Empat saudara itu kini tengah berjalan-jalan di pasar, sedari tadi Yun Lian selalu membeli sesuatu yang menarik di matanya. Hingga tangan ke tiga Kakak nya kini penuh dengan barang-barang belanjaan Yun Lian.
"Gēgē, aku ingin beli itu." Yun Lian menunjuk sebuah lampion kelinci yang di pajang di salah satu pedangan dekat rumah makan.
"Tapi Lian'er, kamu sudah terlalu banyak membeli barang. Apalagi Gēgē lupa mengenakan cincin ruang." Jun Tian menolak secara halus.
Bibir Yun Lian menekuk. Dia berjalan dengan kaki di hentak-hentakan
"Sepertinya dia marah." Ujar Yun Li.
"Huft..." Terdengar helaan nafas dari mulut Jun Tian.
Dia berjalan ke arah pedagang lampion yang di tunjuk Yun Lian. Lalu membeli satu lampion untuk adiknya.
Ketika langkah, Yun Li dan Yun Ling jauh dari Jun Tian. Jun Tian kembali memundurkan langkah nya. Ia membeli dua lampion yang sama, untuk di berikan pada Yun Li dan Yun Ling.
"Ku harap mereka suka." Gumam nya.
Jun Tian menyusul kedua adik dengan langkah lebar. Mereka mengobrol kecil.
"Sebaiknya kita segera menyusul Yun Lian." Usul Yun Li.
Jun Tian dan Yun Ling mengangguk. Mereka mempercepat langkahnya, untuk menyusul Yun Lian yang sudah cukup jauh, di depan mereka.
Jun Tian lebih dulu menghampiri Yun Lian. Ia menyodorkan lampion kelinci yang di tunjuk Yun Lian, tadi. "Maaf." Ucap Jun Tian.
Mata Yun Lian berbinar, dengan senang hati ia mengambil lampion itu. "Terimakasih Gēgē."
"Apakah sekarang kamu sudah tidak marah lagi?" Tanya Jun Tian.
"Tidak." Yun Lian menggeleng. Ia menggandeng Jun Tian menggunakan tangan yang satunya, sedangkan tangan lainnya tengah memgang lampion kelinci.
Mereka kembali berkeliling pasar. Yun Li dan Yun Ling melebarkan senyumnya, ketika melihat kebersamaan Jun Tian dan Yun Lian.
"Syukurlah, sepertinya Yun Lian sudah tidak marah lagi." Yun Ling mengangguk, menyetujui ucapan JiěJiě nya ini.
Karena hari semakin siang, sudah waktunya makan siang. Merekapun sudah sangat lelah berkeliling seharian di pasar. Tujuan mereka kali ini adalah rumah makan Gu, salah satu rumah makan yang sangat terkenal di Kekaisaran Wu.
Semua orang menunduk memberi hormat saat kamu masuk. Wajah Jun Tian menjadi datar ketika bertemu dengan banyak orang.
Setelah Jun Tian mengangguk pelan, barulah mereka kembali ke aktivitas nya masing-masing.
Yun Ling terus mengikuti Jun Tian yang naik ke lantai dua. Awalnya mereka di tawari meja dekat panggung, yang biasanya di pakai penari atau pemain musik Guzheng dan alat musik lainnya.
Namun Jun Tian menolak, ia lebih memilih tempat di pojokan dengan suasana tenang. Yun Ling duduk di samping Jun Tian, bersebrangan dengan Yun Li dan Yun Lian.
"Kalian ingin memesan apa?" Tanya Jun Tian ketika salah seorang pelayan mengahmpiri mereka.
"Aku ingin makan Ayah pedas." Ujar Yun Lian lebih dulu.
"Aku juga, aku juga." Yun Lian berseru, dia dengan antusias mengacungkan sebelah tangan nya.
Yun Li yang duduk di samping Yun Lian mencubit pelan pipi Yun Lian. Lalu berkata. "Aku apa saja."
Jun Tian mengangguk. "Dua ayam pedas, empat sup sarang burung walet, dua daging kelinci, beberapa sayuran dan teh hijau." Ujar Jun Tian menyebutkan satu-persatu pesanan mereka.
Pelayan itu mengangguk, lalu pergi. Setelah perginya pelayanitu, ketiga gadis kembar itu melayangkan tatapan protes pada Jun Tian.
"Gēgē, kenapa Gēgē memesan sup sarang burung walet. Kamikan tidak sedang sakit." Protes Yun Ling.
"Sup sarang burung walet baik untuk tubuh." Jawab Jun Tian singkat. Mengabaikan tatapan protes dari ketiga adiknya. Jun Tian menyesap teh nya dengan santai.
"Gēgē..." Wajah Yun Lian tertekuk. Tidak di luar ataupun di kediaman. Jun Tian selalu saja membuatkan mereka sup sarang burung walet. Sampai-sampai waktu itu, saat tidak ada sup sarang burung walet, Jun Tian akan melarang mereka memakan makanan pedas.
"Lebih baik kalian diam. Atau kalian mau mengganti sup sarang burung walet dengan sup herbal yang ada di belakang kediaman ku?"
Ketiga gadis kembar itu serentak menggelengkan kepalanya dengan tergesa-gesa. Mereka menutup mulut mereka dengan tangan. Bayang-bayang beberapa bulan yang lalu terlintas di kepala Yun Ling.
Saat itu mereka menolak keras ketika Jun Tian menyuruh mereka meminum sup sarang burung walet. Dan jadilah Jun Tian membuat sup yang terbuat dari tanaman herbal yang di tanam di belakang kediaman Jun Tian.
Saat meminumnya rasanya begitu aneh dan pahit, Yun Ling sangat tidak menyukai itu.Lebih baik menurut pada Jun Tian, dari pada nantinya di berikan sup itu lagi.
Jun Tian tersenyum puas melihatnya, dia kembali menyesap teh nya. Mengabaikan wajah buruk ketiga adiknya.
"Shào Yé." Suara itu berhasil membuat suasana meja menjadi buruk.
Seorang gadis yang berusia sekitar dua belas tahun, seumuran dengan Jun Tian, menghampiri Jun Tian dengan wajah yang terlihat malu-malu macan.
"Kebetulan saya bertemu dengan anda di sini. Tadinya saya ingin ikut bersama Ayah saya ke istana. Saya ingin sekali menemui anda. Tapi takdir sepertinya memperkenankan kita bertemudi sini."
Perut Yun Linf terasa mengembung ketika mendengar suara gadis itu, Yun Ling menatap tidak suka saat gadis itu berniat memegang tangan Jun Tian.
Plak
"Auu.."
Sebelum tangan gadis itu menyentuh tangan Jun Tian. Yun Lian yang berada di sebrang Jun Tian memukul tangan gadis itu cukup kencang.
"Jangan menyentuh Gēgē-ku. Kamu tidak pantas!"
Uuhh, ingin sekali Yun Ling mengacungkan dua jempolnya pada Yun Lian. Kata-kata yang keluar dari mulut Yun Lian begitu tajam, dan Yun Ling yakin, kata-kata itu menusuk hati gadis itu.
"Ka-kamu.." Gadis itu tidak bisa berkata-kata, ada kemarahan di matanya. Tapi dia terlihat tidak bisa mengeluarkan kemarahannya.
Ya jelas, Yun Lian adalah adik Jun Tian. Jika gadis itu memang berniat mencari perhatian Jun Tian, dia tidak mungkin meluapkan kemarahannya pada Yun Lian.
"Apa?!" Sepertinya dengan sengaja Kemabli memancing amarah gadis itu dengan memasang wajah merendahkan.
Dan benar, wajah gadis itu terlihat semakin memerah. Tangannya pun terlihat terkepal erat.
"Shào Yé, sepetinya adik anda terlalu bersikap kasar pada orang yang lebih dewasa darinya. Sebaiknya anda menegurnya." Gadis itu mengalihkan perhatian nya pada Jun Tian.
Tidak ada sahutan apapun Ari Jun Tian. Jun Tian terlihat tidak peduli, dia masih ters menyesal teh nya dengan tenang. Dan itu membuat Yun Ling tertawa pelan.
Gadis itu melotot, dia menunjuk Yun Ling dengan tangan kanannya. Lalu berkata, "Jangan tertawa!" Suaranya cukup kencang, sehingga dapat menarik perhatian orang-orang sekitar.
Bugh
Brak
Gadis itu tersungkur saat....
...🔹To Be Continued🔹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
ciru
cakeep
2023-12-01
0