Filghofin sangat takjub dibuatnya, ketika mereka menjejakkan kaki di darat tubuh putri Amatheia berubah total selayaknya manusia pada umumnya.
Paras cantik putri Amatheia mampu memberikan pesona kepada Filghofin, "putri, kau cantik,"
Tentu saja semburat semu merah pada kulit wajah putri Amatheia, semakin membuatnya malu. "Ghofin, jangan membuat aku malu! Lihatlah perutku sudah lapar disana ada beberapa buah, mungkin bisa dipetik dan kita makan untuk mengganjal perut kosong kita, yuk"!
Putri Amatheia mengalihkan rasa malu dan tersanjung nya dengan berlari terlebih dulu menuju pohon yang sedang berbuah lebat.
Dua insan berbeda jenis dan bangsa itu mulai lebih akrab dan semakin dekat, rasa canggung seolah-olah perlahan mulai terkikis oleh waktu yang perlahan dan mereka lalui bersama.
"Putri Amatheia, tangkap!"
Hup....
"Wow, istimewa tidak menduga bahwa hutan ini terdapat banyak buah-buahan dan segar untuk di makan."
Tiba-tiba angin kencang berhembus dan membawa rambut ikal putri Amatheia berterbangan lalu terhuyung kebelakang, beruntung Filghofin berada tepat di belakang dan merengkuh tubuh putri Amatheia yang terhuyung oleng.
Akkhh...
"Ghofin, apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba angin begitu kencang?"
"Sstt ..... Jangan berisik, kedatangan kita tidak di harapkan oleh penghuni hutan ini, sebaiknya kau waspada putri."bisik Filghofin.
"Wahai penguasa alam darat, keluarlah! Kami mohon maaf bila kedatangan kami tidak berkenan, dan tidak sopan dalam beretika. Keluarlah! Tampakkan wujudmu kepada kami."
Putri Amatheia yang belum pernah sama sekali menjejakkan kaki ke alam manusia selain di pesisir pantai, meringsek mendekat di sisi Filghofin sambil tetap siaga dan berjaga andaikan ada serangan mendadak.
"Ha....ha ..ha...ha...wahai anak manusia dan kau putri ikan duyung, ada apakah gerangan kalian makhluk yang berbeda alam harus bersatu pada tempat yang menjadi kekuasaan ku?"
Kemana arah mata memandang bagi Filghofin dan putri Amatheia, tetap saja tidak menemukan makhluk hidup lainnya seperti manusia ataupun hewan, bahkan siluman sekalipun. Namun suara itu berasal dari mana dan siapa?
"Ghofin, tidak ada seorangpun disini. Apakah tempat ini sebagai sarang siluman?"
"Entahlah, mungkin kita telah masuk kawasan dengan cara yang kurang di sukai oleh penghuni hutan ini."
"Wahai penghuni hutan yang terhormat, dengan kerendahan hati kami mohon maaf bila terlalu lancang telah memasuki kawasan yang tidak menghendaki kedatangan kami."
Tubuh Filghofin dengan tubuh putri Amatheia saling beradu punggung dan menajamkan pendengarannya serta penglihatannya mengarah ke segala penjuru mata memandang.
Di balik semak ternyata ada sosok Bargibanti yang telah mengikuti arah mereka berdua, dengan cara mengendus bekas tapak kaki kaki mereka. Dengan mengendap-endap Bargibanti tetap saja berkeinginan untuk mengambil kalung milik Filghofin.
Dasar Bargibanti hanya mencari keuntungan saja, ia memulai aksinya untuk mendapatkan dukungan dari siapapun demi mendapatkan kalung berbatu zamrud yang menjadi incarannya sejak awal berjumpa dengan Filghofin.
Bargibanti berbisik pada sosok yang melekat pada pohon raksasa, yang ia ketahui adalah penghuni lembah ini dan memulai aksinya yang licik dan jahat.
"Arrhhgg....Hei penghuni pohon raksasa, pemuda itu membawa kekuatan ganda, dia bisa saja memusnahkan tubuhmu dengan sekali tebas, dan roboh," hasut Bargibanti dengan erangan yang menjijikkan.
"bagaimana kalau kita saling bekerja sama untuk mendapatkan kalung yang ia kenakan itu."
Namun tidak dengan sosok aneh yang melekat pada pohon besar itu, tak lain adalah lintah darat raksasa yang selalu menempelkan tubuhnya pada pohon besar saat ada makhluk lain yang melewati hutan tempat ia tinggal.
Dia adalah penghuni lembah yang buruk rupa dan jahat namun pada dasarnya dia bukan mahkluk yang jahat bila tidak mendapatkan gangguan yang tidak ia sukai.
"Hei makhluk kecil dan jelek! enyah kau dari hadapanku! bukannya kalian satu bangsa? datang bersama, lalu apa maksudmu dengan berkhianat?" geram makhluk besar itu sambil menatap tajam ke arah Bargibanti.
lalu mengalihkan pandangan kepada putri Amatheia dan Filghofin.
"Wahai makhluk penguasa alam bawah laut, dan kau pemuda keturuan dari gunung Gordon, angin apa yang sedang membawa kalian hingga ke lembah ini,"
Merasa asal usul mereka di sebut, Filghofin dan putri Amatheia saling pandang. Filghofin tetap waspada begitupun dengan putri Amatheia.
Tiba-tiba sebuah akar besar bergerak dengan cepat melilit pada kaki dan tubuh Filghofin, dan mengangkat tubuh dan di gantung dengan posisi terbalik.
Putri Amatheia secara spontan mengibaskan tangannya dengan kekuatan yang ia miliki untuk melindungi dirinya serta berusaha membantu Filghofin.
"Wow...wow ..beri kesempatan kepada kami untuk menjelaskan, kenapa kau main gantung saja! Hei....lepaskan!" Teriak Filghofin lantang, sedangkan putri Amatheia mengeluarkan jurus untuk melindungi dirinya dan Filghofin oleh serangan mendadak makhluk besar di depannya.
Sedangkan Bargibanti terkikik pelan sambil sembunyi di balik pohon yang besar, melindungi dirinya dan melihat aksi mereka yang saling serang.
Putri Amatheia melemparkan kekuatannya kepada lintah raksasa itu dan terjadilah pembekuan pada dirinya.
Arrggghhh...... Brughhh...
"Sakit, ampun. Aku tidak akan menganggu perjalanan kalian lagi, asal kalian Sudi membantu kami, bangsa kami sedang dalam kesusahan saat ini," ucap lintah raksasa itu akan tetapi masih juga memberikan sebuah negosiasi dan berharap bantuan dari putri Amatheia dan Filghofin.
Perlahan tubuh Filghofin di turunkan, saat Filghofin turun matanya menatap Bargibanti yang tengah menggigil ketakutan di balik pohon besar, karena sedang berada pada posisi hampir saja tidak bisa bernafas karena tergencet oleh tubuh besar lintah darah lainnya.
"Tuan... tolong! Tolonglah saya, saya berjanji tidak akan menyuruh siapapun untuk membunuhmu, janji!" iba Bargibanti dengan mata berlinang sambil menjulurkan lidahnya, seolah-olah dia tercekik oleh makhluk yang berada di depannya.
Sementara putri Amatheia, menanggapi negosiasi lintah raksasa itu, lalu melepaskan belenggu kesaktiannya yang sudah hampir saja membuat beku tubuh lintah raksasa itu.
Semua berkumpul, ternyata para lintah raksasa itu ada berapa ekor dan semua berwajah menyeramkan. Seekor lintah dengan sengaja menangkap dan menggantung Bargibanti karena masih di buat geram olehnya, sifat pengecut dan pengkhianat yang paling tidak di setujui oleh bangsa lintah.
"Putri Amatheia, bukankah kau putri yang cantik dan baik hati, tolong lepaskan tubuhku dari lendir lendir yang sangat lengket ini, saya tidak ingin di gantung begini ini menyakitkan, putri!" Sekali lagi Bargibanti bersuara sambil terisak.
Akan tetapi suara rengekan itu seperti angin lalu saja bagi mereka, apalagi bagi lintah yang hampir saja termakan hasutannya untuk membunuh Filghofin dan merebut kalung zamrud yang ia kenakan.
"Katakan pada kami! Apa yang bisa kami lakukan untuk membantu kalian, wahai bangsa lintah yang baik." Putri Amatheia mendekat kepada Filghofin, dan mereka saling pandang seolah saling memahami kata hati mereka untuk membantu masalah yang kaum lintah hadapi.
"Tuan putri Amatheia, lembah yang kami tempati saat ini setiap saat akan terjadi penyerangan oleh kaum burung pemakan bangkai, mereka akan membuat keonaran dengan memporak-porandakan persiapan pangan kami, dan tidak segan akan membunuh teman kami dengan paruhnya yang tajam."
Semua keluh kesah tertuangkan pada pertemuan awal mereka, dan Filghofin mengerti semua kesusahan bangsa lintah, yang hampir mirip dengan problem yang ia hadapi di desa tempat tinggalnya semula.
"Ijinkan kami bermalam di tempat kalian, dan kami akan membantu permasalahan kalian." jawab Filghofin menanggapi keluh kesah makhluk yang ada di depannya saat ini.
"Apa yang bisa kami berikan kepada anda, selain memberikan tumpangan bermalam di lembah kami yang sangat mencekam ini?"
Putri Amatheia mengambil tempat duduk di sisi Filghofin, lalu memberikan alasan pada mereka tentang persinggahannya di lembah ini, "Kami akan melakukan perjalanan jauh, menuju kastil Lazurod yang berada di balik laut merah, dan kami membutuhkan arah menuju kesana."
🐬🐬🐬🐬🐬🐬🐬🐬🐬
To be continued 😉
Bagaimana pendapat makhluk besar itu tentang perjalanan Putri Amatheia dengan Filghofin??
Netizen terkasih 🤗 sambil menunggu karya Rhu up lagi, searching ke karya kawan Rhuji yuk! di jamin mantap👍
jangan lupa like favorit dan komentar membangun, and Salam Sayang Selalu By RR 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments