Celsi duduk dengan kasar dihadapan ana dengan wajah yang ditekuk, ia bahkan tidak memperdulikan tatapan aneh dari temannya ana.
"Apa kau tidak bisa hati-hati". Tegur ana, memprotes sikap Celsi yang sembrono.
B**agaimana ana tidak protes, Celsi datang dan duduk dengan kasar dihadapannya sehingga membuat minuman ana langsung bergetar dan membuat sedikit air yang ada didalam gelas itu jadi sedikit tumpah.
Celsi langsung mendongak dan menatap tajam ana.
"Jangan menatapku seperti itu, aku tidak akan takut" Sahut ana dengan meminum kembali jus mangga yang ada dihadapannya.
"Kau sangat menyebalkan". Protes Celsi pada ana.
Ana langsung menatap Celsi dengan tatapan kesal.
"Katakan, apa aku pernah menyenangkan?". Tanya ana pada Celsi.
Celsi langsung melepas tangannya yang sejak tadi menumpang dagunya, lalu kembali menatap jengah ana.
"Ana please deh, jangan buat hariku menjadi tambah buruk". Celetuk Celsi dengan nada terkesan kesal.
Ana hanya mendesah kasar saat mendengar ucapan Celsi, tidak bisa ia pungkiri kalau temannya itu sangat cerewet.
"Katakan, sekarang masalah apa yang bisa membuatmu sampai putus asa seperti ini?". Tanya ana serius pada Celsi.
Melihat ana yang sudah mulai serius Celsi langsung semangat untuk menceritakan masalahnya.
"Apa kau tau?". Tanya Celsi pada ana dengan suara yang terdengar antusias.
"Tidak". Jawab ana cepat.
Mendengar jawaban ana, Celsi langsung cemberut, sekarang ia benar-benar kesal dengan sikap temannya ini.
"Ana........". Teriak Celsi dengan kencang.
B**agaimana tidak kesal, Celsi bahkan belum menyelesaikan kalimatnya, tapi ana sudah memotongnya. Katakan apa kalian tidak akan kesal kalau seperti itu?.
Mendengar teriakan Celsi yang melengking membuat ana spontan langsung menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.
"Baiklah, baiklah, sekarang kau bisa cerita". Ucap ana seketika.
Celsi langsung menarik nafas dalam-dalam dan kembali melanjutkan ucapannya.
"Aku bertemu dengan pria dingin dan aneh, dan itu membuat hari-hariku menjadi sangat kacau". Ucap Celsi kemudian.
Mendengar itu ana langsung menatap lekat ekspresi Celsi, ia jadi bingung sejak kapan temannya dekat dengan pria.
"Hey, kau sedang tidak sakit kan?". Tanya ana dengan menempelkan tangannya di kening Celsi.
"Aapaan sih". Protes Celsi langsung menepis tangan ana dari kepalanya.
"Aku baik-baik saja". Lanjutnya kemudian.
"Sejak kapan kau dekat dengan pria, aku pikir selama ini kau tidak tertarik dengan laki-laki". Ucap ana langsung.
Celsi langsung melotot mendengar penuturan sahabatnya, sungguh mulut ana memang sulit untuk dikontrol, jangan salah mulutmu juga seperti itu Celsi.
Apa maksud ana?, apa Ana pikir Celsi bukan wanita normal pada umumnya?.
"Apa maksudmu?, apa kau pikir aku tidak normal?". Protes Celsi dengan menatap ana tajam.
"Ya bukan begitu juga Celsi, tepi setelah sekian lama aku mengenalmu, aku bahkan belum pernah mendengar kau membicarakan laki-laki padaku, selain kak Hans mu". Jawab ana menjelaskan.
Benar selama ini Celsi memang tidak pernah dekat dengan lelaki manapun, ia juga tidak pernah menceritakan tentang lelaki pada ana selain Hans, walau Celsi sudah tidak terlalu ingat rupa Hans, namun hampir setiap saat Celsi selalu menceritakan itu pada ana.
"Sudahlah, percuma curhat sama kamu". Celetuk Celsi dengan kesal.
Ana terkekeh melihat temannya yang sudah merajuk akibat dirinya, sungguh sangat menyenangkan membuat Celsi kesal.
"Ayolah Celsi, aku hanya bercanda". Sahut Ana dengan meraih tangan Celsi.
"Sekarang ceritakan, siapa Pria itu?, kenapa dia bisa membuat temanku yang ratu drama ini sampai kesal?". Tanya ana dengan gemes.
Celsi kembali menatap ana, ia kemudian kembali melanjutkan ceritanya.
Celsi menceritakan dimana pada saat ia pertama kali bertemu dengan Brian, dan juga tentang ia yang tidur di rumah Brian, belum selesai sampai disitu ia juga menceritakan bagaimana Brian seenaknya meminta dirinya untuk memasak, dan tidak lupa perdebatan yang selalu saja terjadi antara dirinya dan Brian.
"Aku rasa tidak ada yang aneh dengan ceritamu". Ucap ana.
Ana yang akan mendengar cerita Celsi hanya bisa-bisa saja, menurutnya tidak ada yang menarik atau ganjil dalam cerita Celsi.
"Ana...., kenapa kau tidak peka sih?". Protes Celsi dan menatap ana kesal.
"Ada apa sih Celsi?". Tanya ana, kali ini juga dia sedikit kesal karena sejak tadi Celsi selalu saja marah-marah.
"Aku tidak terima jika kalah darinya". Sahut Celsi kemudian.
Yang dimaksud Celsi itu tidak lain adalah, ia tidak terima kalah dari Brian saat berdebat.
"Oh, ayolah ana, kalah itu hal biasa, lagipula tidak selamanya kau akan menang, terkadang kita juga harus kalah agar bisa menyadari dimana letak kesalahan dan kelemahan kita". Ujar ana panjang lebar.
"Wow....., kau sangat bijak sekarang". Puji Celsi dengan bertepuk tangan memuji kehebatan Ana.
"Astaga, apanya yang bijak, semua orang juga bisa mengatakan itu". Gerutu ana dengan kesal karena tingkah berlebihan Celsi.
"Kau benar, tapi lain kali aku tidak akan kalah". Lanjut Celsi kembali.
"Dasar keras kepala". Desis ana.
Celsi sama sekali tidak peduli ia kemudian langsung menarik minuman ana dan meminumnya sampai habis.
Ana hanya melotot melihat Celsi, ia benar-benar kehabisan kata untuk melawan tingkah ajaib Celsi.
"Kalau begitu aku pergi dulu". Ucap Celsi tiba-tiba dan langsung berdiri.
Melihat Celsi yang sudah pergi, Ana kembali menggerutu tidak jelas.
Padahal ana ingin bertanya kenapa waktu itu Celsi tiba-tiba saja tidak bekerja, namun Celsi malah keburu pergi, sungguh sangat menyebalkan buat ana.
Celsi berjalan dengan senyum yang terus mengembang di wajah cantiknya, sekarang ia sudah tidak kesal lagi, tapi tekatnya untuk menang dari Brian masih belum hilang, ia bahkan berjanji akan membuat Brian kalah telak darinya.
Sungguh, Celsi hanya ingin membuat Brian kehabisan kata-kata saat berhadapan dengannya.
"Brian tunggu pembalasanku, aku akan membuatmu kehabisan akal saat menghadapi ku". Gumam Celsi dengan terus berjalan dan tersenyum ceria.
Sementara disisi lain.
Hachimm....
Brian menggosok hidungnya yang tiba-tiba bersin entah kenapa.
"Siapa yang berani membicarakan ku". Pikir Brian.
"Master, tadi tuan besar menghubungi". Lapor Kevin pada Brian.
Brian yang tengah sedang duduk di kursi kebesarannya segera menoleh ketika mendengar suara Kevin.
"Apa yang dia katakan?". Tanya Brian langsung.
"Tuan besar meminta master segera pulang". Lanjut Kevin kembali melaporkan.
Brian hanya diam dan tidak menanggapi laporan Kevin, ia malah larut dalam pikirannya sendiri, sesaat kemudian ia kembali menatap Kevin.
"Apa wanita aneh itu baik-baik saja sekarang?". Tanya Brian pada Kevin.
Kevin hanya mengernyit bingung dengan ucapan Brian, ia tidak tau wanita aneh yang Brian maksud, namun kemudian ia langsung teringat dengan Celsi.
A**pa wanita aneh yang Brian maksud adalah Celsi?, tentu saja iya, lagi pula siapa lagi yang bisa membuat hari-hari Brian menjadi terganggu selain Celsi.
"Saya tidak tau master, karena kita belum pernah bertemu hari ini". Jawab Kevin.
Memang benar sih hari ini Brian maupun Kevin belum pernah bertemu dengan Celsi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
**peringatan :
jangan lupa.....
vote
like
komentar dan saran.
berikan rate lima.
ditunggu....., sedikit dukungan dari kalian akan sangat membantu buat author**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Keysia Angelica
lanjuuy
2020-08-02
0
HIATUS
ak tingalin jejak dulu ya kk🌟💙
cerita nya seru:)) nanti ak balik lagi buat baca...
semngat, semngat selalu kk!💪😊
kalau ada waktu mampir back...
~Blue ray legend
2020-06-18
1
Rizkina Whdh
semangat Thor
2020-06-18
1