"Tidak!"
"Devi Aldiva!" Black mengerang kesal karena gadis itu berani melawannya.
Detik berikutnya, Pria itu menangkap suara handle pintu dibelakangnya bergerak. Itu artinya gadis yang ia suruh berhenti itu tidak mendengarkan kata-katanya. Dengan cepat ia berbalik dan menangkap tangan Devi yang sedang memutar pegangan pintu itu.
"Kamu pikir bisa pergi begitu saja hah?!" tanyanya dengan tatapan tajam pada gadis cantik itu. Devi mencibir, ia memandang tangannya yang sedang dipegang erat oleh pria sok berkuasa itu.
"Kenapa Tuan Black? Anda mau memecat saya?" Devi kesal. Ia pun menarik tangannya tapi sayangnya tangannya digenggam erat oleh pria itu.
"Lepaskan!" Devi semakin kesal. Wajahnya memerah karena emosi. Akan tetapi Black hanya menatapnya saja dan tidak mengindahkan perkataan gadis itu.
"Kamu tidak baca kontrak kerjamu Dev? Selama sebulan kamu harus mengajari Nyonya muda. Kalau kamu lari dari kontrak maka kamu pasti tahu akibat nya."
"Iya, saya tahu. Maafkan saya Tuan." Devi tersadar kalau ia ternyata terikat kontrak kerja dengan pria itu.
Ia pun menghentakkan kakinya kesal. Ia tidak berniat lari dari kontrak tetapi bekerja bersama dengan pria sok ngatur dan berkuasa seperti ini bisa membuatnya mati karena jengkel.
"Saya tidak pernah berniat lari dari kontrak Tuan Black. Kamu saja yang terlalu takut saya tinggalkan, iyyakan?" Devi dengan berani memutar fakta. Ia sudah terlanjur salah bicara tadi. Dan ia tidak mau nampak bersalah lagi. Sudah basah, ia harus menyelam sekalian, begitu pikirnya.
"Oh ya? Saya takut kamu tinggalkan? Cih! Kamu terlalu percaya diri." Black menjawab dengan alis terangkat.
"Rasa percaya diri yang membuatku bertahan hidup Tuan Black!" Devi menjawab dengan ekspresi yang sama.
"Kalau begitu pertahankan rasa percaya dirimu itu. Dan ingat jangan kemana-mana. Tetap didalam ruangan ini. Saya akan pastikan Nyonya muda sudah sehat dan bisa melanjutkan pelajarannya." Black melepaskan tangan gadis itu dan segera keluar dari ruangan itu.
Devi Aldiva mengangkat kedua tangannya dan meremas udara. Ia ingin sekali meremas wajah pria itu jika Tuhan mengizinkannya. Akan tetapi sepertinya Tuhan masih sangat menyayangi pria itu sampai sekarang, hingga ia belum juga berhasil membalasnya.
Dengan langkah gontai, ia kembali duduk di kursinya. Tas ia simpan kembali di atas meja kaca dihadapannya. Punggungnya ia sandarkan santai. Sudah sore seperti ini tetapi ia belum juga bisa pulang ke rumahnya karena pria sok berkuasa itu.
Perlahan ia menutup matanya dan tak sadar kalau akhirnya ia tertidur. Sungguh ia sangat lelah karena beberapa hari ini mengerjakan banyak hal.
🌻
Black mengetuk pintu kamar yang ditempati oleh Tuan Richard dan istrinya. Akan tetapi tak ada jawaban sama sekali. Lama ia berdiri di sana dan akhirnya ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam ruangan tempat Devi menunggu.
"Percaya diri katanya, cih!" ujar pria itu saat mendapati Devi Aldiva sedang tertidur di kursi.
"Yang ada percaya diri untuk tidur," gumamnya dengan senyum samar dibibirnya.
Tanpa mau membangunkan gadis itu, ia pun mengangkatnya ke sebuah sofa tanpa lengan didalam ruangan itu.
Rupanya kamu cantik juga kalau tidur seperti ini.
Pria itu segera meletakan tubuh Devi ke atas sofa dengan pelan agar ia tidak terbangun.
"Tidak! Aaaaa pergi dari sini!" Black yang baru saja ingin berdiri dari posisinya begitu kaget karena Devi tiba-tiba berteriak keras. Ia pun tetap berada disana, takutnya gadis itu jatuh ke lantai.
"Mimpi, padahal belum juga malam, Hem," decak Black dengan tatapan lurus pada wajah cantik yang sedang mengernyit itu.
"Aaaa, lepaskan! Tidak!" Devi kembali mengigau. Ia nampak sangat ketakutan dalam tidurnya. Black jadi kasihan juga melihatnya. Pria itu pun lebih mendekat dan menepuk pipinya dengan pelan.
"Dev, Devi!"
"Hey bangun!"
"Aaaaaa pergi!"
"Dev, Devi ini saya Black."
Devi akhirnya membuka matanya dan melihat wajah Black begitu dekat dengannya.
"Aaa, kamu? Eh Tuan Black ada apa?" tanyanya dengan wajah bingung. Dadanya naik turun seperti habis berlari jauh.
"Kamu yang ada apa? Mimpi disaat siang seperti ini. Kamu kenapa?"
"Hah mimpi? Tidak. Saya tidak bermimpi. Saya mau pulang." Gadis itu berusaha untuk menghindari tatapan pria itu padanya. Ia ingin bangun tapi tubuhnya ditahan oleh Black.
"Kamu sedang tidak baik-baik saja. Menginap saja disini."
"Tidak Tuan. Saya harus pulang. Maaf." Devi mendorong tubuh Black yang menghalanginya tetapi ternyata ia tidak bisa mendorong tubuh besar pria itu.
"Kamu tidak pernah mau mendengarkan saya Dev. Ini yang kamu katakan percaya diri!?"
"Hah?"
"Istirahatlah lagi. Saya akan menjagamu disini."
"Hah?!"
"Apa perlu saya pakai kekerasan padamu hah?!"
"Tidak. Tidak perlu Tuan Black yang terhormat. Tapi jam kerja saya sudah lewat Tuan."
"Devi Aldiva!"
"Ah iya baiklah." Wajah Devi langsung mengkerut. Ia tidak berani lagi melawan. Lagipula mimpi buruk itu seperti menghantuinya. Ia seperti sedang diikuti oleh seseorang dari masa lalunya.
🌺🌺🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading ya gaess 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Normah Basir
sepertinya Devi punya trauma sehingga terbawa dialam bawa sadarnya......./Smug//Smug/
2024-07-26
0
Susilawati Rela
hemmm siapa ya masa lalunya Devi Aldiva????🤔🤔🤔
2023-03-13
2
yuuuu123
masa lalu???
2023-03-12
1