Penjelasan Filghofin membuat lintah yang paling besar terkejut dan mendekatkan diri di antara putri Amatheia dan Filghofin, dan berbisik. "Wahai kalian berdua, tidakkah kalian salah membawa pendamping seperti dia," pandangan matanya mengarah kepada Bargibanti yang lemas tidak berdaya di atas ranting pohon tempat ia di gantung oleh lintah.
"Dia sosok kecil tapi bisa saja menjadi pengkhianat bagi kalian, seharusnya kalian paham itu," lagi-lagi lintah itu berbicara sambil menghela nafas berat.
"Aku ingatkan pada kalian! Berhati-hatilah dengan, dia bisa lemah juga bisa memangsa kalian di saat ia terjepit."
Putri Amatheia dan Filghofin sebenarnya sangat paham, akan tetapi sulit bagi mereka untuk melepaskan begitu saja Bargibanti, apalagi jarak untuknya kembali ke istana Gkinzerniyu Sangatlah jauh.
"Kalau boleh tau, siapa namamu dan bagaimana aku bisa memanggil mu?" Tanya Filghofin menengahi kegusaran para lintah itu.
"Namaku Slimpert, kalian bisa memanggilku Slimpert atau sesuka kalian memanggilku."
"Sebentar lagi burung-burung itu akan datang dan mengobrak abrik tempat kami, ku mohon kalian bisa membantu kami."
Filghofin menatap tajam kearah luasnya lembah dan rimbunnya pepohonan dan semak-semak itu, sesaat kemudian dia memberikan jawaban bagi kegelisahan kawanan Slimpert itu.
Tangan cekatan Filghofin melakukan pekerjaan dengan di bantu mereka, sedangkan Putri Amatheia juga menaruh beberapa umpan beracun yang ia dapat dari Hank di saat perpisahan mereka waktu itu.
Terik matahari menyengat kulit tidak mereka hiraukan, hingga pada saat matahari tepat diatas kepala dan panas menyengat. Tiba-tiba dari arah matahari terbenam terlihat ribuan burung terbang mendekat ke lembah.
"Arrghhh....to.. tolong, se selamatkan saya dari burung-burung itu," teriak Bargibanti yang masih tergantung di dahan, dan hampir saja mengalami dehidrasi karena tergantung si bawah terik matahari.
Filghofin segera menyambar tubuh Bargibanti dan membawanya berlindung di dalam gua yang tertutup rimbunnya pepohonan.
"Kalian, cepatlah merayap, selamatkan nyawa kalian sendiri-sendiri," Slimpert berteriak lantang dan berlalu untuk mencari tempat berlindung.
"Aku harus menggunakan kekuatanku, sepertinya umpan dan racun yang terpasang tidak akan mampu menghabiskan burung-burung yang mencapai ribuan," bathin putri Amatheia yang masih berdiri di atas batu yang besar.
Kepak sayap burung dan jerit kegirangan burung-burung pemakan bangkai itu sesaat memekakkan telinga.
Hiaattt....uhhh... Cress...
Putri Amatheia melancarkan serangannya yang bertubi-tubi di sekitarnya.
"Wahai makhluk hidup yang bersayap, atas nama siapa yang menyuruh kalian untuk menyerang bangsa lintah tanpa ampun? Pergilah sebelum tubuh kalian menjadi membeku," teriak Putri Amatheia dengan beraninya, dan terus melancarkan serangannya ke udara untuk menghalau burung-burung yang siap dengan paruhnya yang tajam.
"Wahai kau manusia duyung, pergilah! Kami tidak mempunyai urusan dengan mu, atau kau juga akan mati dengan kami cabik-cabik tubuhmu yang indah itu akan menjadi santapan bagi kami, ha..ha..ha.." tawa melengking dan bersahutan para burung itu mengusik kesabaran putri Amatheia yang sudah berada di ujung kesabarannya.
Pertarungan pun tidak bisa terelakkan, angin kencang seperti ****** beliung menyerang putri Amatheia, lalu di susul suara jeritan dari lintah yang berusaha membantu, malah terpelanting jatuh tertimpa pohon yang tumbang.
Pertarungan semakin sengit dan tidak seimbang, Filghofin mulai turun membantu dengan memakai pedang pemberian Slimpert.
"Filghofin, mundurlah! Lindungi dirimu," putri Amatheia mengeluarkan kekuatan mustika jingga miliknya dan menyemburkan hawa dingin serta racun yang akan membunuh lawannya.
Teriakan melengking kesakitan, dan tidak terhitung jumplah burung yang jatuh karena membeku lalu mati, "Aakkhhh.....ampun Putri, jangan bunuh kami, kami hanya sebagai utusan dan kami akan berjanji untuk tidak kembali mengusik ketentraman lembah ini, ampun."
Bangkai burung berjatuhan dalam kondisi membeku karena terkena gempuran kekuatan mustika jingga yang menyemburkan hawa dingin bagaikan es dari kutub selatan.
"Katakan! Siapa dalang di balik semua ini?" Filghofin menghunuskan pedang pemberian Slimpert kearah leher burung itu.
"Tuan...aahhkkk sakit! Ampuni hamba, jangan bunuh hamba," erang kesakitan itu membuat Slimpert yang dari tadi sembunyi menyelamatkan diri keluar sambil tertawa.
"Wahai burung penguasa udara, kamu sendiri sudah merasakan kesakitan, lalu kenapa masih juga mengganggu kehidupan kami, dengan cara merusak lahan kami lihatlah! Anak cucu kami beserta kaum wanita yang seharusnya kami lindungi harus merasakan kelaparan dan tidak jarang juga mereka mati sia-sia."
"Katakan! Siapa yang menyuruhmu dan apa yang tersimpan di balik itu semua?" Slimpert meluahkan segala rasa dan kemarahannya dengan ucapan, karena dia sendiri lemah.
"Kami hanya utusan dari gagak hitam bernama Rorru, dan dia adalah burung kesayangan pangeran kegelapan Sharklys, tujuan utama dari penyerangan ini adalah, untuk melumpuhkan makhluk yang berada di daratan lalu tunduk pada ketentuan dan kekuasaan mereka."
Bluumm...duarrr....
Belum selesai pembicaraan itu tiba-tiba sinar panas menukik menyerang burung pemakan bangkai yang sudah lemah itu, dan membakar hingga hangus di susul kemudian jerit sisa-sisa burung yang masih hidup pun terpanggang hangus menyisakan abu kematian mereka.
Serangan misterius yang datang menghabiskan para burung yang masih tersisa.
"Putri!" Pekik Filghofin dan menyelamatkannya dari sinar kiriman entah dari siapa yang mengirimkannya.
Dorongan Filghofin membuat Putri Amatheia hilang keseimbangan, membuat mereka saling terpental Putri Amatheia jatuh menindih di dada bidang Filghofin.
Rasa nyaman itu seketika menjalar pada perasaan putri Amatheia, dia bahkan menikmati sesaat. Degup jantung Filghofin yang terpacu keras bagaikan nyanyian merdu di saat musim semi tiba.
"Ehemm...ehemmm..." Deheman Slimpert mengusik keindahan alami yang tercipta antara putri Amatheia dengan Filghofin. Mereka buru-buru menyadarkan diri dan bangkit dari tanah tempat mereka terjatuh, rona merah dan malu putri Amatheia tidak bisa di sembunyikan, Filghofin kembali meraih tangan putri Amatheia dan mengambil daun kering yang melekat pada rambut ikalnya.
"Arrhhhh...tuan putri Amatheia, oh... Dia mendapatkan serangan, kasihan..." gumam Bargibanti berlinang air mata, sambil berjalan mendekat.
"Tuan Filghofin, putri Amatheia tidak terhingga terima kasih kami atas segala bantuan kalian berdua, apa yang bisa kami lakukan untuk membalas semua kebaikan tuan?" Slimpert dengan membungkukkan tubuhnya yang tambun mengucapkan rasa terimakasihnya.
"Tunjukkan kami arah jalan menuju laut merah, dan ijinkan kami bertiga bermalam untuk menanti mentari esok kami akan melanjutkan perjalanan."
Slimpert tersenyum penuh hormat kepada mereka berdua, "sebagai rasa terimakasih kami, terimakasih. Terimalah pedang dari moyang kami sebagai penunjuk jalan kalian menuju laut merah. Perjalanan menuju kesana sangat tidak mudah dan akan kalian temui berbagai kendala rintangan."
Malam pun merangkak dengan pelan dan damai tanpa ada rasa ketakutan kaum lintah lagi oleh serangan burung yang telah musnah.
Dengan api unggun yang menjadi penghangat tubuh mereka, dengan bercengkerama dan bertukar cerita tentang kejadian demi kejadian.
"tuan Filghofin, perjalanan untuk membawa kalain keluar dari lembah ini sangat panjang sekali, dan itu bisa memakan waktu tidak singkat, di ujung lembah ini adalah tempatnya para tarantula bertapa. Jadi alangkah baiknya kalian mempersiapkan tenaga dan istirahatlah." Slimpert mempersiapkan tempat kepada mereka berdua.
Di saat mereka sedang asyik bercengkerama tiba-tiba putri Amatheia terpejam rapat matanya dan memegang jantungnya serta duduk bersila menjawab panggilan dari putri Galene melalui telepati bathin mereka.
🐬🐬🐬🐬🐬🐬🐬🐬🐬
To be continued 😉
Beri saya jempol like dan komen 😘 supaya menjadi penyemangat saya untuk melaju berkarya.
Tidak pernah lupa doa ku, sayang dan salam sejahtera untuk kalian semua, love by RR 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Keyboard Harapan
cie cieu uhuyyyyy
2023-03-09
0
Keyboard Harapan
cie, cie ... uhuyyyy
2023-03-09
0