Hari ini adalah hari terakhir Niela dkk magang, Aufal rasanya sangat tidak rela Niela berhenti magang, namun Aufal tidak mau egois hanya karna perasaannya yang belum tentu terbalaskan, tapi dari cara Niela padanya itu membuat Aufal merasa bahwa Niela mempunyai perasaan yang sama, hanya saja Niela enggan untuk mengakuinya.
"Kenapa harus embel embel magang? Emang gak ada niatan buat kerja salamanya di sini apa?" Tanya Aufal untuk yang kesekian kalinya.
Niela tetaplah Niela, di tanya seperti itu pasti jawabannya hanya menggelengkan kepalanya, namun kali ini tidak "Maaf mas, keputusan saya sudah bulat, kayak tahu bulat yang di goreng dadakan di pinggir jalan" Jawab Niela tetap pada pendiriannya.
"Kerja kan dapat menghasilkan uang" Ucap Aufal mencoba merayu Niela.
"Kalau tidak tetap tidak !! Keputusan saya sudah bulat dan tidak bisa di ganggu gugat pokoknya" Kata Niela keukeh.
"Tapi Put_"
"Kalau mas maksa, saya akan tetap pada pendirian saya yaitu T_I_D_A_K, suka tidak suka saya gak pedulu" Kata Niela lalu beranjak dari tempat duduknya dan berlalu dari ruangannya Aufal.
Sungguh berlama lama di ruangannya Aufal akan membuat suasana hati Niela semakin memburuk, apa lagi topiknya sama yaitu membujuk Niela agar tetap bekarja di perusahaannya Aufal.
"Gila tuh cowok, coba kalau bukan atasannya gue sendiri, pasti bakal gue bejek bejektuh muka datar biar jadi rempeyek" Niela tak henti hentinya mengoceh saat tiba di ruangannya.
Niela sudah di buat hilang kesabarannya oleh Aufal, belum lagi Niela harus mengurus perusahaan keluarganya, Niela mempunyai rencana lain dengan perusahaan itu makanya Niela tidak mau menguras otaknya lebih lama lagi di perusahaannya.
Di ruangan CEO, Aufal sangat gelisah saat mendengarkan secara langsung Niela menolak permintaannya yang padahal itu lumayan menurut Aufal, ingat MENURUT AUFAL kalau menurut Niela mah.... beda lagi.
Aufal tidak mengerti dengan jalan fikirannya Niela yang berkali kali menolak permintaannya itu, padahal semua orang banyak yang berlomba lomba ingin masuk keperusahaannya, meski perusahaannya ini tidak sebesar perusahaan PUTRI A.D.A Companya, namun masih banyak orang yang di luaran sana yang mengantri ingin di jadikan kriawan perusahaannya ini.
Memikirkan Niela, Aufal teringat dengan beberapa kejadian yang beberapa hari ini terjadi, namun Aufal tidak mau ambil pusing ia hanya ingin fokus untuk membujuk Niela bagaimanapun caranya supaya bisa membujuk Niela agar mau bekerja di perusahaannya.
"Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Aufal pada dirinya sendiri.
Semenjak Niela meninggalkan ruangannya, Aufal sedari tadi mundar mandir memikirkan hal tersebut, namun Aufal tidak kunjung menemukan jalan keluar yang tepa, Aufal sebenarnya tidak mau memakai cara licik dan Aufal berfikir keras supaya mendapatkan cara yang ampuh supaya Niela mau menerima tawarannya.
Tapi Aufal juga tidak tau harus berbuat apa, mau tidak mau Aufal harus melepaskan Niela jika terus seperti ini, Aufal tidak rau apa kah perasaannya sebesar ini hingga tidak mau sedikitpun jauh dari Niela.
"Auku merasa sangat nyaman saat berduaan denganmu Putri" Lirih Aufal sambil memegangi dada bagian kirinya yang entah mengapa setiap kali menyebut nama depan Niela jantungnya selalu saja berdetak dengan cepat.
...* * *...
"Kenapa semakin kesini semakin kacau !, huh?" Bentak pria misterius itu.
Sejak dua minggu lebih perusahaan yang orang tuanya bangun bertahun tahun menurun dengan sangat drastis, tidak ada yang tau apa penyebabnya entah itu dari yang formal ataupun yang non formal semuanya sama sama kacau balau, pria misterius itu sempat frustasi dengan keadaan yang menimpanya saat ini.
"Saya kurang tau Mr. X, semuanya terjadi sangat singkat, bahkan saya sudah berkali kali mencari apa penyebab dari semua ini" Kata tangan kanan pria misterius itu.
Pria misterius yang di panggil Mr. X itu adalah seorang mavia kelas kakap, tidak ada yang tau seperti apa wajahnya bahkan sang tangan kanan sekalipun, Mr. X selalu main cantik dan tidak pernah turun langsung untuk menemui ataupun sekedar berbicara dengan kliennya, alasannya simple 'Buat apa mengumbar jati diri jika itu akan merugikan diri sendiri' entahlah apa yang ada di fikiranya Mr. X ini.
"Selidiki lebih dalam lagi, takutnya ada penghianat di perusahaan kita" Perintah Mr. X.
Sang tangan kanan mengenggukan kepalanya sebagai jawaban dari perintah Mr. X, tanpa mai berlama lama berada di ruangan sang atasan, sang tangan kanan pun undur diri dan keluar dari ruangan tersebut.
