"Kau tak apa?" tanya Zavan padanya. Baru saja zha mengangguk, tapi orang lain datang dan menabrak mereka berdua hingga jatuh ke lantai bersama.
Untung saja tangan zhavan sigap, ia menaruk telapak tangan dibelakang zha hingga kepala gadis itu tak terbentur dilantai dan terluka. Meski tangan zavan sendiri yang memar pada akhirnya.
"Arrrkhhh!!" zavan mmemekik lirih tepat ditelinga zha saat itu.
Ia langsung menyingkirkan tubuhnya dari zha, dan gadis itu segera berdiri untuk meraihh tangan zavan yang baru saja menopang kepalanya.
"Kakak ngga papa?" tanya zha yang cemas padanya. Tapi pria itu justru mengerenyitkan dahi, menatap zha dengan sedikit heran apalagi dengan sebutan yang zha ucapkan barusan.
"Kamu panggil aku apa? Kakak? Coba bilang sekali lagi," pinta zavan padanya. Ia lantas bangun dan duduk menatap zha saat itu begitu intens memperhatikan gadis manis yang ada didepan matanya.
Zha belum sempat menyambung bicara ketika bel berbunyi. Saat itu keduanya lantas buru-buru berdiri, dan zavan menggandeng tangan zha untuk lari bersama. "Tapi, Kak... Kelas kita kan beda," pekik zha padanya.
"Aku tahu, kamu kelas 11 C kan? Kita sebelahan aja, jadi arahnya sama." Jawab zavan padanya. Dan meski masih bingung, zha terus mengikuti hingga mereka tiba dikelas yang dituju saat itu.
Zha seketika diam. Kaki dan sekujutr tubuhnya membeku ketika telah sampai dikelas baru, apalagi ia belum melapor ke wali kelas akan kedatangannya. Untung saja saat itu miss Dona datang dan memanggil mereka berdua, terutama zavan yang tak kunjung masuk kedalam kelasnya.
"Kamu lagi... Kamu lagi, Zavan. Balik ke kelas kamu sendiri, dan ngga usah godain murid baru saya disini!" usir miss dona padanya.
Zavan seperti tak memiliki rasa takut, justru ia tersenyum memutar tangan dan memberi hormat pada dua Wanita yang ada didepan matanya. Ia lalu pergi, berjalan menuju sebuah kelas yang memang hanya berjarak tembok tipis dari kelas baru zha.
"Kamu anak baru?"
"Ya, Miss. Maaf, tadi ada_"
"Okey, ayo masuk." Miss dona menelengkan kepalanya untuk membawa zha masuk kedalam kelas.
Disana para siswa sudah menunggu, duduk rapi dibangku masing-masing san saat ini tengah menatap zha dengan berbagai ekspresi diwajahnya. Hingga miss dona memperkenalkan zha pada mereka dan hanya menatap diam padanya. Beberapa orang saja, menyambut dan berusaha ramah pada zha yang masih didepan kelas itu.
Zha dipersilahkan duduk. Ada sebuah kursi kosong disana, yang tak terlalu belakang dan juga tak terlalu didepan. Tapi posisinya nyaman bagi zha, karena ada didekat jendela dan bisa menikmati semua pemandangan disna. Dan ia juga melihat, tempat dimana pertama kali ia dan zavan bertemu untuk pertama kali.
Boleh disadari atau tidak, jika nama mereka sebenarnya mirip dan hanya berbeda beberap huruf saja jika menganut ilmu cocokologi yang tengah beredar luas saat ini.
"Hay, aku dinda..." sapa seorang siswi disana yang berusaha ramah dan memperkenalkan dirinya.
"Zhavira," jawab zha tak kalah ramah. Berharap, dinda adalah gadis yang mau berteman dengan zha saat orang lain tak ada yang meliriknya sama sekali.
"Tuan, Zha sudah masuk kedalam kelas saat ini." Lapor sang sekretaris padanya.
Om edo yang saat itu mulai mempersibuk diri dengan segala pekerjaan, lantas menangkap semua info yang diberikan padanya. Ia hanya memejamkan mata, pertanda jika info telah ia terima baik dan harus mulai membiarkan zha hidup dengan lingkungan barunya. Om edo akan terus mengawasi dari jauh, dan tak akan ikut campur dengan semua urusan zha disana,
Sementara itu, om yan juga menerima info yang sama. Apalagi melihat foto sang keponakan dengan seragam barunya yang cantik dan menggemaskan hari ini. Sayangnya ia tengah ada ditambang, berisik dan sulit untuk membuka hp untuk memperdalam informasi yang ia terima saat ini.
"Tuan, ada apa?" sapas seorang mandor padanya.
Lantas om yan menunjukkan foto zha padanya. Mereka semua langsung tahu jika itu adalah anak atasan mereka semua, yang saat ini juga akan ikut menjadi tanggung jawab semua orang yang ada disana. Ya, zha adalah keponakan semua orang andai saja zha kenal dengan mereka. Tapi tak apa, karena lambat laun zha akan mengerti dengan keadaan yang sebenarnya.
"Cantik, tapi kenapa ia begitu mirip dengan ibunya?" tanya sang mandor, yang juga kenal dengan mama zha sepanjang hidupnya.
"Biarkan, karena yang jelas ia adalah anak seto. Dan saat ini akan jadi keponakan kesayangan kita semua," balas om yan. Mereka hanya mengangguk, lalu kembali bekerja seperti yang seharusnya.
Disana memang begitu sibuk dengan segudang aktifitasnya. Truk dipagi hari mulai banyak berdatangan untuk mengambil hasil, pengawas bertugas sesuai dengan tugas masing-masing. memang mereka masih larut dalam duka mendalam, tapi kehidupan harus terus berjalan seperti biasa.
**
"Zhavira ngga ke kantin?" tanya dinda padanya.
"Panggil aja Zha, kalau kepanjangan. Zha bawa bekel, tadi kak wika yang bawain. Dinda mau?" tawar zha yang kemudian mengelurkan kotak bekalnya.
Ada roti isi kesukaan zha disana, karena wika takut jika Ia masih belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
Dinda kemudian duduk menemani zha makan siang. Mereka saling lempar senyum dan pujian dengan menu yang mereka makan saat itu, buatan wika memang begitu nikmat bagi zha. Gadis yang ramah itu juga menjelaskan tentang semua peraturan sekolah pada teman barunya, terutama dengan peraturan dikelas mereka berdua yang sama sekali belum zha ketahui. Apalagi tentang para siswa yang cukup terkenal, dan selalu meminta disegani disana. "Semua harus patuh sama perintah dia."
"Dia siapa? Anak presiden aja ngga sebegitunya," ucap zha dengan datar tanpa ada rasa takut sama sekali pada yang dinda maksud.
"Anak baru," panggil seorang gadis yang datang bersama rombongannya. Mereka kompak dengan rambut panjang bergelombang dengan rok pendek dan kaos kaki setinggi paha. Mungkin mereka adalah fans drama korea yang selama ini zha lihat. Keren, tapi terasa terlalu dipaksakan bagi zha ketika mengamati dengan seksama.
"Ya, saya?" tanya zha padanya.
"Loe bisa-bisanya bawa bekel? Loe masuk sini pake apa?" tanya salah seorang diantara mereak yang meraih bekal zha dan membukanya, "Yah, abis..."
"Emang kenapa kalau bawa bekel? Sah-sah aja kan?" tanya zha padanya. Ia membalas santai tatapan mereka pada zha yang seolah ingin membuat takut zha. Tapi mereka tak tahu, sesera apa yang zha hadapi ketika berada dirumah, dan tajamnya tatapan mereka ini tak sebanding dengan tatapan om bekunya.
"Kok nyolot? Berani loe ama kita?"
"Berani apa sih? Emang mau berantem ya?" Zha yang santai itu justru menantang mereka semua, hingga para gadis yang tampaknya manja itu langsung kena mental dengan jawaban zha.
"Ih, kok dia gitu? Beraninya dia lawan kita?"
"Apaan sih? Lawan apaan?" tanya zha dengan tatapan bodohnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
ꪶꫝ𝐀⃝🥀🍁senjaᴳ᯳ᷢᏦ͢ᮉ᳟ଓε⒋ⷨ͢⚤❣️
jadi penasaran sama ibunya zha..kok sama sekali ga nyariin zha siih.apa masih hidup atau udah meninggal🤔
2023-04-01
1
Yuniki On-Off E𝆯⃟🚀
Baru tau q ada ilmu baru ☺️
2023-03-11
1
CANTIKA
jgn bilng klo nantinya zavira sm zavan ternyata kk adik satu ibu😇
2023-03-07
2