14. Rasa Yang Berbeda.

Sudah satu minggu Niela di rawat di rumah sakit, kini Niela di perbolehkan untuk rawat jalan. Bukannya rawat jalan yang di lakukan oleh Niela, tapi sebuah misi yang sudah Niela persiapkan dari jauh jauh hari.

Untuk mengetahui siapa pria misterius itu, Niela sudah mengirim mata mata yang kini di jadikan kepercayaan oleh pria misterius tersebut, Niela memang tidak masuk magang hari ini namun Niela juga tidak diam saja di mansion. Niela hari ini pergi kesebuah restourant dengan penampilan cupunya, ini semua karna ajakan dari kedua orang tuanya entah apa yang akan di bahas kepadanya nanti.

Usai mendudukan bokongnya di kursi yang sudah di sediakan sebelumnya, Niela memilih untuk menunggu kedatangan kedua orang tuanya dengan melihat lihat kondisi perusahaannya lewat laptop yang Niela bawa seperti biasa.

"Lumayan, seperri biasa setiap minggunya selalu ada peningkatan" Lirih Niela sambil mengetik sesuatu di laptopnya sesekali menggeser dan mengklik mousenya.

Di telinga kirinya terpasang aerphon yang terhubung dengan ponselnya, merasa ada yang menghampirinya Niela menyudahi pekerjaannya dan meletakan kembali laptopnya kedalam ranselnya seperti biasa, Niela juga sudah menghubungi Bintang yang saat ini sedang berada di perusahaannya Niela.

Telponnya terhubung dan di angkat oleh Bintang dari sebrang sana, tanpa aba aba Niela pun langsung mengatakan apa yang ingin Niela bicarakan.

"Kirim semua data datanya ke E_mail saya, dan jangan lupa semua berkas berkasnya kirim ke mansion, SEGERA" Pinta Niela dengan menekan kalimat terakhir lalu memutuskan sambungan telponnya secara sepihak.

Niela menoleh ke samping kanan yang kini memperlihatkan kedua orang tuanya sedang berjalan kearahnya dengan bergandengan tangan, oh jangan lupakan pasangan suami istri di belakang kedua orang tua Niela, mereka terlihat tidak asing di mata Niela. Niela berusaha mengingat ngingat siapakah pasangan pasutri itu? Niela menepuk keningnya pelan saat nyadari pasangan pasutri itu adalah kedua orang tua Aufal.

Karna tidak mau mempelihatkan sisi aslinya, Niela beranjak dsri tempat duduknya berjalan kearah kedua orang tuanya, bukan untuk memeluk atau sekedar menyapa mereka, Niela malah melewati kedua orang tuanya dan berjalan kearah sang pelayan restourant lalu berkata.

"Mas,nanti kalau kedua orang tua saya dan temannya selesai makan hubungi saya ya mas, dan ini kartu nama saya"

Niela menyerahkan kartu identitas nama dan nomornya tanpa ada foto serta riwayat lainnya, di sana hanya tertera nama lengkap serta nomor hp yang biasa Niela gunakan.

Kedua orang tua Niela terperangah melihat aksi anak tunggalnya itu, mereka kira Niela akan memeluk mereka karna mereka lumayan lama tidak bertemu dengan anak tunggal mereka, tapi apa ini? Menyapa saja tidak, apa lagi memeluk seperti apa yang mereka harapkan sebelumnya.

Niela menghampiri kedua orang tuanya, Niela juga tidak ingin keterlaluan kepada kedua orang tuanya, namun juga tidak ingin memeperlihatkan kebiasaannya takut ada yang curiga.

"Pa, ma, Niela berangkat magang dulu bye" Kata Niela sambil mencium kedua pipi kedua orang tuanya secara bergantian.

Kalau di tanya apakah Niela tidak rindu kepada kedua orang tuanya? Maka jawabannya, Niela sangat amat rindu kepada kedua orang tuanya, tapi jika menyangkut perjodohan itu maka Niela dengan sangat amat terpaksa herus melakukan tindakan yang sekiranya akan membuat suatu yang berbau tidak menyenangkan itulah jawabannya.

...* * *...

"Siapa pun mereka, jika mereka mengganggu Tuan kita, maka jangan biarkan mereka lolos dari genggaman kita, ingat itu" Desis salah satu Agent yang sudah di perintahkan untuk memata matai seorang mata mata.

Mereka tidak segan segan untuk membuat perhitungan kepada sang lawan, agent ini merupakan agent khusus yang keberadaannya sangat misterius, jika ada orang yang mengganggu salah satu agenr ini atau mengganggu atasan mereka, maka mereka akan bertindak sesuai apa yang telah di perintahkan.

Untuk saat ini, agent rahasia ini menemukan informasi yang cukup menarik, namun siapa sangka jika informasi itu sangatlah penting. Jika orang lain akan sangat sulit untuk menemukan informasi sebesar ini maka tidak dengan agent rahasia ini, mereka sangat handal dalam masalah seperti ini bahkan yang tersulit sekali pun.

"Kita harus lebih waspada, agent one telah siap di tempat yang sudah di sediakan, sekarang kita hanya menunggu aba aba berikutnya" Perintah sang kapten.

"Agent one di sini, saya sudah meletakan barang tersebut di tempat yang aman, sedikit info di sini sangat berbahaya karna ada seorang yang di duga kepercayaan mereka yang sedang menjadi buraun mereka, satu langkah saja salah maka kita yang akan tertangkap, di duga juga ada mata mata yang sedang memata matai mereka, jadi kita harus melangkah di langkah yang tepat" Intrupsi dari salah satu agent yang sudah di perintahkan untuk memata matai lawan.

