Zha termenung sendirian dijendela kamarnya. Ia menatap langit didalam kegelapan malam, saat ia begitu sulit untuk menutup matanya. Ia tak bisa, ia jarang sekali tidur tanpa dekap hangat sang ayah meski usianya sudah beranjak remaja.
Zha tak benar-benar sendirian. Diluar sana ada Om ryang yang bertugas menemaninya malam ini, tapi ia tidur di sofa ruang tamu karena tak ada kamar lain disana. Mendiang sahabatnya tidur satu kamar dengan putrinya, karena ada dua ranjang disana. Tapi, ia tak mungkin melakukan hal yang sama.
Suara petir menggelegar, mengagetkan zha yang tengah melamun bersandar. Ia tersentak, apalagi ketika mendadak turun hujan dengan begitu derasnya saat itu juga. Ia gugup, ia segera meraih sebuah selimut tebal yang ada didekatnya saat itu dan membawanya keluar.
"Om! Om dimana?" panggil zha pada penjaganya malam ini. Karena merasa terlalu lama merespon, akhirnya zha nekat membuka pintu untuk keluar dari rumahnya saat itu juga.
"Zha!" pekik Om ryan yang saat itu juga baru keluar dari dapur.
"Zha mau kemana?" Om Ryan segera mengejar zha dan menggenggam lengannya. Hari hujan mendadak, dan zha seperti cemas hingga membuatnya tergesa-gesa untuk segera pergi dari rumahnya saat itu juga.
"Om, tolingin zha, Om. Tolong bawa zha ke makam ayah sekarang juga," mohon zha dengan rengekannya. Bahkan ia sudah akan berlutut jika om yan tak segera menuruti permintaannya.
"Kamu mau apa ke makam ayah? Ini hujan, zha."
"Iya, zha tahu ini hujan. Ayo om, anterin zha. Om, zha mohon." Zha terus merengek pada om yan saat itu. Hingga tak ada pilihan lain untuk om yan menuruti permintaanya.
Om yan segera meraih kunci mobil, dan menyetir menuju makam ayah zha yang cukup jauh dari rumahnya.
Mereka hanya berhenti digerbang. Saat itu zha segera keluar membawa selimut yang ia peluk bahkan sejak mereka belum berangkat tadi.
Tubuh mungil zha berlari sekuat tenaga dengan selimutnya, basah kuyup dan dingin pun tak ia rasa. Ia terus berlari, dan berlari hingga tiba di makam ayahnya.
"Ayah, maaf zha telat. Ayah dingin kah? Ini zha bawain selimut buat ayah. Zha juga mau disini. Zha peluk ayah ya, biar ngga kedinginan?"
Zha membentang selimut itu hingga menutupi makam ayahnya yang masih basah itu, lalu bersimpuh memeluk dan menepuk seolah ayahnya tengah ada didekatnya sekarang. Ia bahkan sesekali mengecup nisan yang bertuliskan nama sang ayah disana.
"Zha ngga mau ayah kedinginan. Pasti didalam sana dingin. Zha cari jaket kesayangan ayah, tapi ngga ketemu. Apa ayah bawa kerja?" tanya zha. Ia terus meracau. Mungkin saat itu tubuhnya mulai kedinginan dan menggigil tanpa ia sadari.
Tak berapa lama setelahnya om yan datang. Ia membawa payung dan memayungi zha disana meski ia sendiri kejujanan. Bukan tanpa alasan om yan lama mendatanginya. Melainkan om yan hanya ingin memberi ruang pada zha untuk meluapkan segala isi hatinya saat itu.
"Zha?"
"Om kalau mau pulang, pulang aja. Zha masih mau disini bareng ayah. Kasihan, ayah kedinginan kalau ngga dipeluk."
"Zha... Ayahmu sudah tak akan merasakan itu semua,"
"Engga! Zha tahu ayah dingin. Kalau kedinginan kakinya suka linu, saat itu dia minta pijetin sama zha. Sekarang, ayah ngga ada yang pijetin." Zha kembali menaruh kepala diatas pusara ayahnya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Mariana Frutty
✅✔️✅
2024-06-11
0
Erina Situmeang
😭😭😭😭😭
2023-05-02
0
Luzi
baru juga baca Thor,udh banjir pipi 😭😭😭😭😭😭😭
2023-05-01
0