Bab 7 Dahi Benjol

Pagi-pagi sekali, Prilya sudah bangun. Seperti kebiasaannya di rumahnya dulu, setelah sholat ia akan menuju ke dapur untuk memasak air dan bahan-bahan untuk sarapan.

Pakaian pelayan pun ia gunakan sesuai dengan petunjuk pria yang bernama Black. Rambutnya yang hitam dan panjang ia ikat tinggi-tinggi.

Gadis itu bersenandung kecil menuju ke dapur. Pagi ini ia merasakan hatinya sangat senang. Karena ini adalah untuk pertama kalinya ia merasakan tidur pulas dan berkualitas. Tak ada suara teriakan menyuruh ini dan itu sebelum ia tidur. Dan juga tentu saja karena ia tidur di dalam kamar dan ranjang yang nyaman.

Meskipun kamarnya berada pada jejeran kamar para pelayan lainnya tetapi rasanya seperti berada di sebuah hotel mewah menurut persepsinya. Kamar yang tidak begitu luas tapi memiliki fasilitas yang sangat bagus.

Jika dibandingkan dengan kamarnya dahulu, yang hanya dari sebuah gudang yang disulap menjadi kamar tidur untuknya maka kamar disini sudah sangat lebih dari cukup.

Langkah dan senandungnya terhenti di depan pintu dapur. Seorang perempuan paruh baya menatapnya dengan tatapan datar tanpa ekspresi.

"Mau ngapain kamu?" tanya perempuan itu yang merasa terganggu dengan kedatangannya yang terlambat.

Perempuan yang bernama Anita itu sedang memberikan petunjuk pada semua pelayan pagi itu. Sebuah briefing untuk semua pelayan sebelum memulai pekerjaan di rumah besar itu.

Anita sudah tahu siapa gadis sederhana itu. Kemarin ia menyaksikan sendiri drama pernikahan paksa antara Tuannya dan gadis belia itu.

Prilya Sofyan adalah seorang istri atau Nyonya besar rasa pelayan. Akan tetapi Black tetap memberinya keistimewaan diantara semua pelayan lainnya. Ia hanya boleh mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan Samuel Richard.

"Mau ngapain disini?!" tanya Anita lagi karena wajah gadis manis dan sederhana itu tampak bingung. Ia sepertinya tidak tahu harus menjawab apa. Apalagi semua pelayan menatapnya dengan tatapan aneh.

"Mau masak air Nyonya!" jawab Prilya dengan senyum cerah diwajahnya. Nampak sekali kalau ia sudah siap bekerja.

"Masak air untuk apa?" tanya Bu Anita dengan wajah mengernyit bingung. Pasalnya di Rumah itu tidak pernah ada acara masak air.

"Untuk bikin teh atau kopi Nyonya." Prilya menjawab dengan sopan.

"Siapa yang menyuruhmu mengerjakan itu?"

Prilya nampak berpikir. Ia pikir, ia tidak perlu disuruh jika hanya untuk memasak air. Di rumahnya, Asna akan memukul dan membentaknya jika harus disuruh sebelum melakukan sesuatu.

"Ooh, harus ada perintah ya Nyonya? Maafkan saya. Kalau begitu saya harus melakukan apa?" Setelah memutar otak, gadis itu akhirnya meminta petunjuk.

"Pergilah ke kamar Tuan Richard. Kamu pasti punya tugas disana." Anita memerintahkan lewat sorot matanya agar gadis itu segera meninggalkan dapur.

"Ah iya, baiklah Nyonya. Saya akan kesana sekarang. Permisi." Prilya pun membungkukkan badannya sopan kemudian segera berbalik badan untuk pergi dari sana.

"Eh tunggu!"

"Iya Nyonya." Prilya berbalik lagi dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh perempuan paruh baya itu.

"Semua orang disini memanggilku Bu Ani. Jadi saya juga memintamu melakukan hal yang sama."

"Ah, iya Bu Ani. Makasih banyak." Prilya tersenyum lebar kemudian melanjutkan langkahnya mencari kamar pemilik rumah besar bagai istana ini.

Rupanya Bu Anita tidak sekejam Asna, ibu tirinya.

Dengan langkah ringan ia berkeliling di rumah besar itu. Akan tetapi sampai puluhan menit, ia jadi bingung sendiri karena belum menemukan kamar utama di rumah itu.

Malu bertanya sesat di jalan, begitu pikirnya. Ia meringis karena lelah. Matahari sudah terbit dan mulai menampakan sinarnya melalui jendela-jendela besar di dalam rumah itu dan ia belum melakukan satu pekerjaan yang berarti.

"Kamu masih disini?" Anita yang melihatnya berdiri dengan bengong di pangkal tangga langsung datang menegurnya.

"Ah iya Bu. Saya tidak tahu dimana kamar Tuan Richard." Gadis itu meringis. Ia melipat tangannya di depan wajahnya untuk meminta maaf.

Anita tersenyum maklum. Untuk orang baru seperti Prilya, ia yakin pasti tidak bisa menemukan kamar pribadi pemilik rumah ini. Karena tidak semua orang bisa kesana. Hanya Black, dirinya, dan satu orang kepercayaan yang bertugas untuk membersihkan.

"Ikuti saya. Akan saya antarkan kamu ke kamar Tuan." Anita melangkahkan kakinya menapaki anak tangga menuju ke lantai dua di rumah itu. Prilya pun mengikuti langkah perempuan itu.

Setelah mereka sampai, Anita meminta gadis itu masuk ke dalam karena ia masih banyak pekerjaan lain yang harus dikerjakannya.

"Bu Ani, saya takut." Prilya tiba-tiba merasakan perutnya mulas karena tegang.

"Masuk saja. Tidak apa-apa. Kamu harus berani mulai sekarang atau saya dan Tuan Black akan mendapatkan teguran."

"Ah iya, Bu. Tapi apa yang harus saya kerjakan?" tanya Prilya lagi saat kakinya sudah akan ia langkahkan ke dalam kamar itu.

"Kerjakan apa saja yang diperintahkan oleh Tuan Richard." Anita berucap seraya mendorong tubuh Prilya dengan pelan ke dalam kamar utama di rumah itu. Perempuan paruh baya itu tidak ingin berlama-lama berada di sana. Ia juga takut kalau Tuan Richard marah. Pria itu sangat disiplin dan tidak suka kalau ada yang tidak bekerja diwaktu-waktu sibuk seperti itu.

Prilya akhirnya masuk juga. Matanya memandang sekeliling ruangan kamar yang beraura maskulin itu. Ia bingung. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Kamar itu sangat bersih dan rapih. Keadaan ranjang pun menunjukkan keadaan yang sama. Ia pun mencari-cari sampah atau apa saja yang mungkin keluar dari tempatnya agar ia mendapatkan pekerjaan.

Selembar kertas ia lihat tidak berada pada tempatnya. Ia pun berjongkok dan meraih kertas itu untuk ia simpan di atas meja kembali.

"Heh, apa yang kamu lakukan di sini?" Prilya tersentak kaget. Kepalanya langsung terantuk di ujung meja karena tidak hati-hati.

"Awwwwww, ish!" Prilya meringis. Dahinya langsung memerah dan tampak benjol seketika.

"Kamu dengar tidak? Apa yang kamu lakukan disini hah?!" Kembali Samuel Richard bertanya dengan tatapan tajam. Sungguh ia sangat tidak suka kalau ada orang lain yang memasuki kamarnya.

"Sa-ya, saya hanya ingin bekerja Tuan." Prilya menjawab dengan wajah menunduk. Tangannya mengelus dahinya yang masih sangat sakit dan terasa benjol.

"Kerja apa?! Kalau bicara jangan menunduk! Saya tidak suka!" Samuel Richard menatap gadis itu dari bawah sampai keatas. Penampilan Prilya sebagai pelayan saat ini begitu menarik perhatian pria itu.

"Kerja apa saja Tuan supaya tidak sia-sia saya dibawa ke tempat ini." Prilya mengangkat wajahnya sedikit.

"Ooh, sok mau kerja kamu ya, bagus." Samuel Richard mengangkat ujung bibirnya. Ia memandang dahi gadis itu yang tampak merah dan benjol.

"Pergi kesana sekarang juga!" titahnya pada gadis itu seraya menunjuk ke arah kaca besar yang ada di sekitar deretan lemari pakaiannya.

