Malam semakin larut dan angin semakin kencang, meskipun begitu kapal pesiar masih bisa mengarungi lautan dengan mantap tanpa mengalami goyangan yang jelas.
Di ruang VIP pribadi, Axel duduk dengan gelas wine di tangannya, bukan hanya itu, ada beberapa gadis muda yang cantik dan menarik di sekitarnya dengan pakaian minim.
Salah satu wanita malam itu tidak tahu malu, dia duduk mengekang di atas kaki Axel dan menunduk untuk mencium leher pria itu.
"Jangan tinggalkan tanda apapun."
Suara Axel dalam dan penuh dengan aura pria yang memabukkan. Bulu mata gadis itu berkibar dan berkedip perlahan seperti sayap kupu-kupu yang manja. Bibir merahnya mengerucut dan dia menutup salah satu matanya bertingkah manja dan lembut.
"Tuan, apakah Tuan tidak ingin menyentuh kami? Jelas milik anda terangsang, mengapa kita tidak tidur dan bermain bersama."
Gadis itu dengan malu-malu menggosok pantatnya ke benda panas di bawahnya. Wajahnya memerah karena alkohol, matanya juga berair yang penuh nafsu.
Axel mengangkat tangannya dan memegang dagu halus gadis itu.
"Tidak sekarang."
Axel mengelus bibir lembutnya dan memiringkan kepalanya.
"Ada permainan yang lebih menari yang harus aku lakukan."
Ketika dia mengatakan hal itu, terdengar suara pintu ruangan yang terdobrak terbuka, sebelum langkah kaki kasar dan kuat terdengar memasuki pintu.
"AXEL!"
Axel tersenyum, dia meminta gadis itu turun dari pangkuannya dan berdiri.
"Mainan sesungguhnya telah datang, kalian pergilah dari pintu samping."
Gadis itu turun dari pangkuannya dengan wajah cemberut, tidak mengatakan apapun. Dia memberikan isyarat pada gadis lainnya di dalam ruangan dan pergi perlahan dari pintu samping.
Ketika gadis itu sampai di pintu, dia melihat ke belakang untuk terakhir kalinya, menjilat bibirnya dan menyeringai.
"Menarik."
Dia terdiam untuk sementara waktu, sampai salah satu temannya menepuk bahunya.
"Tia apa yang kamu lakukan, mari pergi jangan sampai kita terlibat masalah."
Gadis itu berbalik dan tersenyum kepada temannya, meminta maaf sebelum bergegas pergi ke tempat mereka.
Dia tegah jalan gadis itu mengeluarkan ponselnya dan membuat panggilan telpon, ketika para gadis lain telah berbelok di persimpangan, dia berganti dan berbalik, berbelok ke simpangan lainnya. Dengan bib telpon tersambung.
Wajah gadis itu berubah, dia memiliki wajah sedih dan merajuk ala anak-anak.
"Daddy, aku sudah melakukan tugasku, sekarang kamu harus memberikan aku hadiah besar!"
Dia tersenyum menyeringai, melanjutkan, "Berikan aku malam terbaik setalah aku kembali, aku sangat merindukan Daddy, aku merindukan pelukan Daddy dan ciuman lembut Daddy."
Nada bicara gadis itu sangat centil dan manis, seperti gula yang dilapisi madu lembut, menggelitik telinga orang-orang yang mendengarnya.
Orang di sebrang telpon jelas sangat terangsang dengan suara itu, dia menghembuskan nafas kasar di telpon.
"Jangan membuat masalah, bayi yang manis, setalah pulang Daddy pasti akan memberikan kamu hadian terbaik, bagiamana dengan misi mu?"
Ketika mendengar misinya, gadis itu kehilangan senyumannya, dia berjalan ke arah kegelapan dan menyandarkan dirinya di dinding.
"Tenanglah ayah, dia masih perjaka dan memili pengendalian diri yang baik, tapi dia licik, aku hampir ketahuan."
Gadis itu mendesah dan menyentuh wajahnya yang halus, berkata.
"Daddy harus meningkatkan kualitas topeng wajah asli Daddy, jika tidak bayi ini tidak akan bisa melakukan tugasnya dengan baik."
Setalah mengatakan hal itu, gadis muda itu menyentuh ujung telinganya dan menarik kulitnya sendiri. Anehnya, ketika kulit ditarik, itu mengelupas dan terlepas, memperlihatkan kulit lain di bawahnya. Ketika seluruh topeng terlepas, mata dingin sesungguhnya terlihat.
"Menjijikan."
Raffan bernafas dengan keras. Dadanya bergelombang dan dia menatap Axel dengan jijik. Tatapannya jatuh ke tubuh Axel yang menggunakan pakaian berantakan, dengan kancing baju terbuka yang memperlihatkan dadanya, tapi yang lebih buruk ada beberapa tanda ciuman lengket yang tercetak jelas di dada bahkan hingga ke baju Axel.
Axel tersenyum dan memperlihatkan giginya.
"Tuan Raffan, apa yang anda lakukan di ruang VIP saya? Membuat kekacauan lagi seperti di sore hari tadi? Tidak cukup? Sepertinya para awak media juga kekurangan berita baru-baru ini, anda bisa menjadi topik utama mereka jika anda mau."
"AXEL, CUKUP!"
Raffan sangat marah, wajahnya sangat merah, dipenuhi dengan kemarahan nyata.
"Apa yang kamu lakukan? Bermain main dengan orang lain sementara kamu memiliki istri?!"
Kemudian sesaat dia terdiam, menutup matanya dan menggertakkan giginya.
"Jangan bermain-main, lepaskan dia!"
Meskipun Axel tau siapa yang dia maksud, dia bermaksud untuk bermain-main, jadi dia menyeringai.
"Siapa yang kamu maksud Tuan Raffan?"
Pembuluh darah vena tercetak jelas di pelipis Raffan, dia tidak menahan apapun, melangkah maju dan mencengkram kerah baju Axel dan mengangkatnya.
Tinggi mereka hampir sama ,tapi Raffan unggul 2 cm dari Axel, tapi itu tidak mempengaruhi Axel sama sekali. Bahkan jika kerahnya di cengkraman dengan kuat, dia tidak melawan.
"Apa yang kamu coba lakukan? Ingin main-main? Aku tau semua ini salahku, aku telah menebusnya, aku pergi dari dia dan tidak pernah melihat dia lagi! Aku pergi jauh, mendedikasikan semua yang waktu yang aku miliki untuk belajar dan bekerja. Axel, aku benar-benar menyese..."
Bahkan sebelum Raffan menyelesaikan kalimat terakhir, Axel melayangkan tinjunya secara langsung ke perut Raffan.
"Semudah itu untuk menyesal? Katakan maaf dan menyesal? Sementara korban terbaring lemah di rumah sakit? Wah, kamu bajingan."
Axel tertawa. Dia menggertakkan giginya, sama marah nya dengan Raffan. Tapi Raffan juga masih bersikeras.
"Aku tau aku salah! Tapi jangan mempermainkan seseorang yang tidak bersalah."
"Apakah menurutmu orang yang kamu mainkan waktu itu tidak bersalah?"
Wajah Raffan berubah, jelas kata-kata Axel telah menusuk titik lemahnya. Jadi dia bergegas dan memulai pertarungan.
Pukulan dan tinjuan saling terjalin, ketika lengah, Axel berhasil menyerang perut Raffan lagi.
Raffan mundur selangkah, tapi tidak menyerah, terus maju, ketika pukul Axel melesat, dia dengan sigap menangkap lengan Axel dan menyeretnya, langsung menendangnya menggunakan lututnya.
Axel memuntahkan darah, dia mundur dengan hati-hati dan menatap Raffan.
Raffan menyeringai, memperlihatkan deretan gigi berdarah, "Jangan macam-macam dengan Fannya, jika tidak..."
Dia sengaja menggantung katanya, menatap Axel dengan sangat dingin.
Axel tertawa gila, dia menyipitkan matanya dan menghapus darah di sisi bibirnya, mencibir.
"Apa yang akan kamu lakukan? Lagipula dia sudah menjadi istriku, kamu tidak memiliki hak apapun. Sama sepertimu, aku juga akan mempermainkan dia, seperti kamu mempermainkan cintaku. Aku akan membuat dia gila karena ku.."
Wajah Raffan sangat jelek, dia menggertakkan giginya, dia bergegas dan memulai babak ke 2 pertarungan.
Raffan melayangkan tinjunya, tapi Axel dengan cepat menghindar, dia juga melayangkan tendangan yang di tangkis Raffan menggunakan tangannya.
Melihat kesempatan Raffan juga mengeluarkan tendangan yang mengenai bahu Axel, tapi Axel juga dengan cepat berputar dan meninju perut Raffan. Keduanya memuntahkan darah dari sudut bibir dan terpaksa untuk mundur.
"Axel!"
Raffan sangat marah. Dengan temperamennya yang memang buruk dari kecil dia menjadi tiran yang suka menggertak orang-orang sejak dia SMP, hanya saja, ketika dia memasuki masa SMA, dia menamuka lawan yang sama kuatnya. Sama seperti beberapa tahun lalu, dia kembali berdiri bersama dengan orang itu, tidak ada yang lebih baik dari yang lain, keduanya seimbang.
"Aku ingin mengembalikan semua rasa sakit ini padamu."
Axel bergumam dan menjilat bibirnya. Matanya menyipit tajam ketika dia melihat musuhnya.
"Semuanya, bahkan jika aku harus mempermainkan permainan sebesar ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments