Ardina segera berlari ke arah pagar ketika melihat mobil yang membawa Ayahnya pergi kini datang kembali. Ia berharap mereka yang menculik sang Ayah mengembalikan pria itu kembali ke Rumahnya.
Dan benar saja harapannya. Mobil mewah berwarna hitam itu menurunkan ayahnya dalam keadaan sehat meskipun tampak banyak bekas pukulan diwajahnya.
"Ayah, apa yang terjadi?" Ardina langsung menjemput sang ayah dengan sebuah pertanyaan. Sofyan tidak menjawab. Ia hanya berlalu dari hadapan putrinya itu dengan perasaan yang sangat kacau.
"Ayah, ada apa? Kenapa tidak menjawab pertanyaanku?" Ardina terus bertanya karena sangat khawatir dan juga penasaran.
"Prilya diculik oleh mereka." Sofyan menjawab dengan satu kalimat yang langsung membuat Ardina tersenyum lebar. Ia sangat senang dengan kata penculikan. Itu artinya Prilya saat ini sedang sangat menderita.
"Diculik? Siapa pelakunya Mas?" Asna yang mendengar perkataan suaminya itu langsung melanjutkan rasa penasarannya.
"Hem, pantas saja anak itu tidak nampak di rumah ini, kasihan sekali." Asna cepat-cepat memperlihatkan wajah simpatinya seperti yang dilakukan oleh Ardina sang putri.
"Samuel Richard pelakunya. Brengsek!" Sofyan memukul dinding dengan sangat marah.
"Sam - Samuel Ri - Chard? Pengusaha kaya itu Mas? Dia kan pimpinan perusahaan tempatmu bekerja!?" Asna meraih bahu suaminya untuk menunggu jawaban yang sangat penting ini.
"Iya Asna. Samuel Richard yang melakukan semuanya. Termasuk penculikan saya tadi."
"Oh ya ampun Mas. Apa ini kesalahan Prilya sampai kamu diperlakukan sangat buruk seperti ini?" Asna meraih dagu suaminya dan memandang wajah pria itu yang dipenuhi luka berwarna merah keunguan.
"Dasar anak kurang ajar! Dan bagaimana caranya coba, anak itu bisa berurusan dengan pria kaya dan terhormat seperti Samuel Richard itu." Asna terus menggerutu dengan sangat kesal. Ia pun memandang Ardina dan menyuruhnya mengambil kotak obat.
"Cepetan Din."
"Iya Bu. Sabar dong." Ardina langsung berlari kearah ruang keluarga dan mencari kotak obat yang dimaksud oleh ibunya. Tak lama kemudian ia pun kembali ke ruang tamu dan memberikan kotak obat itu pada sang ibu.
"Gini nih, kalau kamu memanjakan Prilya, kamu yang berakhir dipermalukan seperti ini mas," ujar Asna seraya mengoleskan salep pada bekas luka pukulan diwajah suaminya.
"Bukan Prilya yang salah Asna. Saya yang paling bersalah disini. Dan putriku yang menanggung kesalahan dan kebejatan ku."
"Nah, ini nih yang namanya cinta buta pada Prilya. Sudah jelas-jelas anak itu yang bermasalah dengan Tuan Richard tapi kamu masih membelanya. Ah sudahlah saya tidak mau lagi mengobati lukamu." Asna langsung menyerahkan salep pada suaminya dengan wajah kesal.
"Dengarkan saya Asna. Semua ini kesalahanku dan tidak ada hubungannya dengan Prilya. Saya yang telah membawa lari uang Tuan Richard dan ku habiskan untuk berjudi. Tapi sekarang Prilya yang harus membayarnya." Sofyan meremas rambutnya karena merasa sangat bersalah.
"A-Apa yang kamu katakan Mas? Kamu membawa lari uang Tuan Richard? Berapa Mas hingga ia mengambil Prilya sebagai gantinya?!" Asna kembali meraih tubuh suaminya dan membuat mereka saling berhadapan.
"1 Milyar Asna."
"A-Apa?!" mulut perempuan itu membola begitupun dengan matanya. Dadanya sesak. Ia tidak menyangka kalau suaminya pernah mendapatkan uang satu milyar dan hanya dihabiskan di Meja judi dan bukannya diberikan padanya.
"Mas, kamu benar-benar jahat! Seharusnya uang itu kamu berikan padaku agar kita bisa kaya! Dasar kamu suami tidak pernah tahu kebutuhan istri dan anak!" Asna berteriak histeris. Ia menangisi uang yang sangat banyak itu.
Sofyan semakin merasa terpuruk. Ia tahu kalau ia salah dan telah membuat putrinya menderita.
"Pantas saja kalau orang-orang itu membunuhmu Mas, kamu adalah pencuri bodoh!"
"Dan saya berharap Prilya disiksa dengan sangat keji oleh pria itu."
"Hey, tutup mulutmu Asna! Kamu tidak pantas mengatakan hal seperti itu pada putriku. Priya adalah anak yang baik."
"Heleh, anak baik bagaimana? Ia selalu mengingatkan saya pada Ibunya yang telah merebut kamu dariku Mas."
"Astaghfirullah. Kamu masih mendendam padahal sekarang ini kamu sudah memilikiku seutuhnya?!"
"Tentu saja, bertahun-tahun Aku menunggu sampai akhirnya perempuan itu mati barulah kita bisa melegalkan hubungan kita."
"Sudah, jangan katakan itu lagi. Saat ini saya hanya ingin mengumpulkan uang untuk menebus Prilya dari Samuel Richard."
"Apa?! Kamu masih ingin mencari uang untuk membuat Prilya kembali ke rumah ini? Tidak! Saya tidak setuju. Saya tidak rela jika kamu harus mencari uang sebanyak itu untuk menebus Prilya. Enak saja, dia pikir uang itu hanya dipetik dengan sangat mudah? Kamu bekerja sebanyak 24 jam sehari pun kamu tidak akan mendapatkan uang itu. Jadi sekarang, lupakan Prilya. Biarkan ia tetap disana menjadi makanan binatang peliharaan Samuel Richard." Asna sampai kehabisan nafas karena begitu marah dengan kerugian materi yang dialami oleh keluarganya.
Tok
Tok
Tok
Perhatian mereka semua teralihkan ke arah pintu. Praja Wijaya sedang berdiri disana dengan ekspresi yang tak terbaca.
"Assalamu'alaikum paman."
"Waalaikumussalam Praja. Silahkan masuk." Sofyan langsung mempersilahkan pria itu untuk masuk dan duduk di ruang tamu minimalis itu.
"Kak silahkan duduk." Ardina mempersilahkan pria itu untuk duduk. Ia begitu senang saat ini karena pria itu datang disaat Prilya tidak ada di rumah. Dan itu artinya ia akan mempunyai banyak waktu bersama pria tampan dan kaya itu.
"Terimakasih banyak Din." Ardina tersentak dari lamunannya. Ia langsung tersenyum lebar.
"Paman, ada apa dengan wajahmu? Apakah ini semua dari penculik yang membawamu pergi?" Praja menatap luka-luka lebam itu dengan tatapan serius.
"Heh, kamu tahu darimana kalau saya diculik?" Sofyan bukannya menjawab malah balik bertanya.
"Dina yang menghubungi saya Paman. Katanya ada beberapa orang yang tidak dikenal membawamu pergi dari rumah ini."
Sofyan menarik nafas panjang. Awan hitam kembali bergelayut diwajahnya yang sudah babak belur itu.
"Yang diculik itu Prilya. Tuan Samuel Richard menjadikan putriku sebagai penebus utang-utangku padanya."
"Astaghfirullah. Kenapa bisa seperti itu paman." Praja Wijaya sampai berdiri dari duduknya karena terlalu kaget dengan apa yang barusan didengarnya.
"Saya yang bersalah. Seharusnya saya memikirkan ini semua sebelum melakukan hal ini pada Tuan Samuel Richard."
"Berapa banyak uang pria itu yang paman habiskan?"
"Satu Milyar!"
Praja Wijaya terdiam. Meskipun ia mempunyai banyak uang tapi jumlah sebanyak itu tidak akan sanggup ia sediakan dalam waktu dekat.
"Jangan kamu pikirkan. Biarkan saya saja yang memikirkannya." Sekali lagi Sofyan membuang nafas beratnya.
Sedangkan Praja Wijaya hanya terdiam. Ia tahu kalau hatinya sedang tidak baik-baik saja saat ini. Ia sungguh ingin membawa kembali Prilya ke rumahnya sebagai istrinya saja agar ia bisa melindunginya dari orang-orang jahat.
🌻🌻🌻
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Uya Suriya
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹....buat Prilly agar secantik mawar
2023-03-30
1
Susilawati Rela
sayang kamu udah telat praja muda Karana eh...prilya nya udah nikah tuh sama Richard,..
2023-03-07
2
Langit Biru
Prilya kamu bisa!!!
2023-03-07
0