"Ah iya Tuan," balas gadis itu dengan cepat. Ia segera melangkahkan kakinya ke arah yang ditunjukan oleh pemilik kamar itu.

"Lihat kaca itu, dan pikirkan apa yang harus kamu kerjakan!" Samuel Richard meninggalkan kamar itu dan segera keluar untuk sarapan pagi.

Prilya bingung. Ia hanya menatap wajahnya di dalam kaca itu dengan tangan menyentuh dahi benjolnya.

"Awww, ini sakit juga."

🌻🌻🌻

*Bersambung.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading ya gaess 😍

Terpopuler

Comments

Normah Basir

Normah Basir

prilya, jadilah istri,mengurus suami dgn baik

2024-07-25

1

Atik Marwati

Atik Marwati

semoga tuan Sam orang baik ..

2023-04-14

1

Susilawati Rela

Susilawati Rela

ngompres jidat benjol atuh kerjaannya biar kempes ga benjol lagi...🤭🤭🤭

2023-03-07

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kejamnya Ibu Tiri
2 Bab 2 Gara-gara Kopi
3 Bab 3 Keinginan Terkabul
4 Bab 4 Menjadi Penebus Kesalahan
5 Bab 5 Pernikahan Paksa
6 Bab 6 Perasaan Praja Wijaya
7 Bab 7 Dahi Benjol
8 Bab 8 Anak Pencuri
9 Bab 9 Nyonya Baru
10 Bab 10 Lumayan Montok
11 Bab 11 Masa Pertumbuhan
12 Bab 12 Konspirasi Black
13 Bab 13 Keanehan Samuel Richard
14 Bab 14 Ternyata Manis
15 Bab 15 Devi Aldiva
16 Bab 16 Teman Tidur
17 Bab 17 Black Angkat Tangan
18 Bab 18 Pelukan Bantal Guling
19 Bab 19 Gedebong Pisang
20 Bab 20 Sarapan Bersama
21 Bab 21 Kembali Ke Sekolah
22 Bab 22 Bertemu Pria Baik
23 Bab 23 Prilya Bimbang
24 Bab 24 Getaran Aneh
25 Bab 25 Ukurannya Belum Cocok
26 Bab 26 Sebuah Belalai Panjang
27 Bab 27 Hasrat Tak Terbendung
28 Bab 28 Sugar Baby
29 Bab 29 Ardina Lagi
30 Bab 30 Antara Dua Pria
31 Bab 31 Nargya Martha
32 Bab 32 Tekad Miss Gagal
33 Bab 33 Pengukuran Tubuh
34 Bab 34 Malam Yang Dingin
35 Bab 35 Tawaran Rendra
36 Bab 36 Masa Lalu
37 Bab 37 Butuh Pelepasan
38 Bab 38 Tak Bisa Tidur
39 Bab 39 Ujian Sekolah Selesai
40 Bab 40 Buku Nikah
41 Bab 41 Berakhir Sebagai Tersangka
42 Bab 42 Ternyata Ada Di Rumah Sakit
43 Bab 43 Paham Tugas Istri
44 Bab 44 Ayah Harus Dirujuk
45 Bab 45 Jantung Koroner
46 Bab 46 Keinginan Ardina
47 Bab 47 Saling Memaafkan
48 Bab 48 Semua Akan Kembali
49 Bab 49 Bertemu Mama Mertua
50 Bab 50 Cut Cut Cut
51 Bab 51 Kembali Dari Nirwana
52 Bab 52 Ingin Belajar
53 Bab 53 Move On
54 Bab 54 Harus Diruqyah
55 Bab 55 Sihir Dan Syetan
56 Bab 56 Doa Pengantin Baru
57 Bab 57 Sadar Diri
58 Bab 58 Devi Aldiva Ternyata???
59 Bab 59 Bermain Kotor
60 Bab 60 Cemburu Dan Dendam
61 Bab 61 Nargya Martha Lagi
62 Bab 62 Prilya Terguncang
63 Bab 63 Tak Tahu Malu
64 Bab 64 Temani Aku
65 Bab 65 Sebuah Paket Mistis
66 Bab 66 Istri Kedua
67 Bab 67 Bekas Gincu
68 Bab 68 Perang Panas
69 Bab 69 Salahkah?
70 Bab 70 Belum Bisa Dipercaya
71 Bab 71 Sebuah Balasan
72 Bab 72 Perasaan Samuel Richard
73 Bab 73 Rahasia Masa Lalu
74 Bab 74 Maafkan Aku
75 Bab 75 Prilya Egois
76 Bab 76 Bersatu Menuju Bahagia
77 Lanjutan Kisah ini Gaess
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1 Kejamnya Ibu Tiri
2
Bab 2 Gara-gara Kopi
3
Bab 3 Keinginan Terkabul
4
Bab 4 Menjadi Penebus Kesalahan
5
Bab 5 Pernikahan Paksa
6
Bab 6 Perasaan Praja Wijaya
7
Bab 7 Dahi Benjol
8
Bab 8 Anak Pencuri
9
Bab 9 Nyonya Baru
10
Bab 10 Lumayan Montok
11
Bab 11 Masa Pertumbuhan
12
Bab 12 Konspirasi Black
13
Bab 13 Keanehan Samuel Richard
14
Bab 14 Ternyata Manis
15
Bab 15 Devi Aldiva
16
Bab 16 Teman Tidur
17
Bab 17 Black Angkat Tangan
18
Bab 18 Pelukan Bantal Guling
19
Bab 19 Gedebong Pisang
20
Bab 20 Sarapan Bersama
21
Bab 21 Kembali Ke Sekolah
22
Bab 22 Bertemu Pria Baik
23
Bab 23 Prilya Bimbang
24
Bab 24 Getaran Aneh
25
Bab 25 Ukurannya Belum Cocok
26
Bab 26 Sebuah Belalai Panjang
27
Bab 27 Hasrat Tak Terbendung
28
Bab 28 Sugar Baby
29
Bab 29 Ardina Lagi
30
Bab 30 Antara Dua Pria
31
Bab 31 Nargya Martha
32
Bab 32 Tekad Miss Gagal
33
Bab 33 Pengukuran Tubuh
34
Bab 34 Malam Yang Dingin
35
Bab 35 Tawaran Rendra
36
Bab 36 Masa Lalu
37
Bab 37 Butuh Pelepasan
38
Bab 38 Tak Bisa Tidur
39
Bab 39 Ujian Sekolah Selesai
40
Bab 40 Buku Nikah
41
Bab 41 Berakhir Sebagai Tersangka
42
Bab 42 Ternyata Ada Di Rumah Sakit
43
Bab 43 Paham Tugas Istri
44
Bab 44 Ayah Harus Dirujuk
45
Bab 45 Jantung Koroner
46
Bab 46 Keinginan Ardina
47
Bab 47 Saling Memaafkan
48
Bab 48 Semua Akan Kembali
49
Bab 49 Bertemu Mama Mertua
50
Bab 50 Cut Cut Cut
51
Bab 51 Kembali Dari Nirwana
52
Bab 52 Ingin Belajar
53
Bab 53 Move On
54
Bab 54 Harus Diruqyah
55
Bab 55 Sihir Dan Syetan
56
Bab 56 Doa Pengantin Baru
57
Bab 57 Sadar Diri
58
Bab 58 Devi Aldiva Ternyata???
59
Bab 59 Bermain Kotor
60
Bab 60 Cemburu Dan Dendam
61
Bab 61 Nargya Martha Lagi
62
Bab 62 Prilya Terguncang
63
Bab 63 Tak Tahu Malu
64
Bab 64 Temani Aku
65
Bab 65 Sebuah Paket Mistis
66
Bab 66 Istri Kedua
67
Bab 67 Bekas Gincu
68
Bab 68 Perang Panas
69
Bab 69 Salahkah?
70
Bab 70 Belum Bisa Dipercaya
71
Bab 71 Sebuah Balasan
72
Bab 72 Perasaan Samuel Richard
73
Bab 73 Rahasia Masa Lalu
74
Bab 74 Maafkan Aku
75
Bab 75 Prilya Egois
76
Bab 76 Bersatu Menuju Bahagia
77
Lanjutan Kisah ini Gaess

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!