dia akan mati

"AXEL!"

Wajah Raffan sangat suram, matanya gelap dan sebilah pisau meluncur di bawah manset bajunya.

Pisau yang berkilau dingin, jelas Axel juga melihatnya

"Apa? Ingin membunuhku? Kamu jelas tidak akan berhasil. Bukan hanya pengawal, ruang ini juga memiliki sstv, jika aku terbunuh, kamu yakinlah, bawahanku tidak akan melepaskan mu dan gadismu itu akan lebih dan lebih membancimu."

Setiap kata-kata adalah provokasi, bahkan tampa ragu Axel membuka tangannya, seolah-olah ingin menyambut Raffan dengan ramah dan hangat, tapi setiap kata yang dia ucapkan adalah pisau.

"Jangan salahkan aku, ini salahmu untuk memulai permainan ini, kamu juga harus tahu satu hal, aku tidak memaksa gadis itu sama sekali. Dia menandatangani kontrak ini dengan kehendaknya sendiri, dia membencimu tau."

Pada saat itu, sebuah benda yang Axel pegang Di tangannya terjatuh, dan sebuah suara terdengar di ruangan itu, ternyata itu adalah alat perekam.

"Fannya."

Ini adalah suara Axel, lembut dan hangat. Tapi seluruh tubuh Raffan membeku dan matanya melebar.

"Apakah kamu menyesal?"

Suara Axel di dalam rekaman bertanya dengan halus, tapi tidak ada jawaban, kemudian dia kembali berkata.

"Pernikahan ini, apakah kamu menyesal?"

Bibir Raffan bergetar, dia ingin mengatakan sesuatu, tapi dia tidak bisa.

"Di dalam kontrak tertulis juga, kamu akan membantuku untuk membalaskan dendam ku bukan? Jadi apakah kamu bersedia?"

Ketika pertanyaan itu muncul, jantung Raffan berdetak melambat. Dia menggenggam tangannya dengan kuat, mencoba untuk tenang, mengabaikan rasa sakit ketika pisau tertancap di daging tangannya.

"Itu tidak masalah, lagi pula aku sudah menanda tangani kontrak itu, aku siap menerima konsekuensinya."

Saat itu juga, hati Raffan terasa sangat sakit, seolah-olah seseorang telah mencengkram hatinya.

"Kalau begitu, aku harap kita bisa bekerjasama dengan baik."

"Tentu saja."

Rekaman berakhir, dan hanya ada kesunyian di dalam ruangan sekarang.

Nafas Raffan sangat berat, dia terengah-engah dan menatap jijik ke arah Axel.

"Kamu menjijikan, Axel, kamu sangat menjijikkan."

Dia bergumam dan mundur selangkah, berhenti dan tertawa dengan gila.

"AHAHAHA, KAMU GILA, AXEL, KAMU TERLALU GILA, AHAHA, SANGAT GILA, KAMU MEMILIKI CINTA TERLARANG DENGAN ADIKMU SENDIRI, KAMU HARUS TAHU SEBERAPA JIJIKNYA DIA KETIKA DIA TAHU BAHWA KAKAKNYA YANG SELALU DIA BANGGAKAN TERNYATA MEMILIKI PERASAAN CINTA PADANNYA."

Raffan tertawa keras hingga dia harus menutupi perutnya dan membungkuk, tidak peduli ketika dia harus tersedak dan terbatuk, dia terus menertawakan perasaan bengkok Axel.

"Kamu harus tau bagaimana takutnya dia ketika dia menceritakan hal itu padaku, dia bahkan menangis dan berkata 'kakakku, dia gila, dia mencintaiku? Aku adalah adiknya! Waktu itu dia gemetaran, jelas dia takut dan jijik padamu."

Kali ini, Axel yang membeku, dia terengah-engah dengan mata terbuka lebar yang memerah, penuh amarah.

"Jangan keluar batas! Dia bukan adik sahku!"

Bukannya berhenti, di tengah kegilaan, Raffan dengan tegas menyeret Axel jatuh kedalam jurang bersama.

"Tetap saja, ha, kamu menjijikkan, aku penasaran bagaimana reaksi orang tuamu ketika tahu kamu mencinta anak mereka. Jelas mereka mengangkatmu menjadi anak mereka untuk menjadi keluarga, saling menyayangi dan melindungi, bukannya menjadi serigala bermata putih, kamu membayar kebaikan mereka dengan mencinta putri mereka yang jelas hanya menganggap mu sebagai seorang kakaknya."

Raffan tersedak di tegah provokasinya, tapi dia tidak peduli sama sekali.

"Tidak tahu terimakasih."

Wajah Axel sepucat kertas. Apa yang Raffan katakan adalah kebenarannya, itulah mengapa dia tidak bisa membalas kata-kata keji itu.

Dia dulu hanyalah anak panti asuhan, dia diambil dan di jadikan anak angkat, untuk menjadi anak pancingan.

Waktu dia diadopsi, dia masih kecil dan tidak mengerti apapun, dia hanya berpikir bahwa mereka adalah keluarga sesungguhnya, kemudian adik laki-lakinya lahir, keluarga itu sangat harmonis dan penuh kasih sayang, selang satu tahun, anak ke dua lahir, seorang perempuan mungil seperti malaikat.

Axel kecil berpikir adik kecilnya sangat cantik dan manis, dia berjanji untuk melindunginya, kemudian dia menepati janji itu, dia selalu melindungi dan menjaga gadis itu hingga ke tingkat posesif. Perasaannya selain lama semakin sulit dijelaskan.

Hingga suatu saat, adiknya memperkenalkan pacar barunya, Raffan ke keluarganya, dia tau bahwa dia mencintai adiknya.

Awalnya dia menahannya karena itu adalah adiknya, hingga suatu hari dia mengetau jika DNA mereka berbeda, dia bukan anak sah keluarganya. Pada saat itu, pikiran pertama yang dia pikirkan adalah bahwa dia bisa bersama adiknya.

Karena terlalu senang dia pergi ke club malam dan malah mabuk, hampir memaksa adiknya untuk menerima cintanya. Saat itu juga, hubungan mereka memburuk seketika.

Adiknya marah, jijik, dan takut dengannya.

Dia adalah monster.

Mata Axel memerah, di menggertakkan giginya dan menggelengkan kepalanya. Ini bukan salah dia, tidak ada yang tahu hati seseorang. Dia tidak tahu bahwa suatu saat nanti dia akan mencintai adiknya sendiri, bukan salah dia.

"Ini bukan salahku."

Axel terus menggelengkan kepalanya, melangkah mundur dengan wajah pucat pasi, seolah dia akan jatuh kapan saja. Dia memaksakan senyumannya.Tanpa aba-aba dia langsung menerkam Raffan.

Raffan yang tidak siap tertuju tepat di pipinya. Kali ini Axel tidak menahan diri, awalnya karena dia tidak ingin masalah terlalu besar, jadi dia menghindari memukul di tempat yang mencolok, tapi kali ini dia tidak memikirkan apapun lagi.

Raffan juga sama, saat pukulan ke dua dilayangkan oleh Axel dia dengan sigap menahannya dan meninju rahang pria itu.

Suara perkelahian terdengar di dalam ruangan, tapi tidak ada yang mengalah ataupun memenangkan perkelahian itu.

Keduanya kelelahan dan mundur.

"Kamu juga menjijikan."

Axel meludahkan darah dari mulutnya.  Setalah melampiaskan amarahnya, dia sedikit tenang.

"Kamu menjadi kekasih adikku tapi kamu malah mencintai gadis lain. Kamu enggan melepaskan salah satu dari dua orang itu, bukankah kamu juga sama menjijikannya?"

Raffan menggelengkan kepalanya dengan nafas tak teratur. Keringat talah membahasi pakaiannya begitu pula pakaian axel, bahkan panas di tubuh mereka tidak sebanding dengan panas hati mareka.

"Aku tau." Dia menggertakkan giginya, mengakui semua dosanya.

"Aku tau aku menjijikan, aku menjadi kekasih  adikmu dan jatuh cinta dengan gadis lainnya, ketika memiliki, aku tidak bisa melepaskan salah satu dari mereka."

Dia tertawa kecil, menertawakan dirinya sendiri.

"Untuk semua dosa itu, jelas aku harus mendapatkan hukuman. Tapi Axel." Dia mengkat kepalanya, menatap laki-laki di depannya. "Caramu untuk menghukum ku juga salah, jangan tambahkan korban lagi, lepaskan Fannya, biarkan aku menjelaskan semuanya padannya dan aku akan pergi untuk selamanya, aku akan melupakan semua ini, aku berjanji."

Seluruh kata-kata adalah ketulusan, tapi Axel tak bergeming, dia hanya tersenyum. "Semudah itu? Apakah kamu tau apa yang terjadi dengan adikku karenamu?"

Ketika memikirkan adiknya, marahnya kembali tersulut. "Dia sedang koma! Berbaring tak berdaya di rumah sakit dengan alat bantu kehidupan, bagiaman mungkin aku mempercayaimu?"

Bukan hanya hati Axel, hati Raffan juga sakit mendengarnya. Bagaimanapun, dia juga pernah menjadi kekasih dari adik Axel dan memiliki beberapa hubungan hati dengannya. Semua bencana ini, ini semua disebabkan olehnya.

"Aku akan pergi. Ayahku memintaku untuk pindah ke negara S, saat aku pindah, aku akan melupakan semuanya, aku tidak akan pernah lagi melakukan hal menjijikan seperti ini."

Dia berhenti sejenak, mengambil napas dalam-dalam, mengatakan semua rencana masa depannya.

"Aku akan hidup sendirian, aku hanya akan mengadopsi seorang anak dan berencana untuk tidak memiliki kekasih lagi, aku ingin menghapus dosaku dengan cara ini. Axel, aku benar-benar sangat menyesal."

Ketika dia selesai mengatakan semua yang ingin dia katakan, dia hanya bisa menatap dan menunggu laki-laki di depannya berbicara.

Axel ingin mengatakan sesuatu, ketika bunyi bib samar terdengar, bukan sekali, tapi terdengar secara teratur. Dia menundukkan kepalanya dan menatap ke arah earphone rusak di samping sofa.

Wajahnya berubah sesaat, dia menatap Raffan dengan dingin, berkata dengan kejam.

"Tapi terlambat, sulit untukku memaafkan kamu sekarang. Juga, sekarang jika kamu terlambat, mungkin dia akan pergi."

Raffan tidak mengerti dengan kata-kata penuh misteri Axel, tapi bahkan sebelum dia bertanya, laki-laki itu berkata dengan kasar.

"Apakah kamu lupa dengan tragedi ruang laboratorium percobaan?"

Axel tersenyum, mengambil sapu tangan di saku bajunya sebelum menyapu ujung bibirnya yang berdarah. Tanpa perasaan apapun, berkata.

"Dia mungkin mengalami hal yang sama."

Saat itu juga, pupil mata Raffan menyusut tajam, dia berkata dengan tidak percaya.

"Kamu gila!"

Dia ingin memarahi bajingan itu, tapi melihat lirik pria itu, dia tahu tidak ada banyak waktu.

"Kurang dari 10 menit, jika kamu tidak menamukan dia, dia akan mati."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!