Pagi hari.
Fannya bangun lebih cepat dari biasanya, kemudian dia terkejut sendiri melihat orang tambahan di atas kasur.
Baru kemudian dia ingat, untuk memperlihatkan hubungan yang baik kepada orang tua Axel, mereka akhirnya memilih untuk tidur bersama.
Awalnya Fannya menawarkan untuk tidur di sofa dengan harapan Axel mau mengantikan posisinya seperti di cerita novel yang dia baca.
Namun sayangnya itu hanya halusinasinya. Axel tidak menolak dan akhirnya dia benar-benar tidur di atas sofa.
Untungnya sofanya lebih besar daripada tubuhnya sendiri dan sofa itu bahkan lebih halus daripada kasurnya dulu yang seperti papan datar, ini lebih baik, kemudian dia benar-benar tertidur pulas, tapi dia tidak tau apakah Axel datang dan mengangkatnya ke sofa, tapi jika iya.
Jantung fannya berdebar, dia tanpa sadar tersenyum. Bahkan sebelum dia bahagia, seseorang menutupi kepalanya dengan selimut dan menyeretnya untuk kembali berbaring.
"Tidur, masih pagi."
Suara Axel terdengar ngantuk dan lemas, terkesan sangat manis di telinga Fannya. Jadi dia patuh dan berbaring.
Sebenarnya dia ingin pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan. Dia tidak tau kebiasaan orang kaya, tapi neneknya selalu bercerita jika menantu itu harus pandai memasak untuk suami dan keluarga, baik keluarganya ataupun keluarga suaminya.
Tapi masalahnya, Axel memiliki banyak pelayan dan koki yang bertugas di dapur untuk memasak. Jika dia memasak, apakah keluarga itu akan berpikir dia mencoba mencari perhatian mereka?
Semakin dipikirkan semakin kepikiran, dia dengan gelisah berbaring bolak balik.
Mungkin karena gerakan Fannya menganggu, Axel membuka matanya dan keluar dari selimut, duduk dan menatap puncak kepala gadis itu yang tertutup selimut.
"Ada apa." Dia bertanya dengan tenang.
Fannya menggelengkan kepalanya di dalam selimut, kemudian secara tiba-tiba membuka selimut dan langsung menatap Axel.
Keheningan.
Mereka saling tatap untuk sementara waktu, sebelum dengan kaget Fannya menyembunyikan kepalanya kembali ke dalam selimut. Dia tidak menyangka akan bertatapan secara langsung dengan Axel ketika dia membuka selimut.
Aaaaa~
Dia malu.
Berbeda dengan mental Fannya yang sedang di uji, Axel sangat tenang, dia hanya sedikit mengerutkan keningnya, kemudian mengulurkan tangannya untuk menarik selimut turun ke bawah.
"Ada apa," ulang Axel.
Fannya akhirnya berani membuka selimut, tapi dia dengan cepat duduk tegak, rasanya aneh untuk di tatap dari atas seperti itu.
"Tidak ada, aku hanya berpikir haruskah aku memasak untuk keluarga?"
Fannya tidak tau harus menggunakan keluargamu atau keluarga kita, jadi dia hanya mengatakan secara samar. Tapi Axel tidak keberatan, dia bangun dari kasur dan meregangkan tubuhnya menjawab.
"Jika kamu memasak ketika ada koki yang bertugas, di dalam keluargaku, kamu hanya akan terlihat seperti mencari perhatian. Sebaliknya jika kamu ingin lebih dekat dengan keluargaku, kamu harus mendekati ibu. Karena ibu memiliki posisi kuat di keluarga."
Dia berhenti sejenak, kemudian mengingat-ingat apa yang dia ketahui.
"Ibuku biasanya akan bersantai di taman ketika siang hari saat dia tidak memiliki pekerjaan, kamu bisa ngobrol dengannya dan meminta izin untuk memasak. Jangan langsung memasak tanpa mengetahui apa yang mereka suka atau tidak makan."
Setalah mengatakan semua itu, Axel pergi ke lemari baju dan mengeluarkan beberapa baju santai.
"Bahkan tanpa kamu melakukan apapun mereka akan tetap menyukaimu."
