Pada pukul 5 sore, pernikahan dimulai.
Acara pernikahan dilakukan dengan sangat mewah, seluruh area dihiasi dengan bunga anggrek asli dan ribuan bunga lainnya yang ditata dengan sempurna.
Ketika Fannya melangkahkan kakinya ke pelaminan, dia terlalu silau dengan ratusan lampu kristal mewah di atas kepalnya, samping dindingnya, bahkan di lantai.
Belum lagi ada ratusan lilin berbaris disampingnya serta para dayang yang membantunya merapikan gaun pengantinnya.
Nuansa masih merah darah dan hitam.
Baru kemudian dia sadar jika tema pernikahan ini seperti selalu menggunakan warna merah dan hitam, jikapun ada warna lain, itu selalu gelap seperti biru malam atau coklat tua.
Begitupun gaun para undangan, mereka juga menggunakan pakaian yang serasi dengan tema.
Pernikahan orang kaya benar-benar mewah dan berkelas.
Jika dihitung, seperti seluruh dana untuk pernikahan bisa menjadi dana hidup 7 keturunannya.
Diam-diam Fannya bersedih, mengapa orang kaya selalu boros dan orang miskin selalu harus hemat, bukankah itu tidak adil?
Mengapa uangnya tidak disumbangkan saja.
Jika dia punya banyak uang nanti, dia akan menyumbangkannya ke panti asuhan pandan panti jompo!
Tapi sekarang dia sangat miskin sehingga dia hanya bisa menerima kebaikan dari tuannya.
Pernikahan berakhir dengan baik, dan tepuk tangan terdengar di seluruh ruangan.
Tepuk tangan saja sangat serempak dan elegan, tidak ada suara tepuk tangan yang berbeda atau terlalu bersemangat, semuanya sangat merdu.
Dikelilingi oleh suasana bangsawan kelas atas seperti ini Fannya benar-benar tertekan dan tidak nyaman.
Pada akhirnya, ketika malamnya, dia meminta izin kepada Axel dan menepi.
Di sudut taman, dimana ada bangku taman serta cahaya yang lembut dan tidak terang, Fannya duduk dan memakan kue yang telah dihidangkan oleh para pelayan.
Cahaya lampu taman menyinari sebagian wajahnya, angin malam menerbangkan rambutnya dan melodi musik tidak mengganggunya sama sekali.
"Nona Fannya, mengapa anda hanya duduk sendirian di sini? Apakah tuan muda tidak memperhatikanmu dan lebih fokus ke bisnisnya?"
Karena dia berasal dari kelas bawah, Fannya telah lama memperkirakan akan ada orang tanpa otak menggangunya, dan benar saja.
Tapi dia tidak buru-buru ataupun marah.
Dia hanya mengangkat kepalanya dan menatap lawannya secara alami.
"Nyonya Hilya, senang saya bisa bertemu dengan anda, apakah ada sesuatu yang ingin anda sampaikan kepada saya?"
Daftar orang itu berada di dokumen wanita menganggu yang telah di siapkan oleh Tiana, para pengikut di belakangnya juga sama, jadi dia langsung mengenalnya.
"Hump, ternyata kelas bawah sepertimu mengenali saya, saya jadi sedikit tersanjung."
Meskipun dia mengatakan seperti itu, jelas dia sedang mengejeknya.
Dia memutar rambut ikalnya dan menatap Fannya dengan pandangan menilai.
Fannya tidak menundukkan kepalanya di bawah tatapan merendahkan itu, tapi dia sedikit tidak senang dengan tatapan menilainya.
"Apa yang kamu janjikan kepada Tuan Muda Axel? Menjadi mainannya atau hewan peliharaannya?"
"Anda tidak sesempurna putra saya yang sangat lembut dan elegan, anda pasti orang murahan yang rela menjual tubuhnya."
Dia menggelengkan kepalanya dan mengeluarkan kata-kata penuh penyesalan.
"Seandainya putri saya yang menikah dengan tuan muda, pasti mereka akan menjadi pasangan paling sempurna yang cocok."
"Dia adalah nona kecilku yang sempurna."
Nyonya Hilya tanpa ragu memuji putrinya yang langsung disetujui oleh para pengikutnya, kemudian keheningan.
Nyonya Hilya berpikir jika Fannya pasti sekarang ketakutan dan bingung, karena bagaimanapun dia hanyalah kalangan bawah yang tidak terdidik seperti mereka.
"seperti itu?"
Namun, Fannya tidak bingung seperti yang dibayangkan Nyonya Hilya.
Sebaliknya, dia tersenyum manis dan memamerkan giginya.
"Kalau begitu, mengapa putri anda yang sempurna tidak bisa dipilih oleh Tuan Muda Axel?"
"Bukankah itu berarti dia juga tidak sempurna dimata tuan muda."
Seluruh pemandangan tertuju padanya.
Fannya tidak takut.
