Samuel Richard kembali ke kamarnya untuk bersiap ke kantor. Dan begitu kagetnya ia karena masih menemukan Prilya berada di dalam kamarnya. Gadis pelayan itu sedang sibuk membersihkan kamar dengan menggosok kaca dihadapannya sampai kelelahan.
"Apa yang kamu lakukan?!" tanya pria itu dengan tatapan tajam.
"Membersihkan kaca ini Tuan." Prilya menjawab dengan tangan masih menggosok semua kaca yang ada didalam ruangan itu.
"Dasar bodoh! Ngapain membersihkan barang yang sudah bersih!" Pria itu mendengus kesal. Ia tidak pernah melihat ada gadis yang sudah kurus, jelek, dan juga sangat bodoh seperti itu.
"Tuan kan yang meminta saya ke kaca ini dan menyuruh saya memikirkan pekerjaan yang harus saya kerjakan."
"Dan itu yang kamu dapatkan?"
"Iya Tuan. Setiap saya berdiri di depan semua kaca di ruangan ini. Kacanya tiba-tiba berubah jadi jelek dan kotor. Makanya saya bersihkan semuanya."
"Itu berarti bukan kacanya yang jelek dan kotor. Tapi kamu yang tidak pantas berada di dalam sana."
"Hah?" Prilya nampak bengong dalam beberapa detik kemudian ia sadar kalau ia sedang disindir oleh pria itu.
"Kenapa? Kamu sudah mengerti dengan apa yang saya katakan? Kamu itu jelek dan tidak menarik. Kacanya saja berubah jadi jelek karena mu. Jadi sekarang kamu keluar dari sini. Saya tidak mau melihat kamu berada di dalam kamar ini."
"Menganggu mata ku saja," dengus pria itu dengan tatapan meremehkan.
"Ah iya. Terimakasih banyak Tuan. Itu artinya saya akan minta pekerjaan lain dari Bu Anita." Prilya pun membungkukkan badannya hormat kemudian segera pergi dari ruangan itu.
"Terserah. Yang penting jangan pernah muncul di hadapanku." Entah kenapa ia begitu kesal dengan gadis jelek yang sialnya sudah menjadi stri sahnya itu. Rasa kesalnya benar-benar sudah sampai di ubun-ubun melihat gadis itu mengerjakan sesuatu yang sudah dikerjakan oleh orang lain.
"Menghancurkan mood ku saja pagi-pagi!"
Prilya yang mendengar kata-kata pria itu langsung menghentikan langkahnya kemudian tersenyum lebar. Ia juga sangat senang jika tidak berjumpa dengan pria itu yang sialnya adalah seseorang yang telah menikahinya.
"Kenapa berhenti? Apa ada kuman yang lupa kamu bawa ikut serta?!" sindir pria itu dengan bibir mencibir. Prilya memutar bola matanya malas. Ia menghentakkan kakinya dengan keras kemudian segera pergi dari kamar itu. Ia tidak mungkin membalas karena ia hanyalah seorang pelayan.
"Hey tunggu!" Langkah gadis itu berhenti pas di depan pintu kamar itu. Prilya menunggu disana tetapi tidak membalikkan badannya.
"Kamu tidak mengambil barang-barang penting di dalam kamar ini 'kan?" tanya Samuel Richard dengan suara yang sangat tenang tetapi mampu membuat gadis sederhana itu membeku.
Deg
Kuping gadis itu langsung memerah karena kesal dan tersinggung. Kata-kata pria itu berarti merupakan sebuah tuduhan. Dengan cepat ia berbalik dan menghampiri pria yang paling berkuasa di dalam rumah itu.
"Tuan mencurigai saya?" Dengan berani gadis itu menatap tajam pria tampan dan tak punya perasaan itu.
"Menurut kamu?!" Samuel Richard balas bertanya dengan ekspresi wajah datar.
"Maaf ya Tuan. Saya dari keluarga baik-baik dan tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Meskipun saya miskin saya tidak pernah berpikir untuk mencuri atau mengambil milik orang lain." Suara Prilya bergetar menahan emosi didadanya.
"Oh ya? Kamu anaknya Sofyan 'kan? Si pencuri dan juga penipu milik orang lain." Samuel Richard langsung mencengkram kuat lengan gadis itu karena kembali kesal dengan kerugian yang ia dapatkan karena perbuatan ayah gadis itu.
"Aaaaaw!" Gadis itu meringis sakit. Tangan besar pria itu rasanya menembus tulangnya yang hanya dibalut kulit tipis.
"Dan kamu harus tahu nona jelek. Like father like daughter, bagaimana ayahnya begitupula anaknya!" geram Samuel Richard dan langsung mendorong tubuh ringkih gadis itu sampai terjatuh di lantai.
"Aaaww!" Prilya meringis sakit. Meskipun lantai kamar itu dilapisi karpet mahal dan tebal, tetap saja bagian belakangnya juga merasakan nyeri.
"Keluar kamu!" Teriak pria itu dengan keras. Prilya merasakan takut yang teramat sangat. Selama ini ia merasakan siksaan fisik dan herbal dari ibu dan saudara tirinya yang merupakan perempuan. Dan sekarang yang melakukan hal yang sama adalah pria tinggi besar. Bisa-bisa ia mati dalam waktu hanya 24 jam.
Ia pun segera berdiri dan keluar dari kamar itu dengan terpincang-pincang menahan sakit. Black yang melihat Prilya dalam keadaan seperti itu langsung menghampiri gadis itu.
"Apa ada yang bisa saya bantu Nyonya?" tanyanya dengan perasaan khawatir. Ia yakin pasti pimpinannya itu telah melakukan kekerasan pada istrinya.
"Tidak ada Tuan. Maaf Saya mau kembali ke kamar." Prilya menjawab dengan tubuh gemetar. Ia baru ingat kalau belum makan apa pun pagi itu. Dan sekarang ia sangat lapar.
"Ah ya, silahkan Nyonya." Pria itupun melangkahkan kakinya ke Dapur. sedangkan Prilya melangkahkan kakinya ke kamarnya. Meskipun ia lapar, ia sangat malu ke dapur karena tidak ikut bekerja bersama dengan pelayan-pelayan yang lainnya.
Sungguh ia tahu diri kalau ia bukanlah siapa-siapa di rumah itu. Seorang anak pencuri dan penipu, itu adalah gelarnya sekarang.
Aku masih punya sepotong cake sisa semalam. Aku yakin itu juga bisa mengganjal perutku sampai makan siang tiba. Gadis itu membatin dengan berusaha untuk tersenyum.
Membuka pintu kamarnya, ia segera mencari potongan cake yang diberikan oleh Yani, tetangga kamarnya di deretan kamar-kamar pelayan di rumah itu.
"Alhamdulillah, ini rezeki yang tak ternilai harganya." ujarnya dengan senyum diwajahnya. Dengan menyebut nama Tuhan, ia pun memakan habis cake itu dengan rakus. Setelah itu ia minum air putih agar bisa merasa lebih kenyang.
Tok
Tok
Gadis itu langsung berdiri dari duduknya dan membuka pintu kamarnya. Yani berdiri disana dengan sebuah nampan berisi makanan dan minuman.
"Kamu makan dulu Pril. Pasti kamu lapar banget ya?" Yani mempersilahkan gadis itu untuk makan dengan meletakkan nampan itu di atas meja di dalam kamar itu.
"Kamu kok baik sekali sih Yan. Padahal saya ini orang baru lho disini."
"Makan lah dulu supaya kamu kuat berterima kasih padaku hehehe," kekeh Yani dengan wajah cerianya. Prilya setuju. Ia tidak mau berbicara dulu. Perutnya sudah lama bernyanyi minta untuk diisi.
"Siapa yang memintamu membawa makanan ini Yan?" tanya Prilya setelah ia berhasil menghabiskan makanan dan minuman itu.
🌻🌻🌻
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading ya gaess 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
RACHMAH PARAUDDIN
untuk menggapai kebahagian hrs ada pengorbanan prilly ...semangat /Heart/
2024-07-30
0
Normah Basir
lebih dirmhnya yg sekarang,klau prilya SDH makan teratur,yakin. bobot tubuhnya akan bertambah
2024-07-25
1
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
nyanyi apa tu peruttt????
2023-03-14
0