Jika boleh jujur, Mr. X tidak tau apa dari motif ini semua yang seakan akan berusaha mengalihkan perhatiannya, namun ngomong ngomong tentang mengalihkan perhatiannya mengapa Mr. X merasa ada yang janggal dengan semua ini? Seperti ini semua di lakukan oleh orang dalam? Apa yang di inginkan orang tersebut?.
Tidak mau ambil pusing Mr. X langsung menuliskan pesan untuk sang tangan kanan yang sudah menjadi kepercayaannya sendiri, Mr. X harus menemukan jawaban dari setiap pertanyaan yang selalu mengganggu fikirannya.
...* * *...
Niela pulang dari perusahaannya Aufal setelah menyerahkan berkas berkas penting yang sudah di rancangnya pada skertaris pribadinya Aufal, tadi Niela sudah mengatakan kepada Aufal bahwa Niela tetap pada pendiriannya dan sekarang Niela sudah berada di gerbang rumah orang tuanya.
Tadi Niela sempat kaget saat melihat mobil kap yang terparkir di depan rumahnya, sebelum Niela pulang kerumah orang tuanya Niela lebih dahulu mampir kerumah pribadinya untuk mengubah penampilannya menjadi cupu. Yap, bukan hanya mansion, Niela juga mempunyai rumah pribadi yang bisa di bilang mansion lah, tapi mansion Niela lebih megah ketimbang rumah pribadinya Niela dan letak rumah pribadinya Niela lumayan berdekatan dengan perusahaannya dan mansionnya serta apartnya, bahkan Niela memiki kediaman di setiap kotanya dengan fasilitas layaknya hotel bintang lima serta miliki apart di mana mana dan juga Vila.
Sadar akan apa yang terjadi, Niela langsung menghampiri kedua oraang tuanya yang kini tengah meresapi nasib mereka berdua, Niela datang sambil menangis di depan kedua orang tuanya.
"Huwwwwwaaaaaaaa !! Apa yang sebenarnya terjadi? hiks, hiks, Kenapa barang barang kita di taro di dalam mobil kap?" Tanya Niela sesegukan.
Kedua orang tua Niela menahan air matanya mati matian di depan Niela, Niela tau itu namun Niela tetap menangis didepan kedua orang tuanya, oh lebih tepatnya pura pura nangis lah ya......
"Maafkan papa yang sayang, kita harus pindah kekontrakan yang sudah kita sewa" Daniel berusaha untuk menenangkan Niela yang pura pura menangis dan sesegukan.
Namun rupanya Niela tidak mau tenang, sekarang fikirannya berjelajah pada kontrakan yang di katakan Daniel tadi.
Sebenarnya perusahaan Daniel tidak bangkrut, namun Niela yang sudah mengamankan semua file file perusahaannya Daniel, Niela tau ini semua akan terjadi, tapi jika file file itu tidak di amankan sesegara mungkin maka perusahaannya Daniel akan di bajak oleh orang orang dalam yang berusaha menjatuhkan perusahaannya Daniel dengan dalih para infestor menarik saham mereka.
"Gak mau pa, Niela gak mau tinggal di kontrakan, kita tinggal di apart aja ya" Pinta Niela penuh harap.
"Gak bisa sayang, Apart sebentar lagi akan di jual" Sahut Laila mencoba memberi pengertian kepada Niela.
"Iya sayang benar apa kata mama kamu, apart sebentar lagi akan di jual, jadi kita tinggal di kontrakan saja ya" Pinta Daniel sekali lagi.
Niela yang notabeninya keras kepala pun menggelengkan kepalanya, membayangkan tinggal di kontrakan saja badannya sudah gatal semua, apa lagi tinggal di kontrakan beneran bisa bisa keluar masuk rumah sakit lagi Niela gara gara alergi.
"Kitakan bisa tinggal di apart yang Niela beli pas ultah, kalau apart papa sama mama bisa aja di jual, tapi kan kalau apart Niela itu pakek uang Niela sendiri, jadi ada yang boleh jual itu apart selain Niela" Pujuk Niela.
Setelah di fikir fikir apa yang dikatakan Niela ada benarnya juga, Niela memang manja namun kalau urusan membeli barang barang besar sepeserpun tidak pernah meminta pada orang tuanya, ya iyalah kan punya perusahaan sendiri penghasilannya pun perharinya tidak main main malulah sama kodok kalau masih minta sama orang tua.
"Pa, apa yang di katakan Niela memang ada benarnya, kenapa kita tidak tinggal di apartnya Niela untuk sementara waktu sambil menunggu papa mengembalikan keadaan perusahaan keluarga kita" Kali ini Laila mengeluarkan pendapatnya.
Daniel berfikir sejenak "Baiklah jika itu mau kalian, papa bakal turutin, ya sudah ini sudah sore, yuk kita ke apartnya Niela keburu larut" Putus Daniel.
Niela tersenyum, ternyata usulannya di terima, Niela tadi sempat membayangkan jika papanya tidak mau menuruti ajakannya, pasti bakal tidur di kontrakan.
'Hah, hampir saja kulit mulus gue bentol bentol karna nyamuk gk berakhlak, tapi itu gak akan terjadi bestie' Batin Niela kegirangan.
......T B C......
..._______________________________...
...____________________...
..._________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments