Istirahat kedua baru zha beranjak ke kantin. Ia memilih kantin yang ada diatas dengan suasanya indahnya, memesan sebuah makanan yang cukup berat disana bersama dinda. Karena memang hanya dinda yang mau menemaninya saat ini. "Kamu makan ini semua abis?" tanya dinda yang kagum melihat posri zha saat itu.
"Abis, kenapa?"
"Aku... Aku bukan mau apa-apa. Tapi, disini menunya mahal, apalagi dengan menu yang kamu pesan," Dinda seperti ragu untuk mengatakannya, karena ia takut jika zha akan tersinggung. Namun, untungnya zha bukan tipe yang gampang tersinggung seperti itu. Dan ia justru hanya tersenyum menawarkan semua makanan itu untuk dinda.
Dinda adalah sosok yang ramah, zha akui itu. Tapi ia penakut, mungkin karena ia masuk ke strata rendah dibanding mereka yang ada disana. Ia hanya anak seorang sekretaris, dengan gaji dibawah dengan setiap anak yang ada disana, yang rata-rata ayahnya adalah Direktur, pejabat, dan pengusaha. Dinda saja masuk kesana karena beasiswa, dan modal nekat kepercayaan dari ayahnya.
Mendadak hp zha berdering. Sebuah keajaiban ketika om edo menghubungi, dan zha segera mengangkatnya didepan dinda. "Ya, Om?" sapa zha padanya.
"Kau, sedang apa?" Om edo berbasa basi untuk bertanya.
"Zha lagi makan. Disini makanannya enak, om. Om udah makan? Nanti maghnya kumat loh,"
"Ya, sebentar lagi. Bagaimana sekolahmu?" Om edo kembali bertanya mengenai perkembangan zha disana. Zha jujur, karena memang semua lancer dan tak ada kendala sama sekali dihari pertama sekolahnya.
Zh bahkan tak segan memperkenalkan teman barunya pada om edo yang sejak tadi mendengar dari sana. Om edo diam, terus mendengar semua racauan ara dengan begitu tenangnya meski ia sendiri tengah mengunyah makanan dimulutnya.
"Om, ada apa?" Zha kembali bertanya.
"Tidak... Hanya ingin tahu kabar darimu," jawab om edo, yang kemudian segera mematikan teleponnya.
"Ya, mati..." ucap zha yang kemudian melanjutkan makan siangnya.
Om edo menggenggam kuat hp ditangan, begitu kuat hingga memperlihatkan semua uratnya. Ia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya kembali, yang entah kenapa terasa sakit jika berbicara pada zha dalam keadaan yang seperti ini. Ya, jantungnya terasa nyeri dan sesak kembali.
Sreek!
Bahkan tubuh om edo terhuyung kebelakang, untung saja menabrak meja meski sedikit nyeri dibagian belakangnya. Dasi yang dipakai ia longgarkan, berusaha agar tak meraih obat yang ada dilaci dan menenangkan dirinya sendiri.
"Loh, Tuan... Anda kenapa?" tanya sang sekeretaris yang masuk kedalam ruangan. Ia dengan segera meraih tubuh bosnya itu dan membawanya duduk dikursi, membuka sedikit kemeja bagian atasnya agar lega dan memberikan air putih yang selalu tersedia. Nyaris saja memberikan obat penenang, jika om edo tak mencekal tangannya.
"Aku tak apa," ucap om edo dengan nada yang cukup lemah.
Sekretaris itu segera mendinginkan ac karena om edo mulai berkeringat, dan bahkan menambah dengan kibasan kertas yang ada ditangannya. "Tuan pusing lagi? Apa harus saya_"
"Tidak, pergilah..."
"Saya hanya mau menyerahkan beberapa dokumen pada Anda," sambung sekeretaris itu padanya.
Om edo menghela napas lagi, sedikit lebih panjang dari sebelumnya, pertanda jika ia Sudah benar-benar lega. Dan ia meraih dokumen itu untuk segera ia baca. "Pergilah," titah om edo pada sekretarisnya.
Wanita itu begitu patuh, hingga akhirnya mengangguk dan keluar. Tapi segera menghubungi om yan usai tiba diruanganya. Saat itu om yan bertanya, apa saja yang baru om edo lakukan sebelumnya. "sepertinya, baru saja menelpon nona zha," jawab Wanita itu dalam laporan yang ia berikan.
"Baiklah, terima kasih..." Om yan kemudian menutup teleponnya saat itu.
Ia membuka helm yang ia pakai, lalu berjalan lemah menuju ruang istirahat sembari terus mengawasi semua anak buahnya yang tengah bekerja. Ia merenungkan sahabatnya yang masih seperti ini, padahal sudah beberapa hari setelah seto pergi meninggalkannya. Ia masih saja terjebak dalam semua rasa bersalah, padahal taka da sama sekali menyalahkan dirinya ata meninggalnya sang sahabat.
"Kau kenapa, Do? Kenapa jadi seperti ini? Kau tahu, jika aku tak bisa mengawasimu seperti dulu lagi. Aku menggantikan seto saat ini," gumamnya ditengah kebingungan yang ada.
Dan memang benar, jika om yan saat ini tengah menggantikan posisi ayah zha ditambang. Padahal ia seharusnya ada dikantor sebagai wakil direktur yang bertugas mengurus om edo dan mewakilinya kemanapun berada. Mereka dalam posisi sulit, karena bagian ayah zha juga tak mudah untuk mencari penggantinya.
Tapi, om yan saat itu tak menghubungi sahabatnya secara langsung. Ia hanya meminta pada seluruh staf yang ada dikantor sana untuk terus mengawasi om edo bagaimanapun caranya, dan harus segera lapor akan apapun yang terjadi disana.
"Mungkin lusa, aku akan kesana..." ucap om edo yang langsung dituruti mereka semua.
**
"Zha," panggil Zavan pada zha, yang saat ini tengah duduk merenung menunggu jemputannya.
"Ya, Kak... Ada apa?" tanya zha yang berusaha bersikap ramah padanya. Saat itu zha juga tengah asyik memainkan hp usai menelpon wika jika ia telah keluar dari kelasnya
"Kau belum pulang? Nunggu jemputan?"
"Ya, Zha tunggu Om jek sama kak wika. Katanya sebentar lagi sampai. Kenapa?" Zha akhirnya menoleh ketika kembali melempar pertanyaan.
Saat itu zavan duduk, ia melipat kaki dan bersandar ditiang besar yang ada. Ia bahkan meraih cerutunya, tanpa sungkan dan tanpa rasa takut sama sekali mengisapnya didepan zha. Gadis itu hanya membulatkan mata, tapi ia juga tak berani menegurnya.
"Kau kaget? Kau tak pernah melihat pria merokok?" lucu van ketika melihat ekspresi zha padanya.
"Ayah zha, meroko. Om zha semuanya juga meroko sih. Tapi, kan kita Sekarang ada disekolah. Bukannya ngga boleh?" tanya zha padanya.
"Adakah yang berani melarangku? Bahkan mereka yang kadang memarahi saja tak pernah berani menghukumku. Kau tak menghukum ayahmu?" Zha menggelengkan kepalanya. Wajah cantik itu seketika memudar tertunduk lesu dan tampak pilu. Van tahu apa maksudnya, dan berhenti tersenyum seketika.
"Maaf," ucap Van yang segera mematikan cerutunya.
"Kenapa dimatiin? Ngga papa kok, zha udah biasa."
"Tidak... Kau tak suka, maka aku mematikannya." Ucapan sederhana, tapi entah kenapa membuat zha terkesima. Tertunduk dan tersipu malu melihat senyum manis van padanya.
"Aaaaaa... Ganteng,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
ꪶꫝ𝐀⃝🥀🍁senjaᴳ᯳ᷢᏦ͢ᮉ᳟ଓε⒋ⷨ͢⚤❣️
cakepan mana zha om beku atau zavan☺
2023-04-01
1
CANTIKA
zha km pilih yg mana nih,om ganteng apa bronis😂.aku terserah author sajalah meletakkan jodohnya kmn😇
2023-03-07
0
Susi saswita kunum
penesirin jangan2 Aaa..ganteng zhavan memang kakak zha beneran ini anak ibunya zha dengan suami baru🤔🤔🤔,,,ou...zha om beku mau dikemanain tu,,kayanya udah ada rasa rasa tu si om tapi dia belum menyadarinya
2023-03-06
0