"Kemarilah!" titah Samuel Richard pada Prilya yang masih berdiri mematung di belakang kursi pria itu.
"Ah iya Tuan." Prilya mendekat tetapi tetap saja berdiri.
"Duduk!" Gadis itu pun menarik kursi dengan pelan agar tidak menimbulkan bunyi sesuai ajaran Devi sang guru privat. Ia duduk dengan tenang sesuai titah pria itu.
Samuel Richard tersenyum karena gadis itu menuruti semua keinginannya. Ia pun mengambil piring dan mengisinya dengan roti isi daging favoritnya kemudian makan dengan tenang.
Prilya menelan air liurnya melihat pria itu benar-benar menikmati potongan roti yang baru keluar dari oven dan mengeluarkan aroma yang sangat khas.
"Kamu tidak ingin makan?" tanyanya pada Prilya yang sejak tadi diam saja dan tidak melakukan apa-apa.
"Apa saya boleh makan Tuan?" tanyanya dengan mata tertuju pada macam-macam roti yang terhidang di atas meja.
"Tidak."
"Hah tidak?" Wajah gadis itu langsung mengkerut dengan sangat lucu. Ia menghembuskan nafasnya dengan kasar kemudian menjalin jari-jarinya di bawah Meja.
Katanya Saya harus berisi tapi tidak boleh makan, apaan itu!
Samuel Richard tersenyum. Ia tahu kalau gadis itu pun mengambil macam-macam roti diatas meja yang ada dihadapannya. Setelah itu ia menuangkan segelas susu untuk gadis itu.
"Makanlah." Samuel Richard memberikan piring berisi macam-macam roti termasuk roti isi daging seperti yang ia makan tadi.
"Ini untuk saya semua Tuan?" tanya gadis itu dengan menunjuk makanan yang ada di hadapannya.
"Tentu saja. Habiskan semuanya."
"Boleh saya minta nasi terlebih dahulu? Saya biasanya makan nasi saat sarapan Tuan. Kue tidak mengenyangkan bagi saya."
"Benarkah? Itu artinya kamu banyak makan juga ya? Kenapa tubuhmu kurus seperti itu? Apa jangan-jangan kamu cacingan?" Pria itu menatap wajah gadis manis dihadapannya dengan tatapan serius.
Ia memindai gadis dihadapannya dengan pikiran yang tiba-tiba nakal. Ia jadi teringat ketika memeluk gadis itu semalaman. Tubuhnya kurus tapi dua asetnya ternyata lumayan montok, kencang dan juga sangat menggoda.
Ia sampai lupa diri semalam dan menikmati benda kenyal itu tanpa disadari oleh pemiliknya.
"Tidak Tuan. Saya tidak cacingan. Setiap enam bulan sekali saya selalu meminum obat cacing." Bibir Prilya langsung manyun. Ia tidak suka kalau ada yang mengatakan kalau ia cacingan. Di sekolahnya pun ia selalu dibully temannya sebagai gadis cacingan karena ia lumayan kurus.
"Lalu kalau kamu tidak cacingan apa namanya? Gizi buruk?" Samuel menatap istrinya itu dengan berusaha menahan untuk tidak tertawa. Prilya nampak berpikir. Ia akui kalau makannya selama ini tidak banyak karena ia hanya makan sisa dari ibu tirinya. Bahkan dalam sehari Ia pun sering tidak diberikan makanan.
"Hey, atau kamu tidak diberi makan oleh ayah dan ibumu?" Samuel Richard kembali bertanya karena Prilya hanya diam saja. Gadis itu tersentak kaget kemudian tersenyum manis. Lesung pipinya langsung tampak dan begitu sangat menggoda pria tampan di hadapannya.
"Hem, mungkin juga Tuan, saya hanya makan nasi sekali sehari. Selebihnya saya hanya makan kue atau minum air saja untuk mengganjal perut." Prilya menjawab dengan wajah yang tiba-tiba tampak sangat sedih.
Ia menatap roti-roti yang sangat menggoda selera itu dengan perasaan lapar. Tapi karena kebiasaannya makan nasi setiap pagi maka ia tidak berani memakan makanan yang mengandung ragi atau pengembang itu sebelum memakan nasi.
Samuel Richard bisa merasakan kalau gadis itu pasti sangat menderita dengan keluarganya selama ini. Tangannya ia kepalkan marah. Rasa bencinya pada Sofyan kini kembali berkobar. Ia tidak pernah menyangka ada orang tua yang sangat tak berperasaan pada putri kandungnya sendiri.
Ia pun segera memanggil Anita agar menyiapkan menu sarapan berupa nasi putih saat itu juga. Anita dengan tanggap langsung memerintahkan pelayan untuk menyiapkan apa yang diperintahkan oleh pria yang paling berkuasa di rumah itu.
"Makanlah, " ujar pria itu seraya menatap Prilya yang sedang menatapnya. Gadis manis itu tersenyum dengan memperlihatkan kembali lesung pipinya.
"Terimakasih banyak Tuan," ucap Prilya. Samuel Richard entah kenapa merasa sangat ingin menyentuh lesung pipi gadis itu. Ia tak sadar menggerakkan tangannya ke arah pipi Prilya dan mengelusnya lembut. Gadis itu tersentak kaget.
"Saya akan pergi dengan Black. Kamu bisa melakukan apa saja hari ini."
Pria itu pun berdiri dari duduknya dan meninggalkan Prilya yang sedang dalam keadaan tak baik-baik saja. Dadanya berdebar tak karuan sedangkan pipinya ia rasakan menghangat.
Prilya, sadar kamu! Kamu bukan siapa-siapa.
Gadis itu menarik nafasnya panjang untuk meredakan debaran di dadanya. Ia segera menghadapi sarapan paginya dan segera makan dengan lahap.
Oh ya ampun, saya sampai lupa berdoa. Astaghfirullah.
"Bismillah hual awwwaluh wal akhiruhu." Kembali ia menikmati makanannya suap demi suap dengan sangat nikmat. Rasa syukur sungguh ia rasakan di dalam hatinya. Tak sadar ia menitikkan airmatanya karena merasa sangat bahagia.
"Nyonya, jangan menangis. Makanannya nanti tidak terasa nikmat." Devi yang sudah nampak segar ikut bergabung disamping gadis itu. Ia duduk dan ikut sarapan dengan Prilya sang Nyonya besar.
"Saya tidak menangis. Saya hanya merasa sangat bahagia Kak Dev." Prilya meraih beberapa lembar tissue untuk menyusut air matanya.
"Kamu memang harus bahagia Nyonya. Tuan Richard sangat perhatian padamu." Devi berucap kemudian menggigit potongan roti keju favoritnya.
"Mmmm, roti ini enak sekali Nyonya. Saya tidak pernah memakan roti yang sangat lembut seperti ini."
"Oh ya? Saya belum memakannya Kak Dev," ucap istri dari Samuel Richard itu dan langsung membawa piring bekas makannya ke dapur untuk dicuci.
"Mau kemana Nyonya?" Anita menghalangi langkah gadis itu di depan dapur.
"Saya mau mencuci piring kotor ini Bu An."
"Itu bukan tugas anda Nyonya. Biarkan pelayan yang membereskannya. Duduklah dengan santai dan minum susunya."
"Susu? Memangnya saya anak kecil yang harus meminum susu Bu An?" Prilya terkekeh dengan langkah ia lanjutkan ke dapur untuk membawa piring kotor ditangannya.
"Nyonya," Bu Anita tak bisa lagi berkata-kata melihat istri dari Tuannya itu telah mencuci piring kotor di tempat itu. Ia membiarkan gadis itu sampai selesai. Dan setelah itu ia memerintahkan semua pelayan agar melarang Nyonya muda itu untuk masuk lagi ke dapur untuk kedepannya.
"Kak Dev, hari ini kita akan melakukan apa?" tanya gadis itu setelah selesai mencuci piring kotornya.
"Kita akan ke sekolah mu Nyonya. Ujian sekolah akan dilaksanakan sebentar lagi. Jadi kamu harus melaporkan diri agar tetap ikut ujian."
"Oh ya? Apa saya bisa ikut ujian?"
"Tentu saja. Sekarang bersiaplah karena kita akan berangkat."
"Siap Kak Devi!" Prilya tersenyum lebar. Ia begitu senang mendengar kabar ini. Ia pun segera berlari ke kamarnya untuk mandi dan berpakaian.
🌺🌺🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Normah Basir
minum susu prilya supaya cepat besar dan berisi/Hunger//Facepalm/
2024-07-26
1
Susilawati Rela
heleh prilya itu cuma lasan karna ga mau minum susu, pake bilang emangnya anak kecil mesti minum susu...padahal dia harus banyak minum susu biar lebih montoq....🤭🤭🤭
2023-03-16
2
yuuuu123
wahh ada kemajuan
2023-03-16
0