"Saya hanya- Aaaaaakh," ucapan Prilya tidak berlanjut karena Samuel Richard tiba-tiba saja bangun dan mendorong tubuhnya dengan keras sampai terjatuh ke atas ranjang.
"Untuk apa lagi kamu kesini perempuan murahan! Kamu ingin meminta maaf padaku hah?!" Samuel Richard berdiri dari posisinya dan menatap tubuh gadis yang ia dorong tadi. Tubuhnya sendiri sempoyongan dan tidak bisa berdiri dengan baik.
"Pergi kamu!" Samuel Richard berteriak keras pada Prilya yang tampak bingung dan juga takut.
"Sudah berapa pria yang telah menyentuhmu hah?!" Pria itu tiba-tiba saja naik ke atas ranjang kemudian menarik tubuh Prilya dan merobek pakaiannya.
"Tuan, jangan. Saya tidak pernah disentuh oleh siapapun." Prilya mencoba menahan tangan Samuel yang terus berusaha untuk membuka pakaiannya. Ia bahkan berani melawan dan mendorong tubuh pria tinggi dan besar itu.
Ia pikir tubuh pria mabuk itu sudah tidak kuat karena pengaruh alkohol yang telah dikonsumsinya. Akan tetapi perkiraan Prilya ternyata salah.
Ia pikir pria itu tidak bertenaga ternyata tidak. Ia bahkan masih sangat kuat mencengkram tangannya.
"Lepaskan saya Tuan. Saya perempuan baik-baik. Saya mau kembali ke kamar saja." Prilya memohon. Ia sungguh takut saat ini.
"Bohong! Kamu pintar sekali berbohong Martha!" Samuel kembali membentak dengan keras.
"Hah? Martha?!" gumam Prilya dengan wajah yang nampak bingung dalam beberapa detik.
"Kamu perempuan jahat!" Pria itu menatapnya dengan tatapan marah dan sakit secara bersamaan.
Oh, jadi Tuan Richard ini mengira saya adalah Martha, baiklah. Saya akan berubah jadi Martha yang jahat. Ujar Prilya membatin. Gadis itu menyeringai kemudian balas menatap suaminya.
"Saya memang jahat. Lalu kenapa? Kamu mau marah?!" tantangnya dengan balas mencengkram kuat kerah kemeja pria itu.
Samuel tiba-tiba saja diam, rasa pengar pada kepalanya kini kembali terasa. Ia pun berusaha menyentuh kepalanya yang ia rasakan semakin pusing. Akan tetapi ia berusaha melawan rasa tidak nyaman pada tubuhnya.
"Kenapa Martha, kita bahkan baru memulai hubungan ini sayang? Kenapa kamu lebih memilih pria-pria brengsek itu!" Ia meraih rahang Prilya dan mengelusnya pelan. Tatapannya sayu disertai perasaan sakit yang teramat sangat.
"Karena kamu lebih brengsek dari pada mereka! Kamu payah. Kamu bodoh!" Prilya semakin bersemangat membalas pria mabuk itu.
Ia sangat senang karena bisa mengeluarkan isi hatinya. Rasa takutnya tiba-tiba menguap entah kemana. Ia melihat kalau pria itu sekarang sudah melemah karena terbawa perasaan.
"Martha? Kamu tega mengatakan itu padaku? Aku yang mendukungmu sampai bisa sukses seperti sekarang ini. Dan kamu mengkhianati ku?!" Samuel Richard merasakan dadanya kembali sakit. Bahunya menurun. Wajah arogannya kini tak tampak lagi.
"Kamu pria bodoh yang mau saja ditipu oleh Martha. Memangnya tidak ada perempuan yang lebih baik dari dia bodoh!"
"Emangnya apa hebatnya si Martha itu hah. Buka matamu! Ada perempuan lain yang lebih baik dan suci seperti diriku yang ups🤭!" Gadis manis itu tiba-tiba menyadari kalau ia terlalu banyak bicara sekarang. Ia pun menatap Samuel Richard yang sedang tertunduk.
"Hey, kamu tidak mendengar kata-kata terakhir saya bukan?" Prilya melambaikan tangannya di depan wajah pria itu tapi tidak ada respon samasekali.
Gadis itu mendorong tubuh Samuel yang sudah mulai tidak bertenaga hingga pria itu pun jatuh kembali ke atas ranjang.
"Hey Tuan! Kamu tidak mati 'kan karena sudah saya katakan bodoh!" Prilya mulai tampak khawatir. Ia pun perlahan mendekati tubuh pria itu yang dalam beberapa menit sudah tertidur. Tak ada lagi racauan tak jelas dari mulutnya yang berbau alkohol. Hanya ada dengkuran halus yang terdengar di dalam kamar yang tiba-tiba jadi hening itu.
"Dasar gila Martha! Pria bodoh! Ngapain mau menangisi satu perempuan padahal banyak yang mau menjadi istrimu!" Prilya terus mengoceh seraya membuka pakaian pria itu satu-satu.
"Martha Tilaar atau siapa itu! Kalau cuma modal cantik, ada banyak perempuan di luar sana yang pastinya antri untukmu Tuan bodoh!" Gadis itu benar-benar lupa pelajaran tata krama. Ia lupa kalau yang sedang ia marahi adalah suaminya.
Beberapa menit berikutnya ia sudah selesai dengan tugasnya. Tangannya berhenti pada bokser yang sedang dipakai oleh suaminya.
"Apa ini harus dibuka juga?" tanyanya dengan dada berdebar. Ia baru menyadari kalau tubuh pria dihadapannya ini ternyata sudah hampir polos. Kulitnya tiba-tiba merinding.
Penampakan tubuh atletis pria tampan itu entah kenapa mengajak otaknya yang masih polos langsung memberontak nakal.
"Martha..." Samuel kembali bergumam dengan memanggil nama perempuan itu lagi.
"Ish dasar bodoh! Entah apa kelebihan perempuan itu sampai membuatnya jadi seperti ini?!" Prilya mendengus kemudian menutupi seluruh tubuh pria itu dengan selimut. Bantal pun ia simpan di atas wajah pria itu.
"Bodo amat kalau kamu tidak bisa bernafas!" Prilya mencibir dengan perasaan yang sangat marah. Ia sangat cemburu pada yang namanya Martha itu.
"Hoamm," Gadis itu pun menguap. Tangannya yang kurus baru merasakan lelah setelah membuka semua pakaian pria yang tidak bergerak lagi itu.
"Ya ampun, ternyata ini belum pagi. Pantas saja saya masih sangat mengantuk, hoammm." Kembali ia berbicara sendiri seraya menguap berkali-kali. Ia pun naik ke atas ranjang dan berbaring agak berjarak dengan suaminya. Tak menunggu waktu lama ia pun tertidur.
🌻
Pagi pun tiba. Prilya melenguh pelan. Ia menggeliat dan berusaha untuk bangun. Akan tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak. Sebuah tangan besar sedang memeluknya dengan sangat posesif.
"Aaaaakh!" Gadis itu berteriak tertahan karena baru menyadari kalau ia sedang berada dalam pelukan pria yang telah memikirkan perempuan lain semalaman.
Sekali lagi ia berusaha untuk bangun tapi ia tidak bisa. Tubuhnya bagaikan sebuah bantal guling yang sedang dipeluk bukan cuma tangan oleh pria arogan itu melainkan kakinya yang besar juga sedang melingkar ditubuhnya.
Ia pun membalikkan tubuhnya dan mengalihkan wajahnya ke wajah pria tampan yang masih setia menutup matanya itu. Prilya terpaku, wajah tampan pria itu begitu dekat dengan wajahnya sekarang. Rahang yang tegas. Alisnya yang hitam dan lebat. Hidungnya yang mancung serta bibir yang merah membuat dadanya tiba-tiba berdebar tak karuan.
"Tuan, saya mau sholat. Tolong biarkan saya bangun." Prilya berucap dengan pelan untuk menyadarkan dirinya agar tidak terpesona pada suaminya. Nama Martha sudah menguasai semua hati pria tampan dan arogan ini. Jadi ia bukanlah siapa-siapa.
Samuel Richard tiba-tiba membuka matanya dan melihat gadis manis itu begitu dekat dan tak berjarak dengan wajahnya.
"Maaf, Tuan. Tolong lepaskan saya. Saya mau sholat sekarang." Sekali lagi Prilya memohon untuk dilepaskan. Samuel Richard hanya menatap gadis itu kemudian melepaskan pelukannya.
Prilya pun bangun dengan cepat dan segera masuk ke kamar mandi. Sedangkan sang suami hanya bisa menarik nafas panjang dan tersenyum samar.
🌻🌻🌻
"Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Uya Suriya
kok cuma visualnya Samuel.....mana visualnya Prilly...si kerempeng hot😁
2023-03-31
2
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
pasti sakit tuuu... kasian... cepat bantuin
2023-03-24
0
yuuuu123
lanjut Thor
2023-03-15
0