"Nyonya darimana?" tanya Ibu Anita lagi karena Prilya hanya bengong saja. Gadis itu malah sibuk melihat sana-sini seolah-olah mencari sesuatu.
"Bu Anita ngomong sama saya?" Akhirnya keluar juga pertanyaan itu dari mulutnya.
"Tentu saja Nyonya."
"Nyonya?" Prilya mengulang kata itu dengan dahi mengernyit bingung. Sungguh ia merasa sangat tidak pantas dipanggil Nyonya oleh perempuan paruh baya yang sangat bersahaja itu. Ia adalah pelayan rendahan yang sama dengan pelayan lainnya di rumah itu.
"Jangan panggil saya seperti itu Bu. Kepala saya terasa langsung beruban mendengarnya, hehehe," kekeh Prilya. Anita tersenyum. Rupanya istri dari Tuan Richard ini selain sangat sederhana dia juga suka bercanda.
"Kamu adalah Nyonya di rumah ini. Mau atau tidak, itu sudah terjadi."
"Hah? Jadi ini beneran? Bu Ani tidak sedang bermimpi 'kan?" Prilya melangkahkan kakinya mendekati perempuan paruh baya itu. Trolleynya ia tinggalkan dibelakangnya.
"Saya tidak bercanda Nyonya Richard. Tuan Black yang meminta semua orang di rumah ini memanggil kamu dengan panggilan Nyonya. Jadi tidak ada bantahan." Anita berucap dengan nada tegas.
"Tapi kenapa Bu? Semua orang tahu siapa saya disini. Saya tidak lebih dari seorang pelayan yang hanya pantas jadi keset Tuan Richard. Kami tidak pantas disandingkan Bu. Jauh sekali, bagai bumi dan langit."
"Sudah kamu ngomongnya?!" Anita memandang gadis manis berkulit coklat itu dengan tatapan tajam. Prilya langsung menundukkan wajahnya karena takut.
"Kamu ngomong sok dewasa sekali Nyonya. Sekarang tidak ada bantahan. Kamu harus menerima kenyataan bahwa kamu adalah Nyonya di rumah ini. Jadi sekarang, pergilah ke ruangan itu. Ikuti apa saja perintah Devi."
"Tapi??"
"Tapi apa lagi Nyonya?!"
"Bagaimana dengan trolleynya Bu? Pakaian Tuan Richard ada di dalamnya." Prilya memandang sebuah alat yang ia gunakan tadi untuk membawa satu keranjang besar berisi semua pakaian Samuel Richard yang sudah ia setrika.
"Itu bukan tugas Nyonya. Itu adalah tugas Yani. Jadi sekarang temui Devi di ruangan itu." Anita sepertinya sudah tidak mau dibantah. Ia tidak mau kalau Tuan Black akan menelponnya lagi dan menanyakan tentang tugasnya.
"Ah, baiklah Bu. Perkataanmu itu adalah titah buatku," ujar Prilya seraya membungkukkan badannya dengan tangan memegang ujung seragamnya. Ia melakukan penghormatan ala-ala pelayan di dalam drama-drama di Televisi.
"Ya ampun Nyonya. Kamu sungguh berlebihan, hahaha." Bu Anita tertawa terbahak-bahak dengan aksi Prilya yang seperti itu.
"Saya senang karena bisa melihat Bu Ani tertawa seperti ini. Pertahankan ya Bu." Prilya pun pergi dari sana dengan gelengan kepala Anita.
Dasar anak remaja. Semoga saja ia bisa menaklukkan Tuan Richard.
Anita pun pergi dari tempat itu dan akan mencari Yani untuk melanjutkan pekerjaan Prilya tadi.
🌻
Tok
Tok
Tok
"Bisa saya masuk?" Prilya mendorong pintu kaca ruangan itu dan melongokkan kepalanya ke dalam. Seorang gadis cantik dengan tampilan modis tersenyum padanya dan menyuruhnya untuk masuk.
"Nyonya Richard?" Devi bertanya dengan mata memandang Prilya dari atas kebawah.
"Ah bukan. Saya Prilya." Gadis itu tersenyum meringis. Ia tidak ingin mengaku-ngaku kalau bukan pria itu yang memberinya Izin untuk memakai namanya.
"Oh bukan ya?" Lalu untuk apa kamu kemari? Saya hanya ingin bertemu dengan Nyonya Richard." i memandang gadis berseragam pelayan itu dengan tatapan menilai. Black sudah memberitahu ciri-ciri istri Samuel Richard padanya. Dan penampilan gadis dihadapannya ini persis dengan penggambaran pria dingin itu.
Mata bulat indah, kulit coklat eksotis. rambut hitam, lurus, dan panjang, tinggi sekitar 165 Cm. Langsing eh terlalu langsing, tapi bagian depannya cukup berisi.
"Hum, tak apa. kalau Nyonya Richard tak ada. Kita berdua bisa mengobrol saja kalau begitu." Devi tersenyum. Ia sekarang yakin kalau gadis dihadapannya ini adalah Nyonya Richard yang tidak mau mengaku.
"Kenalkan, saya Devi." Gadis cantik itu menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Prilya tersenyum kemudian membalas gadis itu.
"Bisa kamu berputar Prilya?" pinta Devi dengan sopan.
"Hah?"
"Iya, berputar seperti ini," ujar Devi seraya menunjukkan cara berputar sesuai keinginannya. Prilya sekali lagi tersenyum kemudian melakukan apa yang diminta oleh gadis bernama Devi itu.
Plak
"Aaaww!" Prilya tak sadar berteriak keras. Pantatnya tiba-tiba dipukul oleh Devi lumayan keras.
"Hey! Kamu memukulku?" tanyanya dengan tatapan tajam.
"Lumayan montok!" jawab gadis itu dengan santai.
"Hah?"
🌻🌻🌻
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Uya Suriya
kayaknya Prilly mo di permat sama si devi
2023-03-31
0
Susilawati Rela
montoq....kaya ayam negri....😁😁😁
2023-03-08
1
erma irsyad
Black berusaha menyatukn Richar sm Prily👍👏,..
2023-03-08
1