak lupa dia membungkuk hormat lalu melenggang keluar dari ruangan sang Tuan.
Delvano Laurent Koscielny pria tampan berusia 30 tahun. Kadang dia merasa berbeda dari teman-teman nya. Merasa aneh dengan dirinya. Dia terlahir dari rahim wanita tapi dia sendiri alergi wanita bahkan tak bisa disentuh oleh Ibu nya sendiri.
Berbagai macam dilakukan oleh orangtua Delvano untuk menyembuhkan penyakit putra mereka itu. Bahkan dokter-dokter terbaik sudah dikerahkan. Namun hasilnya tetap sama. Delvano alergi pada wanita. Dia tidak bisa disentuh oleh wanita. Untung dia tidak mudah saat melihat wanita. Dia hanya akan alergi jika bersentuhan saja.
"Hem, aku yakin gadis itu memiliki pelet hingga membuat ku tak bisa berhenti memikirkan nya." Tuduh nya.
"Lihat saja nanti. Akan kubuat dia bertekuk lutut padaku. Dan menjadi milik ku." Delvano tersenyum licik.
Pria itu beranjak dari duduknya. Lalu nenyambar jas yang memasang sengaja dia gantung diatas kursi kebesaran nya. Dia keluar dari ruangan kerjanya. Waktunya makan siang.
"Ky."
"Baik Tuan."
Okkhy mengekor dari belakang. Beberapa hari ini Tuan-nya memang aneh. Biasanya kalau makan siang dia lebih memilih diruangan saja dan makan sendiri karena tidak suka diganggu oleh orang lain. Tapi hari ini, ada apa dengan Tuan-nya itu?
"Kita ke caffe Rianti."
"Baik Tuan."
Delvano mendesah kesal ketika melihat ponselnya bergetar siapa lagi yang menelpon kalau bukan Ibunya. Ibunya itu masih Keukeh menjodohkan dia dengan anak rekan bisnis nya.
"Ada apa Mom?"
"Aku makan siang diluar."
"Iya." Jawab Delvano malas.
Pria itu tampak frustasi dengan desakkan kedua orangtuanya untuk menikah. Padahal orangtuanya tahu kalau dia alergi wanita, bagaimana bisa menikah. Mau pun dia menikah, hanya menikahi gadis yang dia temui dicaffe kemarin dan sampai sekarang gadis itu sama sekali tidak bisa lari dari pikiran nya.
Sampai di caffe, Delvano turun tanpa menunggu Okkhy membuka pintu untuknya. Dia seolah tak sabar bertemu gadis yang terus berlari dipikiran ha beberapa hari ini.
"Selamat datang Tuan Delvano." Sapa Rianti ramah.
Caffe Rianti memang menjadi caffe langganan Delvano. Setiap ada meeting diluar pasti Delvano memilih caffe ini. Selain tempatnya yang nyaman para pelayan yang bekerja disini juga tertib dan teratur, tidak sombong ramah dan murah senyum.
"Hem, siapkan ruang VVIP, dan bawa gadis aneh itu kesini." Perintah Delvano.
Rianti sudah was-was, takut jika Delvano membenarkan ucapannya kemarin yang akan menikahi Cia. Sampai kapan pun Rianti takkan rela jika Delvano menikahi Cia karena Cia adalah calon adik iparnya. Cia cocok menikah dengan adiknya yang playboy kelas kakap itu.
"Baik Tuan."
.
.
.
.
.
Cia duduk sambil menunduk dengan jari yang saling meremas satu sama lain. Sedangkan keringat mengucur didahinya. Dia masih enggan menatap pria yang makan didepan nya ini.
Cia hampir jantungan ketika tahu siapa Delvano. Bukan takut karena pria ini kaya dan tampan tapi takut kalau pria ini sungguh-sungguh melaporkan dirinya ke polisi gara-gara kasus dia yang tidak sengaja menumpahkan minuman di jas Delvano tempo hari.
Sementara Delvano tersenyum licik. Demi Tuhan gadis ini sangat menarik. Entah menarik hatinya atau karena gadis ini tidak membuatnya alergi.
"Kamu tahu kan kesalahan kamu dimana?" Delvano menatap Cia dengan senyuman smirk.
Cia menggeleng dengan polos "Emangnya kesalahan Cia apa Om?" Tanya gadis itu heran "Masalah jas Om kemarin ya Om. Kan Cia udah minta maaf Om. Udah bertanggungjawab juga bersihinin nya," ucap Cia membela diri.
"Membersihkan saja tidak cukup. Saya mau kamu bertanggungjawab." Sahut Delvano santai sambil menyesap minumannya.
"Bertanggungjawab apa lagi Om? Kalau misalnya Om suruh Cia ganti jas itu. Cia bisa kok Om, tapi lama. Jas Om pasti mahal. Cia jual gingal aja enggak bakal kebayar Om." Celoteh gadis itu terus mengoceh.
Delvano menahan senyumnya. Lucu sekali saat Cia bilang menjual ginjal. Baju itu memang mahal tapi tidak seharga ginjal, ada-ada saja gadis ini?
"Hem, kamu harus menikah sama saya." Delvano melipat kedua tangannya didada.
"Om yang benar aja. Masa tumpahin minuman di jas Om, bayarannya nikah sama Om. Cia enggak mau Om." Wajahnya cemberut dan bibir menggerecut kesal.
Delvano malah tersenyum. Dia sama sekali tak tersinggung justru dia semakin nekad untuk menjerat Cia menjadi istrinya.
"Saya tidak menerima penolakan karena ini perintah." Tegas Delvano.
"Perintah Om itu aneh banget. Cia enggak mau nikah sama Om. Cia itu mau nikah sama cowok yang sayang sama Cia dan Cia sayang sama dia. Sama Om kenal juga enggak." Cia memutar bola matanya malas.
Delvano terkejut "Serius kamu enggak kenal saya?" Tanyanya setengah tak percaya.
"Dua rius." Jawab Cia asal sambil menunjukkan dua jari berbentuk v "Om udah kan makannya? Cia mau balik kerja dulu Om. Ntar kalau enggak kerja mau makan apa?" Ujarnya
"Urusan kita belum selesai. Enak saja kamu main pergi-pergi begitu." Omel Delvano.
"Urusan apa lagi Om? Kan Om udah dengar jawaban Cia, kalau Cia enggak mau nikah sama Om. Cia enggak cinta sama Om." Jawab Cia.
"Oke kalau kamu tidak mau. Saya bisa sebar berita ke media sosial atas ketidakberesan pelayan caffe ini. Caffe ini bisa sepi atau bahkan bisa bangkrut." Ancam Delvano.
"Iihhh enggak bisa gitu dong Om. Kalau caffenya bangkrut kasihan Kak Rianti." Cia menghentakkan kakinya kesal.
"Ya itu kan urusan kamu bukan urusan saya." Ketus Delvano melipat kedua tangannya didada sambil menahan tawa melihat ekspresi Cia.
"Tahuuu ahhh. Cia ngambek. Om jahat." Dia berdiri dari duduknya.
Delvano menarik tangan gadis itu hingga terduduk dipangkuan nya.
"Om." Cia terkejut.
Sekali lagi Delvano terpesona dengan bola mata Cia. Dia hanya ingin memastikan, apakah alerginya sudah sembuh atau bagaimana? Dan rasanya masih sama, perasaan nya nyaman dan tenang.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Wahh UNTUNG di kamunya Rianti adek kamu Cassanova,Noh Cia masih fresh gitu,Jadi RUGI dong di Cia nya..
2024-03-25
0
Qaisaa Nazarudin
Aku palingnsuka baca cowok yg ALERGI cewek,Dari harus baca kisah Cowok sang Cassanova, celup sana celup sini, Eh saat nikahnya dapat yg perawan, kesel aja aku bacanya, Gak adil rasanya..
2024-03-25
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘣𝘦𝘳𝘢𝘳𝘵𝘪 𝘑𝘰𝘥𝘪𝘰𝘩 𝘯𝘺𝘢 𝘊𝘪𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘋𝘦𝘭𝘷𝘢𝘯𝘰 𝘣𝘬𝘯 𝘢𝘥𝘪𝘬 𝘯𝘺𝘢 𝘙𝘪𝘢𝘯𝘵𝘺
2023-05-20
1