Kalimat terakhir Axel sebelum pergi ke kamar mandi terdengar halus seperti halusinasi. Bahkan Fannya bertanya-tanya apakah dia salah dengan, jika tidak, apa maksudnya?
Dia bahkan belum pernah bertemu dengan keluarga Axel jadi mengapa dia akan disukai?
Ah, lupakan, yang lebih penting memikirkan cara agar menjadi menantu idaman di keluarga ini agar dia semakin rapat dengan Axel. Ketika Fannya memikirkannya dia membeku.
'Tunggu, apakah Axel baru saja memberikan dia saran? apakah artinya Axel sedang mencoba menerimanya? serius? Apakah mimpinya akan menjadi kenyataan?'
Bahkan ketika Axel keluar dari kamar mandi dan bersiap untuk sarapan, Fannya masih linglung, terlalu linglung sampai-sampai dia menabrak pintu kamar mandi sebelum akhirnya kembali fokus di bawah rasa sakit.
_
Taman bunga anggrek, siang hari.
Fannya dengan hati-hati mengawasi gazebo taman dengan mata menyipit. Seorang wanita cantik dengan gaun sulam biru awan duduk santai di teras gazebo. Dia dengan elegan menata bunga anggrek yang baru dia tanam ke dalam pot batu bata baru. Bahkan ketika tangannya menjadi kotor, wanita berstatus tinggi itu tidak keberatan.
Nyonya Gisel dengan lembut membelai daun daun anggrek yang sangat hijau dan subur dengan senyuman.
Wow, ini seperti keajaiban, Fannya sedikit tidak percaya.
Apa yang dia pikirkan tentang wanita dengan status sosial tinggi adalah tanggung dan tidak suka hal-hal kacau atau kotor. Tapi dia tidak menyangka jika Nyonya Gisel sangat suka berkebun bahkan sampai mengotori pakaian mahalnya.
Sebenarnya, dia sudah mengawasi seluruh keluarga ini sebelum datang ke mari. Dari ayah Axel yang suka minum kopi sambil duduk membaca koran di tapi kolam. Kemudian adik ipar bar-bar yang lebih suka bermain game di ruang game. Hingga ibunya Axel, Nyonya Gisel yang dengan senyuman duduk dan berkebun.
Seluruh keluarga ternyata sangat normal!
Dia kira semua keluarga orang kaya semuanya ambisius, seperti gila kerja dan tidak suka kalangan rendah seperti dirinya.
Tapi dia salah!
Ternyata keluarga ini menerimanya apa adanya. Bahkan Axel sangat santai dan kasual di rumah, berbeda dengan berita ketika dia tampil berwibawa dan karismatik.
"Nona cantik, apa yang kamu lakukan mengintip di sana?"
Suara halus Nyonya Gisel membuyarkan lamunan Fannya. Dia tidak tau kapan di terlihat, tapi karena ketahuan dia dengan ragu keluar dan menunjukkan keranjang kue indah di tangannya.
"Ibu, aku berpikir untuk menghabiskan waktuku denganmu! Tapi karena kamu sepertinya sangat sibuk aku jadi ragu dan berjongkok di sini untuk memperhatikan."
Kemudian dia dengan cepat menundukkan kepalanya sedikit.
"Maaf ibu, aku tidak bermaksud mengintip!"
'Tapi aku memata-mataimu!'
Kalimat berikutnya hanya bisa dia pikirkan di dalam hatinya, tidak berani mengatakannya.
"Benarkah?"
Nyonya Gisel mengangkat alisnya, tapi tidak lagi mempertanyakan, dia hanya memberikan isyarat kepada Fannya untuk mendekatinya.
Fannya mendekat dan duduk di samping Nyonya Gisel. Dia dengan penuh perhatian melihat cara Nyonya Gisel menanam tanaman cantik itu.
"Bunga anggrek adalah bunga yang indah, tapi cara merawatnya sulit, harus penuh dengan perhatian dan kasih sayang ektra untuk melihat hasilnya nanti."
Fannya merasa kata-kata itu memiliki beberapa arti, tapi dia tidak mengerti dan hanya mengulurkan tangannya bergumam.
"Tapi apapun yang aku tanam selalu mati bahkan jika aku sudah sangat memperhatikan dan mencintai tanaman itu."
Yah, dia dulu pernah menanam kaktus yang sangat mudah ditanam dan dirawat karena tanaman gurun, tapi tidak tau mengapa, kaktusnya mati membusuk, padahal dia tidak menyiraminya lebih dari sebulan dan hanya diletakkan di teras rumah.
"Bakat menanam ku sangat buruk."
Fannya mendesah tak berdaya.
Tapi Nyonya Gisel yang mendengar ceritanya tertawa kecil, kemudian geleng-geleng kepalanya dan bangkit mencuci tangannya di keran taman terdekat menggunakan sabun.
Ketika Fannya dan nyonya Gisel duduk di kursi gazebo, nyonya Gisel dengan baik hati memuji kue kecil buatan Fannya walaupun bagi Fannya rasanya biasa-biasa saja.
Awalnya hanya percakapan ringan seperti bertanya apa yang kamu suka dan sebagainya.
Tapi nyonya Gisel tiba-tiba bertanya.
"Akah Axel yang memintamu datang menemui ku di sini? Karena hanya keluarga dekatku yang tau rutinitas siang hariku di taman."
Meskipun dia bertanya, jelas dia sudah tau. Dengan wajah merona akhirnya Fannya mengangguk.
"Ibu, aku mencintai putramu Axel, jadi aku berharap bisa membangun hubungan baik denganmu."
Nyonya Gisel tersenyum kecil.
"Tentu saja, bahkan jika kamu tidak melakukannya, aku akan menyayangimu seperti putriku sendiri."
Kali ini Fannya terdiam. Seperti dia pernah mendengar kata yang sama sebelumnya. Melihat Fannya terdiam dengan linglung, akhirnya Nyonya Gisel tidak tahan dan tertawa.
"Kami tidak seperti gambaran sempurna di berita. Kami juga orang biasa yang makan dan minum. Aku sering mengatakan kata ini kepada Axel ketika dia kecil, pada masa-masa dia paling nakal dan membuat kami semua kerepotan. Untuk itu mungkin Axel selalu mengingatnya dan mengatakannya padamu."
Nyonya Gisel mengusap ujung matanya, kemudian mendekatkan dirinya ke arah Fannya dan berbisik.
"Aku akan memberikanmu sebuah rahasia tentang Axel!"
Mendengar kata rahasia tentang Axel, mata Fannya berbinar, tanpa sadar dia mendekat dan mendengarkan lebih baik. Dengan senyuman licik akhirnya Nyonya Gisel mengatakannya.
"Sebenarnya Axel sangat suka makanan manis, ketika kecil dia sering mencuri makanan manis ketika dia tidak diizinkan memakannya karena sakit gigi..Pada akhirnya dia kembali sakit gigi dan menangis sepanjang malam!"
Nyonya Gisel terkekeh.
"Aku bahkan masih punya rekamannya!"
Ha!
Mata Fannya terbuka lebar seolah dia tidak percaya, tapi nyonya Gisel terus menyakinkan bahwa itu benar dan bahkan memberikan dia lebih banyak bocoran tentang masa kecil memalukan Axel.
Seperti Axel takut anjing dan kecoa, pernah bolos kelas pada masa-masa SMA sampai tauran, bahkan sampai kelakuannya di rumah ketika tidak ada orang.
Yah, Axel katanya dulu sangat suka menyanyi dan melakukan konser solo di kamar mandi.
Ketika dua orang itu saling bergosip dengan serius, Axel yang diam-diam menguping di belakang pilar mawar tinggi memiliki telinga memerah.
Sial, mengapa ibunya sangat suka menyebarkan aib lama anaknya!
Apakah semua ibu itu sama!?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Queen's
Hallo kak author aku mampirr nih udah ninggalin jejak like dan komen❤️ jadi aku ijin promosi in cerita aku🙏
Teman-teman jangan lupa baca juga cerita aku yang berjudul GERALD KANE atau kalian bisa cek profil aku. Ceritanya masih on going kalau mau yang end ada ko cek aja profil hehehe ❤️ jadii di tunggu kedatangan kalian, terima kasih ❤️🙏
2023-02-24
0