Setelah kejadian kemarin malam, hari ini Yun Ling merasa butuh refreshing. Jadi kini ia berniat mengajak Ayah dan ibu, serta saudaranya untuk berpiknik.
Pertama-tama Yun Ling akan menghampiri kedua orang tuanya. Dengan langkah penuh semangat, Yun Ling segera masuk ke dalam paviliun kedua orang tuanya.
"Salam tuan putri."
Banyak para pelayan yang berpapasan dengannya, dan ketetika mereka memberikan salam, Yun Ling membalasnya dengan anggukkan.
"Bibi Niu!" Yun Ling berteriak memanggil dayang Suyin, dia berlari menghampiri dayang Niu.
"Ya ampun! Tuan putri, jangan berlari seperti itu." Dayang Niu berseru kaget ketika melihat anak tuan-nya berlari dengan mengangkat Hanfu.
Ketika Yun Yi sampai di depan Dayang Niu, terdengar helaan nafas lega dari mulut wanita paruh baya itu.
"Tuan putri, lain kali anda jangan berlari seperti itu. Selain berbahaya, mengangkat Hanfu anda seperti tadi, melanggar etiket istana." Tutur Dayang Niu, wanita paruh baya itu nampak khawatir, tapi tetap memberikan Yun Ling teguran.
Yun Ling hanya tersenyum tanpa merasa salah, dia memegang tangan Dayang Niu lantas berkata. "Bibi Niu, nanti saja ngomelnya ya? Sekarang antarkan aku menemui ibunda dulu."
Yun Ling sedikit memakai kata dari era modern, dan untungnya Dayang Niu sudah paham, karena ini bukan kali pertama Yun Ling mamakai kosa kata dari zaman modern, bahkan Yun Li dan Yun Lin pun kadang memakai kosa kata zaman modern, alasannya karena bahasa yang di pakai di era ini begitu berbelit-belit dan menyusahkan.
Dayang Niu berniat menolak, tapi ketika melihat Yun Ling yang memasang wajah cemberut, Sayang Nih tidak dapat menolak, terlalu menggemaskan.
"Huft." Untuk kesekian kalinya, Dayang Niu selalu saja tidak bisa menolak permintaan dari Yun Ling.
"Baiklah, mari saya antar anda ke dalam." Dayang Niu menunjuk Yun Lin memasuki kediaman ibunya.
Yun Ling bersenandung ria, tidak sabar untuk berpiknik. Di kepalanya, sudah tersusun banyak kegiatan yang akan ia lakukan nanti. Mulai dari amakn bersama, merekam semua kejadian itu dengan batu perekam, dan lainnya. Yun Ling benar-benar merasa tidak sabar.
"Bibi Niu, pagi ini ibunda sedang melakukan apa?" Tanya Yun Ling, memecahkan keheningan di antara mereka berdua.
"Pagi ini, Wangfei tengah mengobrol bersama Wangye, tuan putri." Sahut Dayang Niu, secara singkat.
Mendengar itu, Yun Lin mendengus. "Apakah Ayah tidak bekerja?" Tanya Yun Ling sedikit ketus.
Dayang Niu terkekeh sekejap, lalu beberapa saat kemudian wajahnya kembali seperti semula. "Sepertinya pekerjaan Wangye sudah di selesaikan kemarin malah, tuan putri."
"Pasti saat ini Ayah sedang bermanja-manja dengan ibu." Gumam Yun Ling dengan perasaan kesal.
"Awas saja kalau nanti Ayah tidak mengijinkanku untuk berpiknik." Seru Yun Ling, dengan wajah tertekuk.
Dayang Niu merasa sangat lucu dengan perkataan Yun Ling yang mengandung ketidak sukaan. "Hehe, apakah anda merasa kesal tuan putri?"
"Tentu, karena kalau Ayah ada, dia pasti akan menguasai ibu sendirian." Dengus Yun Ling.
Dia teringat ketika drinya ingin tidur bersama sang ibu kala itu, tapi An Ke datang dan segera membawa Suyin begitu saja, tanpa bernegosiasi dulu dengannya.
Sejak itu, Yun Ling selalu tidak terima ketika ibunya dan ayahnya berduaan di kediaman. Karena Ayahnya pasti tidak kan mengijinkan Suyin untuk menjauh darinya, bahkan menemui anaknya pun di tidak bolehkan.
"Kalau begitu, kita harus segera menemukan mereka. Jangan sampai Ayah menguasai ibu duluan."
Yun Ling mempercepat langkahnya, atau lebih tepatnya berlari dengan kaki kecilnya. Dayang Niu yang berada di belakang Yun Ling, menggigit pipi dalamnya dengan kencang.
"Tuan putri terlalu menggemaskan." Gumam Dayang Niu.
Brak
Yun Ling membuka kamar kedua orangtuanya dengan kencang. Matanya melotot ketika An Ke tengah asik memeluk Suyin yang sedang merajut.
"Ibunda." Yun Lin segera menghirup Suyin, dan memeluk wanita itu.
"Yun Ling, apakah kau tidak bisa tidak berlari? Kalau kamu terjatuh bagaimana?" Suyin menyimpan alat rajutnya, dia menangkatYun Ling ke atas pangkuan nya.
Yun Ling tidak menjawab, dia hanya menyengir menampilkan sederetan gigi kecilnya.
Suyin menggeleng, dan mencubit pipi Yun Ling dengan gemas. "Kamu ini."
Di samping Suyin, An Ke menatap Yun Ling tidak suka. "Pengganggu." Ucapnya.
Yun Ling melotot, dia melayangkan protes pada Ayahnya itu. "Siapa yang Ayah sebut pengganggu?!" Serunya, tidak terima.
"Ayah tidak berbicara padamu, Ayah berbicara pada makhluk kecil yang ada di pangkuan istriku."
"Sama saja!!" Dengan kesal, Yun Ling menarik rambut An Ke, sampai membuat An Ke berteriak kesakitan.
"Au, au. Apa yang kamu lakukan? Aduh, aduh."
"Rasakan ini, rasakan." Tidak puas dengan hanya menarik rambut Ayahnya, Yun Ling kini memukul kepala An Ke sekuat tenaga.
Secara tidak sadar, kini Yun Ling sudah berlatih ke pangkuan An Ke. Dan Yun Ling semakin leluasa menarik rambut An Ke, sekaligus memukulnya.
"Hei! Hei!" An Ke mencoba melepaskan tangan Yun Ling dari sejumput rambutnya. Dia tidak merasa sakit dengan pukulan yang di berikan Yun Ling, tapi tarikan Yun Ling pada rambutnya begitu sakit.
Sedangkan Suyin hanya diam saja, tidak berniat memisahkan pertengkaran antara Ayah dan anak itu. Suyin menuangkan teh pada gelasnya yang kosong, lalu menyesapnya dengan tenang.
"Aa.. aduh, duh, duh." An Ke bernafas lega ketika Yun Ling berhenti menarik rambutnya, walau tangan mungil itu masih menggenggam rambut panjang milik An Ke.
Yun Ling terengah-engah, dia duduk di pangkuan An Ke sambil mengatur Ayahnya. Namun walau begitu, ia masih melayangkan tatapan permusuhan pada An Ke.
"Apakah kalian sudah selesai?" Suara Suyin berhasil mengalihkan perhatian keduanya, mereka menoleh ke arah Suyin yang tengah bersedekap dada.
Merasakan aura intimidasi yang kuat, An Ke dan Yun Ling menciut, mereka menganggukkan kepalanya dengan cepat.
Suyin mengangguk puas ketika keduanya terdiam. "Baik, Ling'er. Ibu ingin bertanya, ada perlu apa kamu datang? Tidak mungkin kamu datang tanpa sebuah niat, benar bukan?"
Yun Ling mengangguk, lalu ia menjawab. "Yun Ling kesini ingin mengajak Ayah dan Ibu untuk berpiknik. Rencananya, Yun Ling juga akan mengajak saudara yang lain untuk ikut." Jelasnya.
Suyin mengangguk mengerti, aura hitam di sekitarnya lenyap, kini Suyin tersenyum sembari mengulurkan tangannya.
"Kalau begitu mari jemput saudara mu yang lain." Ajak Suyin.
Sebelum Yun Ling beralih ke dalam pangkuan Suyin, sebuah suara lebih dulu terdengar.
"Tidak perlu menjemput kami ibunda, kami sudah ada di sini."
Di depan pintu, Jun Tian, Yun Li dan Yun Lian kini tengah menatap mereka dengan senyuman.
Setelah masuk, Jun Tian segera mengambil Yun Ling dari pangkuan Ayahnya.
"Ling'er, bagaimana jika kamu Gēgē gendong?" Tawarnya.
"Mau." Dengan semangat Yun Ling segera mengangguk, dan ketika Jun Tian berjongkok, Yun Ling segera naik ke punggung tegap kakak laki-lakinya itu.
Melihat kakaknya di gendong, Yun Lian mengulurkan tangannya ke depan, lalu berkata. "Yun Lian juga ingin di gendong."
...🔹To Be Continued🔹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
ciru
cakeep.
2023-12-01
0
Murni Dewita
dabel up thor
2023-09-16
0