"Yun Lian juga ingin di gendong."
An Ke terkekeh, lalu berjongkok, seperti yang di lakukan Jun Tian tadi. "Kalau begitu, ayo naik."
Dengan semangat, Yun Lian naik ke punggung sang Ayah. Ia tertawa bahagia ketika An Ke berjalan berdampingan dengan Jun Tian yang sebatas dadanya.
Di belakang, Yun Li dan Suyin tengah tersenyum melihat pemandangan tersebut.
"Apa kamu juga ingin seperti itu?" Tanya Suyin pada anak perempuan pertamanya.
"Mmm." Yun Li menggelengkan kepalanya. "Aku ingin di gandeng saja." Ujar Yu Li sambil mengulurkan tangannya.
"Baiklah." Suyin menggenggam tangan Yu Li, lalu menyusul yang lainnya.
Mereka kini tengah berada di dalam kereta kuda. Kecuali para lelaki, termasuk Jun Tian.
Yun Ling kini tengah membaca buku, buku yang kemarin belum sempat ia baca. Sedangkan Yun Lian tengah mengemil sambil menyimak percakapan antara Suyin dan Yun Li.
Yun Ling melihat keluar jendela, kini mereka tengah melewati hutan. Seingatnya, hutan ini adalah hutan yang berada di belakang istana Kekaisaran Wu. Itu berarti...
"Ibu, apakah kita akan berpiknik di puncak Long Di?" Tanya Yun Ling, memastikan.
"Ya, kita memang akan berpiknik di sana. Karena dulu kita hanya berpiknik di halaman, Ayahmu menyarankan untuk berpiknik di puncak Long Di. Kebetulan banyak bunga yang sudah mekar di sana, nanti."
Mata Yun Ling berbinar, kebetulan ia tengah meneliti bunga-bunga yang dapat di jadikan obat atau bahan kosmetik lainnya.
Buku yang tengah ia baca adalah buku yang berisi penjelasan bagaimana cara membuat sebuah obat ringan dari bunga, dan juga sebuah kosmetik seperti pemerah pipi dan bibir yang terbuat dari bunga.
"Ibu, apakah di puncak nanti ada bunga mawar?"
Yun Ling menoleh ke arah Yun Lian yang berada di sampingnya. 'Kalau ada, mungkin aku bisa membuat sebuah parfum seperti yang di ajarkan ibu panti dulu.' Yun Ling membatin.
"Sepertinya ada. Bahkan kalau tidak salah, tahun kemarin ada bunga mawar dengan lima warna berbeda." Ujar Suyin.
"Lima warna?" Ketiga kembar itu kompak menanyakan hal yang sama secara bersamaan.
Di era modern, bunga mawar hanya ada tiga warna, yaitu merah, putih dan merah muda. (Kalau gak salah)
"Hahaha." Suyin merasa lucu dengan kekompakan ketiga putrinya.
"Ya, ada lima. Ada merah, merah muda, putih, biru, dan yang terakhir adalah mawar dengan warna campuran. Tapi, bunga mawar dengan warna campuran ini sangat sulit di temukan. Mereka tumbuh begitu saja di suatu tempat, dan mereka tidak bisa kita tanam." Jelas Suyin.
"Mengapa begitu?" Tanya Yun Ling, kini dirinya sudah menyimpan buku tebal yang tadi ia baca. Kini Yun Ling lebih tertarik dengan topik pembahasan yang di bicarakan ibunya ini.
"Entahlah. Karena, sampa saat ini belum ada orang yang mengetahui bagaimana mawar ini bisa tumbuh. Karena mereka bisa tumbuh di mana saja, dan dengan tempat apa saja. Bisa di gunung bersalju, pinggiran gunung berapi, didalam air, intinya mereka benar-benar bisa tumbuh di mana saja."
"Tapi walau begitu, ketika kita mengambilnya beserta akarnya dan berniat menanamnya di rumah atau di halaman, mereka pasti tidak akan tumbuh."
"Apa ini juga tidak di ketahui sebabnya?" Tanya Yun Li. Sepertinya dia juga ikut penasaran dengan bunga mawar yang di ceritakan sang ibu.
"Mm." Suyin mengangguk.
Beberapa saat setelah Suyin mengangguk, Yun Lian memajukan badannya, lalu bertanya. "Lalu seperti apa mawar itu?"
"Kalau untuk penjelasan secara lengkapnya, ibu susah untuk menjelaskannya pada kalian. Tapi, kalau secara singkat. Bunga ini selalu berbeda-beda, walau sama-sama bunga mawar dengan warna campuran, mereka tidak akan memiliki warna campuran yang sama, aparu memiliki perbedaan. Lalu, batang mereka tidak berwarna hijau, melainkan berwarna emas." Jelas Suyin.
"Lalu, mawar yang pernah ibu lihat berwarna apa?"
"Campuran antara merah dan biru."
Pertanyaan demi pertanyaan di ajukan oleh ketiga kembar itu, dan dengan sabar Suyin menjawabnya satu persatu.
Di luar Jun Tian dan An Ke tersenyum senang ketika mendengar obrolan mereka.
"Kalau Suyin tidak melarang, mungkin sekarang aku juga sedang mengobrol bersama mereka, di dalam." Gumam An Ke.
"Tapi itu hanya bisa menjadi khayalan Ayah saja. Jika Ayah ikut ke dalam, mungkin ibu akan terus mengomeli Ayah sepanjang jalan." Ujar Jun Tian di sertai tawa kecilnya, membayangkan wajah takut-takut sang Ayah ketika bersama dengan ibundanya.
"Apa yang kamu pikirkan?" Mata An Ke memicing, dirinya tahu kalau anak laki-lakinya itu pasti membayangkan kejelekannya.
Jun Tian menyengir, "Ayah bisa tebak sendiri." Lalu dirinya mempercepat laju kudanya, menghindari amukan An Ke.
"Jun Tian!"
...━━━━━━━⊰❖⊱━━━━━━━...
Hup
Baru saja Yun Ling turun dari kereta kuda, matanya kini sudah di suguhi dengan pemandangan yang begitu menakjubkan.
Di puncak Long Di benar-benar memiliki area di mana banyak bunga tumbuh. Sejauh mata memandang, Yun Ling sudah menemukan sepuluh jenis bunga berbeda yang tumbuh cantik di sini.
Yun Lin menghampiri Suyin, lalu menarik Hanfu wanita itu. "Ibu, ibu. Apakah bunga-bunga ini sengaja di tanam?" Tanya-nya.
Suyin berjongkok di depan Yun Ling, lalu merapihkan rambut anaknya itu. "Ya itu benar, dan ada satu kisah di balik ini loh."
"Wah, apa itu? Apa itu?"
Tidak hanya Yun Ling yang merasa penasaran, Yun Lian pun kini berdiri di depan Suyin, siap mendengarkan cerita.
"Ibu akan menceritakannya pada kalian. Tapi, pertama-tama, mari kita menggelar alas terlebih dahulu." Suyin bangkit, lalu memgang masing-masing satu tangan anaknya.
"Ibu, bukan alas, tapi karpet." Yun Li yang baru turun dari kereta kuda segera mengoreksi ucapan Suyin.
"Ah ya, maksud ibu karpet." Suyin menggaruk tengkuk lehernya.
"Ibu, masih belum terbiasa dengan bahasa asing yang sering kalian ucapakan itu." Sambung Suyin.
"Aku yakin kamu akan terbiasa nanti." Entah dari mana datangnya, kini An Ke berdiri di samping Suyin lalu mengecup kening wanita empat anak itu. Di tangannya terdapat sebuah kotak besar yang di bawa dari dalam kereta.
"Ayo, kita ke atas." Ajak An Ke. "Di sana pemandangan lebih indah, bahkan kita bisa melihat istana dari atas sana." Sambungnya.
Dengan tersipu-sipu, Suyin mengangguk, lalu kembali menggandeng anak-anaknya.
Sedangkan ke empat anak dari pasangan itu tengah menatap malas pada Ayah mereka.
"Ayah bucin!" Teriak ke empatnya secara bersamaan.
An Ke yang sudah ada di depan mereka terkekeh. "Biarkan saja, Ayah memang sangat mencintai ibu kalian. Jadi, kalian harus terbiasa dengan itu." Ujar An Ke dengan wajah bangga.
"Cih." Sekali lagi, ke empat saudara itu menatap malas sang Ayah.
"Dasar Bucin!"
...🔹To Be Continued🔹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
ciru
cakep
2023-12-01
0