Sepanjang malam itu Prilya dan Devi menghabiskan waktu untuk mengobrol. Devi jadi tidak mengantuk lagi setelah berpindah tempat ke kamar tamu bersama dengan Prilya.
Devi yang merupakan seorang guru privat akhirnya menggunakan kesempatan itu untuk mengajari lagi gadis yang tadinya mengakui dirinya sebagai pelayan.
"Nyonya Prilya. Ibu dan ayah mertua anda dari Inggris akan segera datang ke Rumah ini. Dan Tuan Black berharap saat itu tiba, anda bisa menunjukkan kalau anda adalah perempuan berpendidikan dan tahu tata krama." Devi menjelaskan maksud sebenarnya ia berada di rumah itu.
"Saya masih belum tamat SMA Kak Dev. Saya berada di sini karena diculik oleh Tuan Black, jadi bisakah kita tidak membicarakan hal-hal yang berat seperti itu Kak Dev? Ini sudah larut, masak sampai tengah malam begini kita masih akan membahas tentang tata krama." Prilya mulai menguap. Ia sudah mulai mengantuk dan lelah.
"Tapi itulah tugas saya dari Tuan Black. Memastikan anda bisa bergabung dan membaur di dalam keluarga Tuan Richard dengan baik."
"Kak Dev, kamu pasti tahu latar belakangku sebelum menjadi istri Tuan Richard 'kan? Saya ini hanya dinikahi sebagai penebus utang dari Ayahku. Jadi saya tidak layak dijadikan sebagai Nyonya di Rumah ini."
Prilya menjawab semua perkataan Devi karena ia merasa sia-sia saja belajar kalau suaminya tidak menganggapnya ada.
"Apapun latar belakang kamu Nyonya. Kamu adalah istri yang sah dari Tuan Richard. Jadi kamu harus belajar untuk melebur dalam keluarga suamimu." Devi berucap dengan tegas agar Prilya sadar kalau menjadi istri seorang Samuel Richard sudah merupakan takdir yang harus dijalankannya. Mau atau tidak.
"Kalau begitu kita belajar besok saja ya Kak. Saya sekarang sangat mengantuk, hoaamm." Prilya menguap. Ia tidak ingin lagi mengobrol. Tubuhnya benar-benar tidak bisa lagi diajak untuk bekerjasama saat ini.
Gadis itu pun naik ke tempat tidur dan bersiap untuk tidur. Ia sudah mengantuk dan tidak berniat untuk belajar lagi. Sedangkan Devi hanya bisa menarik nafas panjang. Ia tidak mau begadang sendirian malam itu.
"Nyonya, jangan tidur dong. Bagaimana dengan saya yang sudah tidak mengantuk lagi?" Devi memandangi punggung gadis berusia 18 tahun itu dengan pandangan nelangsa.
"Terserah Kak Devi. Mau tidur juga atau mau mengajar sendiri, saya sudah ngantuk hoaaamm," balas Prilya seraya menguap lagi. Tak lama kemudian ia pun tertidur.
"Oh ya ampun anak ini. Baiklah, kita tidur saja. Besok kita masih akan belajar banyak hal." Devi pun membuka pakaiannya dan menyisakan pakaian dalamnya saja. Ia tidak membawa pakaian tidur karena memang tidak ada niat untuk menginap.
Tok
Tok
Tok
Devi melihat ke arah pintu dan melihat jam yang ada di dinding kamar itu.
Siapa yang mengetuk pintu malam-malam begini?
Gadis itu pun segera meraih pakaiannya lagi dan memakainya. Ia segera melangkah ke arah pintu kamar untuk membukanya.
"Tuan Black?" Devi berujar seraya memandang pria dihadapannya dengan tatapan tanya.
"Dimana Nyonya Prilya?"
"Sudah tidur. Ada apa?"
"Bangunkan sekarang juga. Ia harus kembali ke kamarnya saat ini juga." titah pria itu dengan wajah datarnya.
"Anda tega membangunkan paksa seseorang disaat ia sedang tertidur?"
"Devi, bangunkan Nyonya sekarang atau saya akan masuk sendiri." Black tampak sangat tidak sabar saat ini. Ia tidak ingin berdebat dengan siapapun karena keadaan sedang sangat genting.
"Hum baiklah." Devi langsung masuk kembali ke kamar yang ia tempati bersama dengan Prilya. Ia pun memaksa gadis itu untuk bangun.
