Celsi mendaratkan bokongnya di sofa empuk ruang tamu Brian, yap, orang yang menolong Celsi tidak lain adalah Brian.
Kaki Celsi terasa sakit dan pegal akibat berlari tadi, ditambah saat ia tengah berlari tidak sengaja ia malah tersandung batu saat itu, dan karena itu ia terjatuh. Untung saja kakinya tidak sampai keseleo, kalau tidak mungkin saat itu dia tidak akan selamat.
Celsi langsung mengambil ancang-ancang untuk meluruskan kakinya dengan kepala di sandarkan dipinggiran sofa, ingin rasanya ia berbaring sebentar untuk meredakan rasa lelahnya.
Brian hanya diam dan duduk di hadapan Celsi yang tengah sedang memejamkan mata, ia sedikit kasihan melihat Celsi.
B**aiklah, untuk sekarang aku membiarkan kau berbuat sesuka hatimu di rumahku, tapi tidak untuk lain kali.
Brian tersenyum melihat Celsi yang memejamkan matanya, terlihat jelas dari raut wajah Celsi yang menunjukkan kalau benar-benar kelelahan.
Dengan mata terpejam, Celsi terus memikirkan kejadian tadi, ia tidak menyangka kalau ia akan mengalami hal buruk seperti tadi. tunggu dulu, kalau dipikir-pikir ini sudah yang kedua kalinya Celsi di kejar oleh orang yang tidak dikenal.
B**enar, ini yang kedua kalinya, tapi apa mau mereka?, apa dia pernah menyinggung mereka sebelumnya. Astaga, ini sungguh rumit, kenapa hidupku sekarang penuh misteri dan teka-teki, seperti di film-film saja.
Celsi membuka matanya dan menatap Brian dengan tatapan menyelidik. S**ungguh aneh, kenapa Celsi menatap Brian seperti itu sekarang?.
"Hey, kenapa kau menatapku seperti itu?". Tanya Brian.
Brian sedikit salah tingkah melihat tatapan aneh Celsi, ia seperti bocah yang tengah sedang ketahuan mencuri saja.
Celsi berdecak sebal mendengar ucapan Brian yang terkesan dingin dan membentak.
"Aku hanya penasaran, kenapa kau ada di sana tadi ?". Tanya Celsi dengan santai.
H**ah, hanya karena itu kau menatapku dengan tatapan anehnya itu?, sungguh Brian tidak habis pikir bagaimana jalan otak Celsi.
"Hanya kebetulan, aku habis dari kantor dan lewat sana". Jawab Brian dengan cuek.
Celsi langsung menaruh curiga saat mendengar jawaban Brian, ia malah lebih memperhatikan pergerakan dan ekspresi Brian, tapi nihil, tidak ada ekspresi apapun dalam wajah Brian.
Brian hanya menautkan sebelah alisnya melihat tingkah Celsi, sekarang apa yang dipikirkan Celsi sih?
"Cek, kenapa kau tidak memiliki ekspresi apapun saat berbicara sih?". Tanya Celsi dengan kesal.
Celsi sudah mengenal Brian selama 3 hari, dan dia belum pernah melihat ekspresi Brian sama sekali saat berbicara selain, ekspresi dingin dan mata tajamnya.
"Oh my...., ". Erang Brian dengan frustasi.
Brian pikir apaan, ternyata hanya kerena ia tidak memiliki ekspresi Celsi sampai menatapnya aneh, astaga, sungguh wanita aneh.
Brian langsung memilih diam, ia tidak ingin menjawab pertanyaan Celsi, karena percuma juga pikirnya, Celsi pasti tidak akan mau mengalah.
Melihat tidak ada respon dari Brian, Celsi juga ikut diam, ia memilih langsung melihat lututnya yang sedikit lecet akibat terjatuh tadi.
Aisssshh...ringis Celsi.
Celsi langsung mengelus lututnya yang memar dan sedikit mengeluarkan darah, dengan lembut.
Brian yang melihat itu langsung melotot, ia tidak menyangka kalau Celsi terluka, ia langsung bangkit berdiri dan pergi menuju sebuah lemari dan mengambil kotak obat dari sana.
Brian langsung duduk disebelah Celsi dan mengangkat kaki Celsi yang terluka ke atas pangkuannya.
"Ya ampun". Kaget Celsi, karena Brian dengan tiba-tiba mengangkat kakinya sehingga membuat tubuhnya sedikit terjungkal kebelakang.
"Apa yang kau lakukan". Protes Celsi dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Diam dan jangan banyak protes". Ucap Brian dengan datar dan dingin.
"Lihatlah, kau bahkan tidak menunjukkan sedikit ekspresi apapun saat berbicara". Celetuk Celsi dengan nada mengejek Brian.
Brian langsung mendongak dan menatap Celsi dengan jengah, ia tidak habis pikir bagaimana bisa ia bertemu dengan wanita cerewet seperti Celsi, sungguh hari-harinya menjadi kacau setiap bertemu Celsi.
"Apa kau sudah selesai?". Tanya Brian dengan sedikit nada kesal.
"Apa maksudmu?". Tanya Celsi dengan bingung.
"Sejak tadi kau tidak berhenti mengoceh, dan itu membuat telingaku sakit". Ucap Brian dengan nada kesal.
Celsi langsung memonyongkan bibirnya kesal, sungguh ia tidak tau kenapa ada pria yang tidak bisa berkata lembut pada wanita cantik seperti dirinya.
"Menyebalkan, dasar lelaki sombong, angkuh, huh, dia pikir dunia ini miliknya?". Omel Celsi dengan terus menggerutu dengan pelan.
Walaupun pelan, tapi Brian masih tetap mendengarnya, namun ia tidak peduli, sekarang terserah apa yang Celsi katakan, ia sudah tidak peduli, ia memilih melanjutkan kegiatannya yang tertunda, yaitu membersihkan luka Celsi dan mengobatinya.
Saat Brian sudah selesai, ia kembali membereskan kotak obat itu, dan kembali duduk di hadapan Celsi.
Celsi yang sejak tadi menggerutu tidak jelas, samasekali tidak sadar kalau Brian sudah mengobati lukanya, karena kesal ia bahkan tidak sadar saat Brian dengan lihainya melakukan itu.
"Wah, kau mengobati lukaku?". Kaget Celsi saat ia sudah menyadari lukanya sudah bersih.
"Ternyata kau tidak begitu buruk". Ucap Celsi memuji, entahlah itu pujian atau malah ke arah mengejek.
Celsi langsung tersenyum menatap Brian, seketika kekesalannya langsung hilang saat perbuatan baik Brian pada dirinya.
Tidak lama Kevin langsung masuk dan duduk disebelah Brian, ia langsung menghela nafas panjang saat bokongnya tepat mendarat di sofa empuk dan nyaman itu.
"Apa semua sudah beres?". Tanya Brian datar pada Kevin, bahkan Brian tidak menoleh sedikitpun saat bertanya.
Kevin langsung mengalihkan pandangannya, ia langsung menghadap Brian.
"Sudah master, semua sudah aman". Ucap Kevin.
Brian memang memerintahkan Kevin untuk membereskan kekacauan yang terjadi di minimarket tadi, dimana anak buahnya bertarung dengan orang-orang yang mengejar Celsi tadi.
Celsi menatap bingung kedua pria yang sedang dihadapannya, sekarang ia jadi penasaran kenapa Brian dan Kevin bisa bahasa Indonesia, padahal dilihat dari wajah mereka terlihat jelas kalau Brian dan Kevin bukan orang Indonesia.
"Apa aku boleh tanya sesuatu?". Tanya Celsi dengan menatap Brian dan Kevin bersamaan.
Brian dan Kevin langsung melihat kerah Celsi, mereka jadi penasaran apa yang akan ditayangkan oleh Celsi, apa dia akan menanyakan tentang kejadian tadi?.
"Tanyakan". Ucap Brian dengan dingin.
"Kenapa kau bisa bahasa Indonesia?, kau bukan orang Indonesia kan?". Tanya Celsi dengan raut wajah penasaran.
A**staga, ternyata Celsi hanya penasaran tentang itu, sungguh pertanyaan yang tidak bermutu, tentu saja siapapun pasti bisa bahasa Indonesia jika belajar.
"Benar, kami berasal dari New York, tapi ibuku asli Indonesia, dan di rumah kami selalu menggunakan bahasa Indonesia untuk berinteraksi karena itu aku bisa bahasa Indonesia". Jawab Brian dengan singkat.
Celsi langsung mengangguk dan beralih menatap Kevin, apa mungkin cerita mereka sama, itu pikir Celsi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
jangan lupa like, komen dan vote yang banyak ya, ummi tunggu Lo vote dari kalian semua...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
#Radella_3to3
Semangat kak dalam berkarya
aku udah mampir bawain like + rate 5 bintang
jangan lupa feedback ya kak
di tunggu kehadiran nya
Dapet salam dari "Permaisuri Yang Tercampakan"
2020-06-21
2
HIATUS
semngat kk, cerita nya tambah seruu
2020-06-20
3
Isrha 😊
lanjuttt thor
2020-06-20
3