Karna kondisi Niela yang semakin memburuk, maka terpaksa Niela di bawa langsung kerumah sakit. Sebenarnya bukan hanya itu saja, namun karna saking banyaknya darah yang keluar dari kening Niela, kondisi Niela sangat memperhatinkan.
Keluarga Niela tidak ada yang di beri tau, hanya kedua sahabatnya saja yang di beri tau itupu saat kondisi Niela mulai membaik, sempatkehilangan banyak darah tapi tidak sampai harus melakukan donor darah.
Pagi ini kondisi Niela cukup membaik meski tidak sadarkan diri, tapi setidaknya lebih baik dari pada kemaren malam.
Kedua sahabat Niela sudah ada di rumah sakit pagi ini, rencananya kedua sahabat Niela ini akan berangkat ke kantor agak siangan setelah mendengar kabat bahwa atasannya (Aufal) Sedang kuliah, biasalah ambil kesempatan dalam kesempitan.
"Nov, gak bakal ada yang ngehukum kita kan kalau berangkat agak siangan dikit?" Tanya Devi agak parno.
"Gak bakal lah, gue udah minta izin sama asisten pribadinya bos, tenang aja gue juga udah bilang kalau gue izinnya sama lo" Jawab Novi enteng.
Devi melotot tidak percaya, sahabat yang satunya ini memang senang bikin orang kepikirang mulu, tanpa aba aba Devi menjita kening Novi sedikit keras dan akibatnya Novi mengeduh kesakitan.
"Berisik"
Suara beratitu mampu menghentikan aksi keduanya, Novi dan Devi menyidarkan pandangan keduanya mencari asal suara tersebut, dan pada akhirnya pandangan mereka jatuh pada seorang yang sedang terbaring lemah di barankar rumah sakit, siapa lagi kalau bukan Niela yang masih memejamkan matanya.
"Lo udah sadar kan?" Tanya Devi heboh.
Novi menggelengkan kepalanya, sahabatnya yang satu ini memang ahli bikin orang terkejut setengah mati dan untungnya Novi sudah menduga hal ini akan terjadi, secara Niela orangnya sedikit iseng, padahal barusan Novi dan Devi sempat ketakutan.
Bukannya menjawab, Niela malah tidak membuka matanya dan hanya menyunggingkan senyum manisnya itu.
"Ck, bukannya menjawab malah tersenyum" Cibir Novel gereget setengah mati.
"Ah udah lah, kalian pergi saja dari sini, tuh kerjaan numpuk lagi nunggu kalian berdua" Sahut Niela enteng.
Pletak
Devi menjitak kening Niela, alhasil Niela melotot dan membalas perlakuannya Devi dengan mencubit hidung Devi kasar.
"Gak tau ap kalau kepala gue pusing? Kenapa lo malah jitak kepala gue?" kesal Niela yang di hadiahi cengiran dari Devi.
"Sorry " Sahut Devi sambil melenggang pergi.
"Huh dasar sahabat, untung sahabat" Gerutu Niela memajukan bibirnya lucu.
...* * *...
"Fal, untuk sementara waktu tahan dulu deh perasaan lo itu ya, lo masih ada Niela kalau lo gak bisa tahan takutnya Putri kabur dari lo" Nasehat Reza teman kuliah Aufal.
Setelah menceritakan semuanya pada Reza, Aufal di beri sedikit nasehat sedari tadi, tidak sia sia Aufal menceritakan masalah hatinya kepada sahabatnya ini, Reza selalu bisa di andalkan.
"Gue coba, thank ya nasehatnya" Sahut Aufal menepuk nepuk pundak kiri Reza.
Keduanya beranjak dari duduknya menyusuri koridor koridor kampus dan memasuki kelas mereka, untungnya hari ini mereka mengikuti kelas yang sama jadi bisa barengan deh.
Sebenarnya Aufal tadi pagi menerima kabar bahwa Putri (Niela) minta izin untuk beberapa hari, entahlah untuk apa sedangkan Novi dan Devi juga minta izin bedanya keduanya izin berangkat agak siangan sedangakan Niela izinnya untuk beberapa hari.
Di waktu yang bersamaan, Edroo terus mencari informasi tentang Niela dan keberadaan Niela saat ini, namun hasilnya selalu gagal, bahkan setiap kali Edroo bertanya kepada para follower's Niela sedikitpun tidak ada respon dari mereka seakan menghindarinya, Edrro juga mencari keberadaan kedua temannya Niela, tapi sedikitpun bawahannya tidak mendengar kabar tentang keberadaan Niela dan kedua sahabatnya itu, bak di telan bumi.
"Gue tau gue salah, tapi gak mungkin kan lo meninggal? Izinkan gue buat perbaiki semuanya Niela, gue janji bakal jagain lo dan gak bakal ngulangin lagi kesalahan gue" Lirih Edroo di ujung kepus asaannya.
Lain Edroo lain pula pria misterius, Edroo dengan kepus asaannya sedangkan pria misterius dengan keseriusannya, Pria misterius memang tidaj mendengar kabar tentang keadaannya Niela saat ini, namun Pria miterius itu sedang mengunci akses pencariannya Edroo tentang Niela, bair bagaimana pun Pria misterius itu tidak mau Niela menderita saat tau Edroo berusaha kembali kepada Niela.
"Gue gak bakal bikin lo sama Niela kembali bersatu lagi Edroo, sudah cukup kau bikin gadisku sakit hati, sekarang giliran gue yang akan jadi pundak untuk Niela" Ucap pria misterius itu sambil menepuk nepuk pundaknya sediri.
Pria misterius itu memang tidak tau segalanya tentang Niela, tapi Pria misterius itu tau satu hal bahwa Niela sedang magang di perusahaannya Aufal hanya itu saja, pria misterius ity tidak memiliki banyak jalan untuk mengetahui keseluruhannya Niela, bahkan saat pria itu bertanya tentang kamar Niela pada receptioness mengenai Niela malah menjawab jika itu adalah kamar apart yang di beli Niela untuk seseorang yang di temuinya, tidak mudah untuk mengetahui tentang Niela karna banyak sekali rintangan yang harus pria misterius itu lewati.
"Baby, apa saja rahasia yang kamu simpan?" Liroh pria misterius itu sambil memegangi foto cantik Niela.
Niela memang cantik, ia memang pantas di perebutkan, bahkan ia lebih cerdik dan lebih pandai dari prua misterius itu, bahkan untuk mengorek informasinya lebih dalam tentang kehidupannya Niela sangatlah sulit, karna Niela selalu maju lebih depan untuk menutupi seluruh rahasianya.
Semenatara itu, Aufal sudah menyelesaikan bidang studynya bersama Reza sang sahabat seperjuangannya, satu jam berkutat dengan dosen yang agak killer mungkin bukan agak lagi tapi sangat killer mampu membuat Aufal sedikit kesal, pasalnya sang dosen seperti enggan untuk keluar dari dalam kelas, padahalkan Aufalnya uang bosan.
"Gila tuh dosen, gak sumpek apa dua jam di kelas mulu?" Gerutu Reza sambil meregangkan otot ototnya.
Aufal hanya menggelengakan kepalanya sambil meregangkan otot ototnya juga, Aufal memang kesal pada dosennya yang satu itu, namun Aufal masih punya kesabaran yang sudah di siapkan beberapa hari sebelumnya untuk mengahadapi dosen killer tersebut, pasalnya jika menghadapi dosen killer harus menyiapkan kesabaran yang sangat sangat ekstra sebelumnya dari jauh jauh hari.
"Sabar napa, gue juga kesel sama tuh dosen, tapi gue gak seperti lo" Aufal menenangkan Reza sekaligus mencibir Reza yang ngomel ngomel tidak jelas.