"Nyonya bangun," panggil Devi pada gadis yang sedang tertidur lelap dan memeluk bantal gulingnya itu. Prilya melenguh pelan kemudian membuka matanya.
"Ada apa Kak, apa sudah pagi ya?" tanya Prilya seraya mengucek matanya. Ia menatap Devi yang juga sedang menatapnya.
"Tuan Black mencari anda, ayo bangun sekarang."
"Oh, pagi-pagi begini Tuan Black mau menyuruh apa? Apa ia tidak punya kerjaan lain Kak?" Prilya pun bangun dengan mata yang masih sangat mengantuk. Devi tersenyum. Ia tidak mungkin mengatakan kalau ini masih malam dan bahkan tengah malam. Ia pun meraih sisir dan membantu merapikan rambut gadis manis itu.
"Saya akan mencuci wajah dulu Kak, tapi eh ini kan pagi. Artinya mau sholat subuh dulu dong." Prilya berucap seraya melangkahkan kakinya ke arah wastafel untuk mencuci wajahnya agar lebih segar dan tidak mengantuk.
"Kalian kenapa mengobrol lama sekali?" Black langsung masuk ke kamar itu dengan wajah tak sabar.
"Ayo cepat Nyonya. Tuan Richard sedang tidak baik-baik saja."
"Baiklah. Kak Devi saya kesana dulu ya," ujar Prilya dan segera mengikuti pria berpakaian hitam-hitam itu kemanapun melangkah.
"Silahkan masuk Nyonya." Black mempersilakan gadis itu untuk memasuki kamar yang sama yang pernah ia masuki sebelumnya.
Prilya pun masuk dan mendapati Samuel Richard sedang tidur tengkurap di atas ranjang dalam keadaan yang sangat kacau. Sepatunya masih terpasang dikakinya. Pria itu meracau tak jelas layaknya orang yang sedang mabuk.
"Apa yang harus saya lakukan Tuan?' tanya Prilya dengan tatapan bingungnya.
"Buka pakaian suami anda dan pastikan ia tidur dengan nyaman." Black memberikan perintahnya kemudian meninggalkan Prilya dengan ekspresi bingungnya.
"Membuka pakaiannya? Memangnya saya bisa?" tanya Prilya seraya mengarahkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ia mencari pria kepercayaan suaminya yang ternyata sudah tidak berada di tempat itu.
"Tuan Black? Hello dimana kamu?" Prilya memanggil pria itu lagi untuk membantunya. Akan tetapi orang itu benar-benar sudah menghilang bagai ditelan bumi.
Black yang sudah berada di depan kamar dan sempat mendengar namanya dipanggil oleh Nyonya muda itu hanya tersenyum samar. Untuk malam ini ia ingin tidur nyenyak dan tidak mau mengurusi pria menyedihkan yang sedang mabuk karena seorang perempuan bernama Martha itu.
"Malam ini adalah tugasmu Nyonya untuk membuat pria itu sadar dari kebodohannya selama ini," gumamnya seraya melanjutkan langkahnya ke arah kamarnya sendiri.
Karena tidak mendapat jawaban dari Black, Prilya pun menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Ia mendekati ranjang dimana suaminya sedang berada di sana dalam keadaan meracau tak jelas.
Mana bisa saya membuka pakaian pria yang sangat besar dan tinggi ini sendirian?
Apa saya biarkan saja ya?
Gadis itu duduk ditepi ranjang dan menatap pria itu yang sedang mengumpat dan menyebut-nyebut nama Martha.
"Brengsek!"
"Martha, kamu tega padaku!"
Prilya hanya tersenyum meringis. Ia yakin kalau Martha adalah seorang perempuan penting dalam hidup suaminya. Entah kenapa hatinya merasa tidak baik-baik saja melihat kesedihan pria dihadapannya karena perempuan lain.
"Saya adalah istrinya, itu adalah takdirku, mau atau tidak, itu kata Kak Devi. Jadi saya harus mengurus pria ini," gumamnya seraya membuka sepatu suaminya satu-satu. Setelah itu ia berusaha membalikkan badan pria itu dengan sekuat tenaganya.
Prilya tersentak kaget karena tangannya tiba-tiba dicengkeram kuat oleh pria itu.
"Kamu mau apa hah?!"
🌻🌻🌻
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
mau ngobrak abrik baju
2023-03-23
1
Susilawati Rela
aku mau melakukan kewajibanku....🤭🤭🤭
2023-03-15
2