Celsi menelan saliva nya sendiri dengan kasar, sekarang ia sudah menyadari kesalahan serta kebodohannya.
Ia bahkan telah berani mengaku-ngaku sebagai pacarnya pria itu, sungguh memalukan bagi dirinya sendiri saat ini, mungkin jika ada lautan Celsi lebih memilih untuk menenggelamkan dirinya sendiri dari pada menahan rasa malu sendiri.
"Memalukan....". Batin Celsi menggerutuki dirinya sendiri terus menerus.
Mulut Celsi terus komat-kamit memaki dirinya sendiri, sekarang ia sungguh menyesal karena telah berani mengaku sebagai pacar dan mengambil uang Priya itu.
Melihat mulut celsi yang terus komat-kamit membuat pria itu semakin bingung, Celsi lebih mirip seorang dukun yang terus membaca mantra namun tidak terdengar oleh orang lain.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?". Batin Celsi terus bertanya-tanya.
"Celsi, kau bisa berakting, jadi sekarang kau harus tunjukkan bakat mu". Pikirnya kemudian.
"Hay.....". Sapa Celsi dengan gugup.
Celsi sama sekali tidak tau harus berbuat apa, melihat tatapan tajam lelaki itu saja sudah membuat nyali Celsi menjadi ciut.
"Sungguh tatapan yang sangat mematikan". Batin Celsi.
"Kau tau apa kesalahanmu ?". Tanya pria itu dengan menatap Celsi tajam.
Celsi kembali menekan salivanya sendiri, mendengar ucapan dingin namun mengandung amarah dalam setiap kata-katanya.
Celsi langsung mengangguk mengakui kesalahannya, ia berpikir kalau sekarang tamatlah riwayatnya, dia baru saja lolos dari kandang Buaya dan sekarang masuk kandang singa.
"Astaga, kenapa nada bicaranya saja seperti seakan-akan dia akan memakan ku hidup-hidup". Batin Celsi terus merasa ketakutan.
"Siapa namamu ?". Tanya Celsi dengan berani, walau sebenarnya ia tengah sedang gugup saat ini.
Lelaki itu langsung tersenyum misterius menatap Celsi. Ia tidak menyangka kalau Celsi akan bertanya namanya dalam keadaan seperti ini.
"Brian Mrcusix Mark". Ucap lelaki tampan itu memperkenalkan dirinya pada Celsi.
"Brian, tidak terlalu buruk". Timpal Celsi menyebutkan kembali nama brian.
Celsi terus berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja, agar aktingnya bisa dipercaya.
Brian mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Celsi, lagi-lagi ia dibuat melongo oleh ulah ajaib Celsi.
"Apa wanita ini tidak tau aku?". Gumam briyan dalam hati.
"Setiap orang yang mendengar nama Mark pasti langsung tunduk". Pikirnya kembali.
"Tampaknya nona ini tidak mengenal master". Pikir Kevin, asisten Brian atau bisa disebut sebagai teman Brian juga.
"Baiklah Brian, berikan alamat atau no rekening mu, aku akan mengganti uangmu nanti". Ucap Celsi dengan santainya.
"Apa sekarang kau sedang menghinaku nona?". Tanya Brian dengan menatap Celsi tajam.
Brian pikir Celsi meremehkannya hanya kerena uang yang Celsi ambil, namun bagi Brian kesalahan Celsi bukan hanya itu, tapi kesalahan Celsi yang paling besar adalah karena berani mencuri pelukannya.
Celsi menatap brian bingung, ia tau kesalahannya adalah telah lancang alias berani mengambil uang Brian tanpa izin.
"Apa maksudmu?". Tanya Celsi bingung.
"Aku berniat Menganti uangmu, bukan menghinamu". Ucap Celsi kembali.
"Nona, uang segitu tidak berarti buat master. Kesalahan nona bukan cuman uang, tapi kesalahan fatal nona adalah karena telah berani menyentuh master". Jelas Kevin pada Celsi.
Celsi menatap tajam Kevin.
"Siapa kau?". Tanya Celsi dengan sinis.
Kevin terkesiap mendengar pertanyaan Celsi.
"Saya Kevin, asisten sekaligus teman master Brian". Jawab Kevin kemudian.
"Sudahlah aku tidak peduli, mana mungkin hanya kerena aku menyentuhnya, itu menjadi kesalahan fatal". Sanggah Celsi.
"Lagian, kau seperti orang terkaya di dunia saja, hanya disentuh sedikit harus marah-marah". Omel Celsi kembali.
Kevin dan brian hanya menganga mendengar ucapan Celsi yang langsung ceplas-ceplos.
"Astaga, jadi dia benar-benar tidak mengenal master". Batin Kevin.
"Wanita yang menarik, baru kali ini ada orang yang tidak mengenal siapa Brian". Batin brian.
"Berikan alamat atau nomor rekening mu". Pinta Celsi kembali sambil menyodorkan tangannya.
Saat brian ingin menjawab ucapan Celsi, tatapannya langsung teralihkan pada sosok pria yang tengah sedang bersembunyi dan menatap mereka dari balik pohon.
Kevin yang melihat arah tatapan brian langsung menoleh, dan ia sangat terkejut melihat lelaki yang memakai jaket serta topi hitam sedang memperhatikan mereka.
"Kita pergi sekarang". Ucap brian dengan dingin.
Kevin langsung mengangguk dan mengikuti langkah brian dari belakang.
Melihat brian yang semakin menjauh, Celsi langsung mengejar. Bukan karena apa-apa, dia hanya tidak mau lari dari tanggung jawab, bagaimanapun caranya dia harus mengembalikan uang yang ia ambil tanpa izin.
"Brian tunggu, kau mau kemana?". Teriak Celsi.
"Kau belum memberi alamat dan nomor rekening mu". Ucapnya kembali sambil berlari mengikuti Brian dan Kevin.
Brian sama sekali tidak menggubris ucapan Celsi, ia terus berjalan dengan terburu-buru menuju mobilnya yang terparkir di pinggir jalan.
Dengan cepat ia langsung masuk ke mobilnya dan duduk di kursi penumpang bagian belakang.
Sementara Kevin langsung masuk ke bagian kursi kemudi.
Tanpa Kevin dan brian sadari ternyata Celsi juga ikut masuk dan duduk disebelah brian.
"Kenapa kau mengikuti ku?". Tanya Brian dengan panik.
"Tentu saja untuk meminta alamat dan nomer rekening mu, aku tidak akan lari dari tanggung jawab, aku bakalan ganti uangmu". Jelas Celsi.
Brian menatap Celsi frustasi, ia tidak tau harus mengatakan apalagi pada Celsi.
"Kau tidak perlu menggantinya". Ucap Brian kemudian.
"Tidak bisa, walaupun aku miskin tapi aku tidak akan lari dari tanggung jawab". Jawab Celsi dengan penuh keyakinan.
Brian langsung melihat ke arah belakang, ia dapat melihat orang-orang tengah sedang mengejarnya.
"Jalankan mobilnya sekarang". Perintah Brian pada Kevin.
Kevin langsung menancap gas, untuk meninggalkan tempat itu.
"Hey, kenapa kau menyalakan mobilnya, aku harus keluar". Kesal Celsi dengan membentak Kevin.
Kevin samasekali tidak memperdulikan bentakan Celsi, ia bahkan telah menambah kecepatan mobil itu.
"Sudah tidak ada waktu". Ucap Brian.
"Apa maksudmu?". Tanya Celsi dengan keheranan.
"Kau sendiri yang masuk kemari, maka kau harus terima resikonya". Ucap Brian menjelaskan.
Celsi semakin tidak mengerti dengan ucapan Brian, ia merasa tidak melakukan kesalahan, ia hanya ingin meminta alamat dan nomor rekening saja dan menurutnya itu adalah hal yang wajar, karena ia harus mengganti uang Brian.
Sementara Kevin semakin mempercepat laju mobilnya, ia dengan lihai langsung menerobos keramaian jalanan Jakarta yang padat, walau begitu ia bisa dengan mudah menyelip diantara mobil-mobil yang sedang berlalu lalang.
"Hentikan mobilnya, aku ingin turun". Pinta Celsi.
Celsi semakin cemas kerena mobil Brian melaju dengan cepat, dan ia sangat takut saat ini.
"Tidak bisa, sudah terlambat jika ingin turun". Jawab Brian.
"Apa maksudmu, kau hanya tinggal menepikan mobilnya saja, dan menurunkan aku". Ucap Celsi memberikan solusi.
"Sebaiknya kau diam saja". Bentak Brian.
Celsi semakin tidak mengerti dengan Brian, karena menurutnya Brian sangat marah saat ia mengikutinya dan sekarang Brian malah tidak mau menurunkannya.
"****holo semua......
ini adalah karya kedua ummi, jadi jangan lupa vote ya...., like dan juga tinggalkan jejak komentar kalian****".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Angela Jasmine
Lanjuuuttt lagi kakak 🙌🙌
2020-07-30
0
akun nonaktifkan
5 like dulu yaa😁
Mampir karyaku sekalian like backnya🥺
Pasti aku selalu mampir karyamu loh!😆
Tunggu aja!🙏🏻
2020-07-27
0
Kadek
seru
2020-07-14
1