11. Misterius

"Oh, jadi kamu yang namanya Putri? Cantik, persis seperti namanya Putri" Arumi memuji kecantikannya Putri.

Putri yang mendengar pujian dari Arumi hanya bisa tersenyum hangat, Ia juga mengendalikan dirinya supaya tidak kelepasan karna saat ini di hadapannya ada Aufal dan kedua orang tua Aufal.

"Sepertinya anda salah, karna menurut saya andalah yang cantik" Sahut Niela lembut tentunya dengan suara palsunya itu.

"Dan ini papa saya namanya Rafael, kalau ini mama saya namanya Arumi" Kata Aufal memperkenalkan kedua orang tuanya pada Niela.

Niela pun mencium punggung tangan kedua orang tua Aufal secara bergantian, setelahnya Niela dan kedua orang tua Aufal berbicang bincang banyak hal tentunya Aufal juga ikut menimpali perbincangan hangat itu.

Tak selang lama Niela mendapatkan pesan dari sang asisten pribadinya, siapa lagi kalau bukan Bintang?

"Maaf mas, om, tante. Kayaknya saya harus segera pergi, saya pamit dulu ya semuanya" Pamit Niela pada ketiganya.

Setelah kepergiannya Niela, Rafael menatap sang anak sulungnya yang tampak bahagia setelah bertemu dengan seorang gadis yang baru saja pergi dari hadapannya.

"Tampaknya kau bahagia son ?" Tanya Rafael.

"Bagaimana menurut papa? Pilihanku kali ini tepatkan?" Bukannya menjawab, Aufal malah balik nanya sambil menaik turunkan sebelah alisnya.

"Jangan terburu buru son, kami akan menunggu keputusan dari pihak keluarga Niela, ingat Niela dan kamu masih dalam perjodohan" Sahut Rafael tak mau kalah.

Ketiganya pun masuk kedalam ruangan private room yang sudah di sediakan, dan ketiganya pun tampak langsung menikmati hidangan yang telah di sajikan.

...* * *...

Sepulangnya dari cafe, Niela menyempatkan diri untuk mampir terlebih dahulu ke apartementnya, ia berganti pakaian dan mengambil jaket untuk menutupi seragam magangnya itu.

Niela meraih ransel yang di dalamnya sudah ada laptop dan lainnya lalu beranjak turun dari apartementnya menuju lobby, sejauh ini masih tidak ada yang mencurigakan hingga akhirnya Niela sampai di tempat parkiran, Niela tak sengaja menyinggol seorang misterius yang mengenakan hodie hitam, topi yang di turunkan kebawah dan jangan lupakan masker hitam dan kacamata bitam yang semakin menambah kesan misteriusnya.

Niela hanya acuh tak acuh pada orang tersebut dan meninggalkannya, namun saat Niela membuka pintu mobilnya orang minterius tersebut berbisik.

'Jangan pernah ada niatan untuk menghindar dariku baby '

Niela tersentak kaget saat mendengar bisikan tersebut, Niela berbalik dengan secepat mungkin namun ia kalah cepat. Saat Niela berbalik orang minterius tersebut sudah menjauh dan hanya terlihat punggungnya saja.

Karna sifat acuh tak acuhnya tertanam sejak kecil, Niela hanya menghela nafas berat mengangkat kedua bahunya acuh dan masuk kedalam mobilnua serta mengendarai mobilnya membelah jalan raya dengan kecepatan rata rata, namun Niela menambahkan kecepatan lajunya saat di rasa laju mobilnya melamban, padahalkan tidak.

...* * *...

"Selesai juga" Gumam Aufal.

Siang ini Aufal baru menyelesaikan berkas berkas yang harus di tanda tangani olehnya, meski hanya tanda tangan namun Aufal membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya, karna Aufal harus mengecek berkas apa saja yang harus ia tanda tangani dan mempelajari itu semua.

Setelah semuanya selesai, Aufal beranjak dari tempat duduknya dan merapikan jaznya. Karna siang ini Aufal ada kelas siang mau tidak mau Ia harus pergi kekampus siang ini juga.

Saat melewati ruangannya Niela, Aufal berhenti sejenak dan memerhatikan Niela yang tampak sibuk dengan berkas di tangannya, meski kelihatannya sibuk namun tak urung raut wajahnya tidak memperlihatkan kesibukannya, bahkan terlihat sangat santai.

Aufal menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan langkahnya, karna kelas siangnya sebentar lagi akan di mulai, dan Aufal tidak mau ketinggalan kelas siangnya itu.

Di waktu yang bersamaan, seorang misterius yang di temui Niela tadi pagi tampak memerhatikan Niela dari tempat yang sulit di jangkau dan aman tentunya.

Pria misterius itu memerhatikan gerak gerik Niela dengan santai, namun tak urung Pria misterius itu menyunggingkan senyum manisnya di balik masker hitamnya itu.

Tadi pagi Pria misterius itu tidak sengaja melihat Niela yang sedang berbincang dengan Aufal di sebuah cafe, dan dari situ pria misterius itupu membuntuti Niela hingga sampai di kantor Aufal tadi pagi.

"You beutifull my princess, i like you more my princess" Ujarnya dengan senyum devilnya.

Pria misterius itu terus menerus memerhatikan ruang kerja Niela dan tampak menikmati wajah cantik Niela yang tampak fokus bekerja, karna merasa ada yang harus ia kerjakan siang ini ia pun lantas beranjak dari tempatnya menuju tempat parkiran.

Di sisi lain Niela yang tampak sedang di perhatikan pun menoleh ke arah yang menurutnya ada orang di sana, namun hasilnya nihil Niela tidak menemukan seotang pun di sana, hanya saja Niela mendapatkan keanehan saat melihat cendela yang tampak tidak tertutup rapat.

'Aneh, sepeerinya gue harus bertindak' Batin Niela lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

Niela tampak menyelesaikan pekerjaannya dan beralih mengambil laptopnya, namun sebelum itu Niela sudah mengirim pesan pada seseorang dan melanjutkan kegiatannya itu.

Niela memang boleh sibuk dengan urusan pribadi atau magangnya itu, namun Niela berkometmen tidak akan pernah meninggalkan perusahannya itu, sesibuk apa pun itu Niela akan tetap berusaha untuk terus memantau perkembangan perusahannya itu.

Sepertinya Niela melupakan sesuatu, tapi apa ya? Niela tampak berfikir keras saat merasakan kejanggalan yang saat ini Niela rasa, sampai pada akhirnya Niela ingat sesuatu.

MAKAN, ya ini sudah jam makan siang dan seharusnya Niela mengisi perut kosongnya itu, namun apa ini? Sampai saat ini Niela pun masih belum mengisi perutnya yang keroncongan sedari tadi.

"Oh astaga Niela, kamu sendiri lupa sama jadwal rutin kamu sendiri" Monolog Niela pada dirinya sendiri sambil menjitak keningnya pelan.

Niela pun beegegas menyelesaikan pekerjaannya dan menaruh kembali laptopnya kedalam ranselnya, dan tidak lupa sebelum keluar dari ruangannya Niela mengabari kedua sahabatnya itu untuk makan siang bersama di sebuah restourant dekat kantor magangnya itu.

...* * *...

Malam yang begitu menyejukan, berbeda dengan malam malam sebelumnya, malam ini seorang pria sedang mengetuk ngetuk meja sesekali tersenyum mengingat wajah yang selama ini ia rindukan kini ia bisa melihatnya kembali tadi pagi, bahkam sampai tadi siang.

Ah, rasanya ia ingin sekali memeluk gadisnya itu untuk yang kesekian kalinya, ia terus teringat wajah cantiknya Niela, senyum manisnya, tatapannya, serta segala apa pun yang gadis itu meliki.

"Kamu selalu membuatku candu Niela"Ujarnya dengan suara beratnya.

Tidak apa jika ia tidak mengetahui tempattinggalnya yang penting ia mengetahui tempat magangnya saja sudah lebih dari cukup, apa lagi selama ini gadisnya tidak pernah tau tentang perasaannya.

"I love you more, baby" Lirihnya sambil meneguk wine kesukaannya.

Ia mungkin sudah berlebihan, mencintai seorang gadis yang gadisnya sendiri pun tidak tau siapa dia, bahkan bisa di bilang jika ia sendiri masa lalunya yang datang secara tiba tiba dan menitipkan hatinya pada seorang gadis yang selama ini mengganggu hati dan fikirannya itu.