Aufal akhirnya mengejak Reza kekantin kampus supaya membuat suasana hatinya sedikit tenang, yang langsung di iyain oleh Reza yang kebetulan sedari tadi sudah kelaparan, biasalah tadi pagi Reza lupa sarapan jadi ngomel ngomel terus sedari tadi karna sedang menahan rasa lapar yang sedari tadi pagi menyerangnya.
Saat sesi makan di kantin menjadi sangat kaku dan canggung, padahal sudah terbiasa namun kali ini yang bikin canggung adalah kehadirannya Celsee dkk.
Siapa yang tidak kenal Celsee? Gadis bar bar dengan penampilan kurang bahan, wajah menor yang sialnya memiliki perasaan pada Aufal. Celsee memiliki empat teman yang nama dua dari keempatnya adalah saudara kembar, dan sialnya lagi teman temannya Celsee adalah gadis p***h***r alias *****g yang suka kepada Reza.
"Za, gue udah selesai makan nih, gue pergi duluan ya tenang aja udah gue bayarin kok" Kata Aufal sambil beranjak dari tempat duduknya dan merapikan kemeja kotak kotaknya.
Namun pergerakannya Aufal di hentikan oleh Celsee dengan memeluknya dari belakang, Celsee lakukan seperti ini supaya mendapatkan perhatian dari Aufal dan para mahasisiwa lainnya sudah di tebak oleh Aufal, namun Aufal mengambil tangan kanannya Celsee dengan lembut mengangkatnya dan menggigitnya dengan sangat amat kasar, hingga Celsee menjerit kesakitan dan hal itu menjadi perhatian mahasiswa yang ada di kantin.
Aufal tidak melepaskan gigitannya sehingga tangan Celsee berdarah, Aufal pun melepaskan tangan Celsee dan berbalik menghadap Celsee.
"Sekali lagi lo ganggu hidup gue, gue bakal ngelakuin hal yang lebih buruk dari ini" Ancam Aufal lalu berlalu meninggalkan kantin.
"Move on aja lah, cari cowok yang benar benar sayang sama lo dan benar benar mencintai lo apa adanya bukan ada apanya" Veplos Reza pada Celsee.
Celsee mendengus kesal "Gue gak bakal nhelepasin Augal gitu aja, gue udah lama tau menahan rasa ini sejak SMP, gue bela belain kuliah di sini supaya bisa barengan terus sama Aufal yang sialnya gak pernah lirik gue sama sekali" Sahut Celsee penuh penekanan.
Reza tertawa mendengar ucapannya Celsee barusan, bukan karna apa tapi Reza sedikit mengerti maksud dari ucapannya Celsee barusan. Coba bayangkan, dari SMP, SMA, sampai keperguruan tinggi pun Celsee tetap ngejar ngejar Aufal yang sayangnya tidak pernah sedikitpun di lirik oleh Aufal, padahal Celsee sudah bertahun tahun mengejar cinta dari seorang Aufal tapi malah di abaikan oleh Aufal.
"Lo gak curiga dia belok?" Tanya Aufal berhasil membuat Celsee dkk membelalakan mata mereka masing masing.
Reza sengaja menanyakan hal itu supaya Celsee berhenti memperjuangkan seseorang yang sama sekali tidak pernah mengharapkannya, Reza tau Aufal masih suka sama lawan jenis buktinya Aufal sempat curhat bahwa Aufal sedang PDKT dengan seorang gadis yang tragisnya gadis tersebut sudah nikah sama orang lagi, bahkan tadi Aufal menceritakan hubungan percintaannya yang sangat rumit, di mana Aufal sendiri suka sama skertaris magangnya tapi masih terjebak dalam perjodohan. Gimana? Rumit tidak? dan itu menandakan bahwa Aufal masih suka sama lawan jenisnya.
"Maksud lo di G**?"