Mereka pun mengerti intrupsi dari salah satu agent, tidak mau mengambil resiko yang berat mereka pun membuat rencana cadangan.

Di sisi lain seorang pria yang sudah menjadi tangan kanan pria misterius tersebut tengah mengelilingi bangunan bangunan yang akan menjadi tempat jual beli barang ilegal, setiap pria itu mengelilingi bangunan tersebut maka Pria itu tidak henti hentinya berbicara dengan seseorang yang ada di sebrang sana lewat aerphone nya yang terpasang di telinga berbentung seperti anting kekinian.

Tidak ada yang tau sejarah kehidupannya sang tangan kanan tersebut sampai ia menjadi tangan kanan pria misterius itu, bahkan pria misterius itupun tidak tau tentang kehidupan sang tangan kanan tersebut, namun siapa sangka jika di balij kemisteriusan sang tangan kanan hanya seseorang saja yang tau.

Ia mengenakan jam tangan yang berfungsi untuk memfoto, merekam, serta melacak keberadaan sang target hanya dengan menempelkan sesuatu di baju sang target, kepintarannya tidak bisa di ragukan lagi semuanya ia lakukan hanya untuk mengabdi kepada seseorang yang telah menyelamatkan hidupnya dan hidup keluarganya.

Setelah memastikan semuanya aman, sang tangan kanan pun menghubungi pria misterius itu memberi tau bahwa semuanya aman terkendali, setelahnya Ia memutuskan hubungan telponnya dan berjalan kearah tempat parkir.

Tidak mau ada yang curiga dengan pergerakannya, Ia langsung keluar dari geduang tersebut tidak lupa menghapus semua jejak serta sidik jari seperti yang selalu seseorang katakan, Ia melajukan mobilnya membelah jalan raya dengan kecepatan di atas rata rata lalu menghentikan monilnya di sebuah Cafe kekinian. Yang tidak lain adalah Cafe Fan's Niel cf and family Niel cafe yang lumayan terkenal di kalangan anak muda, seperti biasatangan kanan pria misterius itu langsung memesan makanan tanpa mengeluarkan uang sepeserpun bukan karna apa, tapi.......... yah.......... Begitulah.

...* * *...

Aufal yang kini tengah sibuk berkutat dengan berkas berkas penting di hadapannya kini teralihkan seiring dengan terbukanya pintu ruang kerjanya tanpa ketuk pintu atau izin kepada sang empu.

"Sebelum masuk ketok pintu dulu, jangab serabat serobot main masuk aja" Tegur Aufal dingin kembali fokus pada berkas berkas di hadapannya tanpa melihat siapa yang datang.

Satu detik kemudian............

"Auuuuuuu, auuuuu" Teriak Aufal saat telinga kirinya di jewer abis abisan oleh Arumi.

"Bagus ya...... biar tau rasa ni anak" Geram Arumi tangannya masih menjewer telinga sang putra sulungnya ini.

"Ma, Aufal salah apa?" Tanya Aufal dramastis

"Banya" Sahut Arumi sambil melepaskan jewerannya kersebut lalu duduk di sofa single yang tersedia di pojok ruangannya Aufal.

Aufal menghela nafas mengehentikan pekerjaannya dan membereskannya, ia menghampiri sang mama lalu duduk di sofa sebelahnya sang mama.

"Memang salah Aufal apa ma?" Tanya Aufal lagi dengan suara lembutnya.

"Bukan salah kamu juga sih sebenarnya, ini lebih kemama yang gak ngehargai keputusan kamu, tadi pagi papa sama mama ngajak pak Daniel, istrinya dan anaknya juga" Arumi mulai bercerita.

"Terus?" Tanya Aufal hati hati.

"Dia kayak gimana...... gitu, mama kayak gak srek gitu, dia bukan hanya ninggalin mama sama papa, tapi juga gak nyapa mama sama papa" Kesal Arumi.

Jujur baru tadi pagi Arumi di perlakukan seperti tadi pagi oleh Niela, namun Arumi merasa ada yang berbeda di setiap gerak gerik Niela, seperti menyimpan banyak teka teki yang sulit untuk di lihat.

"Tapi mama tenang saja, nanti kalau Aufal gak terikat lagi sama perjodohan ini, Aufal janji akan langsung meminang Putri untuk Aufal, untuk keutuhan rumah tangga kita, dan juga untuk cinta" Kata Aufal menangkan sang mama.

Arumi tersenyum hangat meski Arumi sendiri masih merasakan perasaan yang berbeda dan dan menjanggal di hatinya, namun Arumi merasa bangga pada putra sulungnya ini karna secara terang terangan mengekui perasaannya terhadap seorang gadis.

"Mama tunggu kabar baiknya" Sahut Arumi lalu beranjak dari tempat duduk dan keluar dari ruangannya Aufal.

Setelah kepergiannya sang Mama, Aufal merasakan rasa nyeri di reling hatinya yang terdalam setelah mengatakan akan membatalkan perjodohan ini, entahlah Aufal bahkan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kenapa tiba tiba rasanya sangat sakit.

"Aufal, kamu hanya menyukai Putri tapi tidak dengan Nieka, oh ayolah come on ini hanya sementara kok, jangan bilang kalau kamu sebenarnya suka sama gadis cupu nan bar bar itu?" Monolog Aufal.

Hari ini Aufal kembali semangat kerja, karna apa? Ya kalian tau lah kalau bucin kayak gimana? Ia merasa sangat behagia saat mengetahui gadis yang Aufal cintai akan masuk magang lagi besok pagi, Aufal bahkan tidak sabar ingin segera menemui gadisnya itu tapi sayangnya urusan kantornya tidak bisa di tinggalkan begitu saja.

...T B C...

..._________________________________...

...__________________...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!