Namun, tidak bisa di pungkiri jika cintanya itu telah berubah menjadi sebuah obsesi yang harus ia dapatkan dengan cara apa pu itu.

Pria tersebut tersenyum simpul kala mengingat deretan kejadian tadi pagi, sungguh ia menikmati wajah cantik gadisnya itu meski hanya dati jarak jauh sekalipun.

"Kapan ku bisa memilikimu seutuhnya Niela?" Pertanyaan yang tak kan mungkin bisa ada yang menjawabnya, kecuali takdir MUNGKIN ingat, hanya KEMUNGKINAN SAJA.

...* * *...

"Aaaaaaggggghhhhhh"

Niela mengerang kesakitan, barusan Niela tidak sengaja menabrak pohon di sebuah tikungan yang menyebabkan kepalanya terbentur stir mobilnya dengan sangat keras, dengan susah payah Niela keluar dari dalam mobilnya dengan mengerahkan semua sisa tenaganya itu.

Niela masih bisa keluar dengan selamat, tentunya ranselnya juga berhasil Niela bawa keluar dan sedmua data data perusahaan aman tentunya. Tadi mobilnya hilang kendali hingga menabrak pohon serta sempat berguling guling, namun Niela masih bisa bertahan meski tenaganya sudah terkuras habis.

Niela berjalan tertatih tatih menuju mansion miliknya yang sebentar lagi sampai, namun karna Niela berjalan dengan sangat pelan tentunya mansionnya terlihat sangat jauh, padahal kalau orang biasa orang yang bertenaga itu sudah cukup dekat.

Sebenarnya bisa saja Niela menghubingi salah satu security atau bahkan bodyguard untuk meminta di jemput, namun Niela tidak mau mengkhawatirkan seisi mansion jikalau mendengar kabar buruk tentangnya.

Niela terus berjalan tertatih tatih sambil memeluk ranselnya, berjalan secepat mungkin supaya bisa segera sampai di mansionnya.

Jika orang biasa berjalan santai pasti akan sampai sekitar lima menit yang lalu ke mansionnya dari TKP barusan, namun karna ini Niela yang sedang kekurangan tenaga serta menahan sakit di tambah kehilangan banyak darah tentunya membutuhkan sekitar dua puluh atau dua puluh lima menitan mungkin.

"Lebih baik gue nelpon saja lah" Gumam Niela menyerah sambil merogoh saku celananya.

Niela akhirnya menghubungi salah satu bodyguardnya karna sudah merasa tidak tahan menahan rasa sakit yang menyerang tubuhnya.

Tidak lama setelahnya datanglah beberapa pria berbadan kekar, sesampainua di hadapannya Niela mereka membungkuk lalu memapah Niela sampai kemansion tentunya.

Sesampainya di mansion, Niela langsung di papah oleh para maid dan di bawa kekamarnya, namun saat sampai di depan kamarnya, sang kepala Maid menyuruh yang lainnya untuk kembali ke kamar mereka masing masing dan Niela di papah oleh sang kepala maid.

Tidak mau terjadi hal hal yang tidak tidak kepada sang majikan, kepala Maid pun menghubungi dokter pribadinya sang majikan untuk di periksa.

"Bik Tias, jangan sampai Bik Unah tau tentang keadaan saya" Pesan Niela lirih.

Bik Tias yang merupakan kepala Maid pun mengengguk mengiakan, Bik Tias tau jika sang majikan tidak mau membuat semua orang khawatir, maka dari itu Bik Tias hanya menyanggupi pesan sang majikan mudanya ini.

"Baik Non, tapu Nona Muda yang kuat ya" Kata Bik Tias menyemangati Niela untuk tetap kuat dengan keadaannya sekarang.

"Saya kuat kok Bik" Lirih Niela dengan senyum manisnya yang terkesan di paksa.

Lalu tidak selang lama Niela menutup matanya mencoba menahan rasa sakit yang menjalardi seluruh tubuhnya.

...T B C...

...____________________________________________________...

..._______________________________________...

Terpopuler

Comments

Erarefo Alfin Artharizki

Erarefo Alfin Artharizki

halo thor aku mampir lago hehehe, cerita yang bagus banget

2023-06-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!