Dia terbiasa ditatap dengan jijik dan penuh kritikan.
Lidahnya tidak semanis dan setajam lidah para bangsawan, tapi dia tetap penuh racun bunga yang halus.
Nyonya Hilya mungkin tidak menduga jika Fannya akan mampu untuk membalasnya.
Dia menatap Fannya dengan mata kebencian.
"Karena dia terlalu sempurna, jadi dia tidak pantas dengan Tuan Muda Axel, dia lebih pantas dengan orang lain yang sama sempurnanya."
Jika dia adalah orang biasa, dia mungkin sudah pergi dan memulai pertarungan dengan Fannya karena menghina putrinya
Tapi dia adalah salah satu orang teratas yang harus selalu memperhatikan sikapnya jika tidak ingin rumor buruk tentangnya beredar. Begitu juga Fannya, dia tahu betul posisinya sekarang.
Dia adalah tuan rumah yang mengundang orang-orang ini, dia tidak bisa seenaknya berbuat semaunya dan menjatuhkan reputasi Axel. Selain itu, dia juga baru memanjat ke posisi sosialnya sekarang.
Hanya sedikit kesalahan, dia akan langsung membuat reputasinya buruk dan menjadi lelucon.
"Bukankah seperti itu nyonya? Putri anda sempurna di mata anda tapi tidak di mata yang lainnya, anda harus menerima kenyataan. Seperti saya, di mata anda, saya bukan orang yang baik, tapi di mata Tuan Muda Axel, saya yang terbaik, jadi dia memilih saya sebagai istrinya."
Kata-katanya penuh percaya diri.
Tapi diam-diam Fannya memeras hati kecilnya, dia dengan sengaja memutar kata sempurna menjadi yang terbaik karena dia sadar dia hanyalah manusia biasa yang tidak sesempurna itu.
Kata-katanya yang cacat mungkin bisa menjadi senjata untuk menikamnya sendiri, tapi nyonya Hilya yang telah marah tidak memperhatikan. Dia hanya mengendus marah dan pergi sambil berkata.
"Lihat dan seberapa lama kamu akan bertahan!"
Memastikan tidak akan ada lagi masalah serupa, barulah Fannya menghembuskan nafas tenang.
Dia menghabiskan kuenya dalam keheningan sebelum meletakkannya di bangku, bangkit merapikan riasan gaun dan rambutnya.
Tapi ketika dia bangkit dan mendongak, dia dikejutkan dengan wajah Axel yang muncul mendadak.
"Apa?"
Karena terkejut dia melepaskan sikap aslinya sedikit, kemudian dia menyadari dan tersenyum kaku.
"Tidak ada, hanya saja, dansa penutup telah dimulai."
Suara laki-laki itu nyaman dan lembut, bulu matanya diturunkan dan matanya sedikit lembut.
Kemudian dia mengulurkan tangannya.
Melihat matanya yang lembut, seolah tersihir Fannya hampir tampa berpikir mengambil uluran tangan itu.
Ketika tangan mereka bersentuhan, baru kemudian Fannya kembali sadar, tapi terlambat untuk menarik kembali tangannya.
Axel memegangnya dengan kuat dan menariknya ke ruang dansa. Ada banyak orang di sana dan beberapa orang sudah mulai menari.
Para tamu melihat pemeran utama telah datang dan menepi dengan otomatis. Di tegah ruangan, Axel menundukkan dan kembali mengulurkan tangannya lagi.
"Berdansa-lah denganku." Ini adalah perintah, bukan permintaan.
"Tentu saja." Fannya tersenyum dan mengambil uluran tangan itu.
Dengan tarikan ringan Axel membawanya mendekat dan memulai dansa. Musik baru diputar dan banyak tamu mulai berdansa juga dengan kekasih mereka.
Setiap gerakan, seperti alunan musik, lembut dan manis, setiap langkah yang diambil, Fannya tidak pernah mengalihkan matanya, dia selalu menatap mata Axel dengan tenang tanpa memikirkan apapun.
Axel juga tidak mengalihkan perhatiannya, matanya sangat fokus ke mata pasangannya. Tangannya dengan cekatan memutar dan membalik tubuh Fannya, kemudian menutupi matanya.
Dia berbisik.
"Sangat bagus."
Bulu mata Fannya bergetar lembut, ketika dia berbalik lagi, dia menatap mata Axel dengan pertanyaan dimatanya.
Apa?
Apakah dia menari dengan sangat bagus?
Atau...
Fannya tertawa.
"Senang bisa membuat tuan muda bangga."
Karena dia tidak menjatuhkan reputasinya.
Axel Max, anak tuan muda berbakat dengan sendok emas di mulutnya, setiap langkah yang dia ambil dan keputusan yang dia buat, semuanya penuh dengan skenario terbaik dan terburuk, dan dia sebagai salah satu pion permainan hanya bisa mengikuti kehendak tuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments