Episode 3

Jakarta...

15 tahun kemudian.

Seorang gadis cantik sedang terburu-buru memaki bajunya, ia memilih mengenakan celana jins dan baju kaos tidak lupa dengan tas selempang yang selalu ia bawa, ia menatap dirinya di pantulan cermin yang sudah retak dan terlihat usang karena sudah dimakan usia.

"sekarang penampilanku sudah sempurna". Ucapannya pada bayangan dirinya sendiri yang terlihat di cermin.

Setelah ia merasa penampilannya sudah cukup, ia segera meraih sepatu dan berlari keluar sambil memakai sepatunya.

saat pintu tertutup seorang ibuk- Ibuk sudah meneriakinya.

"mana janjimu....". Teriak wanita yang bertubuh gendut padanya.

Mendengar teriakkan itu wanita cantik itu bergegas kabur, ia langsung berlari meninggalkan rumahnya, ia yakin Ibuk itu tidak akan bisa mengejarnya karena tubuhnya yang gendut membuat ia tidak bisa berlari, jangankan berlari untuk berjalan saja ia susah, itu adalah pikir wanita cantik itu.

Wanita cantik itu segera menyetop sebuah angkot yang melintasinya, melihat angkot yang berhenti wanita itu segera naik dan duduk diantara para penumpang yang lain.

Wanita itu mendesah kasar saat angkot bergerak, bagaimana tidak tumbuhnya diapit oleh dua orang ibu-ibu yang membawa banyak belanjaan sayur, bau sayur dan ikat yang menyengat membuat orang ingin muntah, tapi wanita itu harus bisa menahannya.

Sebenarnya bisa saja wanita itu menggunakan ojek tau yang lainnya, tapi mengingat ongkos angkot yang lebih murah membuat ia harus bisa menahan pengap serta bau di dalam angkot, tidak jarang ia juga harus berebut tempat duduk dengan orang lain.

Setelah sampai tujuan wanita itu bergegas keluar, ia kembali terburu-buru menemui salah seorang temannya yang sudah menunggunya sejak tadi.

Saat sudah sampai ia langsung duduk di hadapan teman-temannya sembari mengatur nafasnya yang ngos-ngosan akibat berlari.

Setelah ia merasa lebih baik barulah ia berbicara.

"Katakan padaku apa yang harus aku lakukan sekarang?". Tanya seorang wanita cantik pada temannya.

"Ya ampun Celsi, apa semua harus aku katakan?". Kesal ana temannya Celsi.

wanita cantik itu tidak lain adalah Celsi sendiri.

"Kau ini, bukannya memberi solusi tapi malah membuatku pusing". Jawab Celsi dengan kesal pula.

Ana mendesah kasar saat melihat Celsi yang mulai cemberut akibat ulahnya.

"Baiklah, lebih baik kau ikut bekerja denganku saja". Ucap ana.

Celsi memang pusing, pasalnya ia sudah tamat SMA dan ia ingin bekerja, sebenarnya ia ingin melanjutkan pendidikannya, namun apalah daya. Keadaan menuntutnya untuk bekerja agar bisa makan.

"Sepertinya memang tidak ada pilihan, aku juga harus bekerja, lagian untuk seorang wanita yang hanya tamatan SMA bisa apa". Keluh Celsi.

Ana ikut sedih mendengar ucapan Celsi, dulu sewaktu Mereka masih SPM, hidup Celsi baik-baik saja bahkan Celsi memiliki semua yang ia inginkan tapi sekarang keadaan Celsi benar-benar berbanding terbalik.

Celsi membuang nafasnya dengan kasar, ia menatap ana dan tersenyum padanya.

"Aku akan bekerja keras sekarang". Ucap Celsi memberi semangat untuk dirinya sendiri.

Ana menatap Celsi dengan ekspektasi yang tidak bisa diartikan. Walau begitu Celsi terlihat biasa-biasa saja.

"Sekarang katakan, kapan aku mulai bisa bekerja?". Tanya Celsi kemudian.

"Besok kau datanglah, aku akan mengatakan pada bos ku tentangmu nanti". Jelas ana.

Celsi langsung mengangguk menanggapi perkataan temannya. Ia kemudian langsung mengirup aroma lemon tea yang ada di atas mejanya.

Celsi dan ana memang berada pada sebuah kafe yang berada di pinggiran kota.

Saat sedang asik menikmati minuman masing-masing tiba-tiba saja mereka difokuskan dengan obrolan salah seorang pengunjung.

"Aku dengar seorang Milyarder akan datang ke Indonesia". Celoteh salah seorang pengunjung pada temannya.

"Apa benar?". Tanya temannya tak yakin.

"Iya, dari yang aku dengar dia adalah orang terkaya nomor satu di dunia, dan dia masih muda dan masih lajang". Jelasnya kembali.

"Benarkah, kalau saja aku punya kesempatan bertemu dengannya, aku akan menculik dan menjadikan dia milikku". Jawabannya kemudian.

Celsi dan ana yang mendengar celotehan mereka merasa merinding sendiri, mereka berdua langsung saling tatap lalu kemudian langsung tertawa bersama.

Semua pengunjung langsung menatap Celsi dan ana yang tertawa termasuk dua pengunjung tadi.

"Upsss". Ucap kedua barengan dengan menutup mulut keduanya.

Melihat tatapan tidak suka dari pengunjung lain, Celsi dan ana langsung meraih tasnya dan bergegas meninggalkan cafe itu.

Saat sudah sampai diluar tawa keduanya langsung pecah, bahkan mereka memegang perut mereka sendiri karena sakit akibat tertawa terbahak-bahak.

"Apa kau dengar tadi, dia bilang akan menculiknya". Ucap ana di sela-sela tawanya.

Hahahaha.

"Dan kau ingat, saat wanita itu bilang, dia kan menjadikannya miliknya". Timpal Celsi kemudian.

Mereka kembali tertawa sepuasnya.

"Aku rasa dia tidak sadar, jangankan menculiknya, menatapnya saja dia pasti tidak akan bisa". Ucap ana.

"Kau benar, orang kaya pasti akan dijaga ketat agar tidak ada parasit yang menempel". Timpal Celsi.

"Sudah, sudah, perutku sudah sangat sakit". Sela ana.

Celsi dan ana menarik nafasnya dengan pelan agar tidak tertawa lagi.

"Oh tidak, aku sudah terlambat". Panik ana saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Pergilah cepat". Ucap celsi

Ana segera pergi menaiki taksi agar cepat sampai di supermarket tempat ia bekerja.

Sementara Celsi menelusuri jalanan karena bingung harus kemana.

"Cek, sekarang aku harus kemana". Pikir Celsi.

"Jika aku kembali ke kontrakan, aku akan di hadang oleh gentong yang selalu minta di isi tiap bulan". Gumamnya kemudian.

Gentong yang Celsi maksud tidak lain adalah ibu kontrakan yang tubuhnya sangat gendut, dan yang ia maksud menghadang karena Celsi sendiri belum membayar uang sewa kontrakan, jadi ibu kontrakan itu selalu menangih saat melihat Celsi.

Celsi menendang kaleng yang ada didepannya dengan frustasi, ia benar-benar bingung harus kemana.

Saat Celsi melihat taman tidak jauh dari tempatnya berjalan ia segera menghampiri taman tersebut, ia memilih duduk di salah satu kursi kosong yang ada di sana.

Celsi menatap bayangan yang ada di depannya, jika ia sedang frustasi ia selalu menatap bayangannya sendiri karena itu akan membuatnya tenang.

Celsi terfokus pada bayangannya tanpa memperdulikan sekelilingnya, saat ia menatap nalar bayangannya sendiri ia dikejutkan dengan bayang seseorang yang menutupi bayangannya.

Wajahnya langsung merah saat bayangannya tertutupi, ia tidak suka jika seseorang menutupi bayangannya.

Celsi langsung berdiri dan menatap punggung seorang pria bertubuh tinggi dengan setelah jas.

"Beraninya kau....". Geram Celsi dengan mengepalkan tangannya.

Celsi kemudian langsung berteriak pada pria itu.

"Hey....". Teriak Celsi dengan kencang.

Pria yang mendengar teriakan Celsi segera menoleh, ia langsung menatap Celsi dengan tajam.

Celsi yang melihat wajah pria itu menjadi sangat terkejut, mulutnya bahkan terbuka matanya membesar saat menatap pria itu.

Terpopuler

Comments

Kadek

Kadek

kk semngt ya

2020-07-14

2

Angela Jasmine

Angela Jasmine

Lanjuuuttt lagi kakak 🙌🙌

2020-07-12

0

Heera Ya

Heera Ya

Semangat terus kak

2020-07-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!