Pertanyaan Celsee mampu membuat Reza menahan tawanya, bagaimana tidak? Ekspresi Celsee saat ini sangat lucu di matanya, tapi sayangnya Reza masih menjaga hati seseorang yang sudah lama Reza perjuangkan.
"Mungkin" Jawab Reza enteng tanpa mengalihkan tatapannya terhadap Celsee.
Celsee mulai berkaca kaca, Celsee tidak bisa membayangkan seorang pria yang Celsee sukai adalah seorang g**, Celsee juga tidak pernah mau memiliki kekasih seorang g** yang mungkin akan memakan hati pacar g**nya itu.
"Huwwaaaaaa..... Gue gak mau punya cowok g** Huwaaaaaa" Jerit Celsee dengan tangisnya.
Kali ini Reza sukses menjalankan misinya, Reza sukses membuat Celsee jijik kepada Aufal, mungkin kedengarannya agak kejam sih tapi gak apalah yang penting ini demi sang sahabat, lagi pula ini sedikit membantu Aufal bukan untuk lepas dari jeratannya nenek lampir?.
'Sukses gue bro' Batin Reza.
"Lo yang sabar ya, masih banyak kok cowo cowok yang ngantri buat jadi pacar lo, tapi sayangnya gue udah punya pawang yang lebih segalanya dari pada lo" Kata Reza lalu melenggang pergi.
"Aufal g** Nita Rita, gue gak mau punya cowok g**, gue bakal malu kalau kedua orang tau gue tau jalau gue suka sama cowok g**" Lirih Celsee di leukannya Nita Rita si kembar bar bar.
...* * *...
Keadaan Niela makin lama semakin lama semakin membaik, di tambah semangat hidupnya yang tidak pernah lepas bisa menjadi jalan cepat untuk menuju kesembuhannya.
Tadi pagi kedua sahabatnya itu mengatakan siang ini akan menjenguk Niela kerumah sakit karna sebentar lagi jam makan siang, namun Niela sudah tidak sabar menunggu kedatangan kedua sahabatnya itu.
Niela sedari tadi tidak henti hentinya memandangi jam yang ada di nakas samping brankarnya, sungguh Niela bosan jika terus terusan terusan menunggu kedua sahabatnya itu lama lama.
Tidak lama setelahnya sang asisten pribadi memasuki ruangannya, kali ini Bintang datang dengan membawa berkas di tangannya.
"Permisi Nona muda, saya kesini ingin menyampaikan informasi tentang orang misterius itu" Kata Bintang memulai percakapannya.
"Katakan saja Bi" Sahut Niela tegas.
"Ternyata dia seorang pria, namun saya masih belum rau siapa namanya. Pria misterius itu sangat terobsesi pada Nona semenjak Nona menjadi seorang Selebgram, namun saat Nona memutuskan untuk berhenti menjadi Selebgram pria misterius itu mulai mencaro tau keberadaan Nona, hingga pria misterius itu tidak sengaja melihat Nona di cefe dan memutuskan untuk mengikuti Nona sampai ke apart. Tidak hanya itu, pria misterius itu juga sudah mengetahui bahwa Nona magang di perusahaannya Pak Aufal, dan mungkin kedepannya pria misterius itu akan menyuruh anak buahnya untuk memata matai Nona" Jelas Bintang panjang lebar.
Kalau sudah begini Niela harus menyiapkan strategi yang lebih banyak lagi untuk mengelabui pria misterius itu, bisa bisa Niela gila jika teris menetus di mata matai oleh pria misterius itu.
"Kita garus maju lebih depan supaya bisa mngelabui pria misterius itu, seperrinya aku sudah mentiapkan banyak sekali rencana untuk mengungkap siapa pria misterius itu" Kata Niela dengan seringai liciknya.
Jika sudah begini Bintang pastikan jika Nona mudanya ini sudah memiliki segudang rencana besar besar yang mungkin akan melibatkannya, Bintang sudah menduga cepat atau lambat pria misterius itu akan masuk kedalam perangkap seorang Niela.
"Kamu awasi terus pria misterius itu, aku akan membuat pria misterius itu menyesal karna telah bermain main dengan seorang Niela, dan jangan lupa Bi keluarkan Mereka untuk memata matai pergerakan pria misterius itu" Dugaannya Bintang benar, kali ini Niela sedang merancang sebuah rencana besar.
"Baik" Sahut Bintang.
Baru saja selesai menyahuti, pintu ruang rawat Niela terbuka dan menampilkan dua orang gadis, siapa lagi kalau bukan Novi dan Devi.
"Baru dateng?" Tanya Niela kesal.
"Lo ngapain berduaan sama Bintang?" Bukannya menjawab Devi malah balik nanya.
"Dia kesini karna mau jengokin gue aja kok, kalian kenapa lama banget datangnya?" Tanya Niela sedikit mencebikan bibirnya.
Novi dan Devi berjalan mendekati brankar Niela dan Bintang, Niela cukup peka dengan tingkah laku Devi terhadapnya saat melihat Bintang ada di ruang inapnya berduaan dengannya, karna Niela sudah mengetahui perasaan Devi terhadap Bintang begitupun sebaliknya, hanya saja keduanya sangat enggan mengakui perasaan masing masing.
"Sorry lama, nih si Devi tadi kerjaannya numpuk banget, ya jadilah gue nungguin dia" Jawab Novi seadanya.
Kedua sahabatnya Niela masih belum mengetahui bahwa Bintang asisten pribadinya Niela, bukan karna Niela tidak mau kedua sahabatnya itu tau tentang jati dirinya, hanya saja ini belum saatnya memberi tau tentang dirinya kepada kedua sahabatnya ini.
"Saya pamit, permisi" Pamit Bintang.
Setelah kepergiannya Bintang, Novi dan Devi mulai bercerita tentang apa saja kegeiatan mereka di kantor sampai tidak lupa sang security pun mereka bicarakan, lebih tepatnya ngegibah ya.
"Pak Jamal malah bilang OB kantor kita suka sama Bu Mirna Staf keuangan itu" Kata Novi.
"Iya, padahalkan kita tau kalau OB yang di bilang suka sama Bu Mirna itu orangnya agak belok" Devi menimpali.
"Masak belok? Ah, yang bener aja kalian berdua" Tanya Niela kurang yakin, atau lebih tepatnya penasaran.
"Iya, masak nih ya, kita berdua tadi mau kekantin isi perut, tiba tiba saja kita gak sengaja liat ruangannya kepala keuangan yang terbuka, nah kita kan orangnya kepo tuh jadi kita intip tuh si kepala keuangan" Devi menjeda ucapannya melirik pintu ruang inap Niela, merasa aman Devi pun melanjutkan sesi gibahnya "Pas kita intip, si OB sama Pak kepala keuangan sedang___" Devi tidak melanjutkan ucapannya.
"Sedang apa?" Desak Niela.
Novi dan Devi saling adu pandang, agak lama Devi kemuadian mendekatkan mulutnya ke daun telinga Niela membisikan sesuatu di telinga Niela.
Niela mem ulatkan matanya sempurna saat mendengar bisikan dari Devi, bukannya tidak mau percaya tapi apa yang di bisikan oleh Devi mampu membuat Niela kaget setengah mati.
"What !!!" Teriak Niela tidak menyangka.
...**T B C...
...________________________________...
..._____________________________________________...
...Giamana menurut kalian ceritanya?...
...Seru gak**?...
...Sorry ceritanya agak muter muter, apa lagi jarang up, so **minta pendapatnya dong tentang novel ini....
...Itu aja gak lebih kok....
...Tinggalkan jejak kalian dengan Like, coment, vote, hadiahnya**, and jangan lupa di tero di Favorit....
...See you next part...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments