kalung bintang berlian

"ah, ibuku terpaksa menikah di usia muda dan mengakhiri kuliahnya karena hamil di luar pernikahan, dia cukup tertekan dan di bawah pengaruh kedua orang tuanya, dia hanya bisa menikah dengan Tuan Adro."

Alya memulai cerita, dia menatap cangkir dengan pandangan kosong dan mengaduk-aduk menggunakan sendok.

"Pernikahan tidak terlalu harmonis, untuk melindungiku, ibuku berubah menjadi sedikit kejam dan keras kepala. Ketika dia tahu aku dan Axel berteman cukup dekat karena aku mengenal ibu Axel, dia memiliki harapan bahwa kami bisa bersama, ternyata tidak, itu mungkin membuatnya kecewa dan mengganggumu."

Pada akhirnya dia hanya bisa menutup matanya karena lelah.

"Aku benar-benar meminta maaf untuk ibuku, maafkan dia, aku mungkin egois, tapi cobalah untuk tidak terlalu terbawa amarah ketika menghadapinya. Sebagai kompensasi, aku akan mencoba memenuhi keinginanmu untuk memaafkan dia."

Fannya mendengarkan dalam diam. Menatap jauh ke lautan di jandela kapal, mendesah. Cerita nyonya Hilya cukup menyedihkan, dia dulu adalah bintang sekolah, tapi karena kejadian pahit itu, dia terpaksa untuk menikah dengan pria kejam, menjadi jahat hanya untuk melindungi putrinya.

Apakah, dia seperti ibunya?

Fannya menurunkan bulu matanya, dia ingat jika ibunya pernah berkata awalnya dia tidak jahat, tapi keadaan yang memaksa, dan karena dia telah terlalu lelah untuk bertahan, di hanya mengikuti alur ceritanya dan tersesat di jalan penuh dengan luka itu, tidak bisa kembali lagi.

Alya telah memperhatikan Fannya dari tadi, melihat gadis itu terdiam dan menundukkan kepalanya, dia hanya bisa meremas tangannya dan mengalihkan perhatiannya.

"Sebenarnya ibuku sangat memperhatikan kamu. Apakah kamu tau apa yang dia katakan tentang kejadian sore tadi? Hal yang pertama dia katakan adalah apakah kamu baik-baik saja? Yang lebih di luar akal, dia malah berkata ini adalah konspirasi, dia berkata jika pria itu adalah sewaan seseorang untuk datang dan menjatuhkan reputasi milikmu, aku pikir ibu hanya membual, jadi aku hanya bisa menertawakan pikiran ibuku."

Alya terkekeh, dia kemudian mendekatkan dirinya ke arah Fannya dan berbisik, "Apakah kamu tau sebuah rahasia?"

Fannya berkedip bingung, dia tidak mengerti mengapa gadis itu mengatakan semua ini, tapi dia tidak menolaknya.

Alya tersenyum dan melanjutkan, "Ibuku ingin memisahkan kamu dengan Axel karena dia merasa Axel adalah orang yang paling brengsek, dia bertunangan dengan kakakmu tapi malah menikahi kamu, ibu pikir dia adalah pria yang buruk. Dia bahkan memarahiku dan berkata untuk tidak mencari laki-laki model Tuan Axel, padahal pada awalnya dialah yang ngotot ingin aku menikah dengan Tuan Axel."

Kali ini Fannya benar-benar tidak percaya, bagiamana mungkin ada seseorang dengan pikiran seabsurd ini? Hanya orang bodoh mungkin. Tapi melihat gadis itu sangat tulus dia hanya bisa mengangguk setuju.

"Karena ibumu sangat menyayangimu, maka kamu juga harus menyayanginya."

Pada akhirnya dia hanya bisa membicarakan topik lainnya, untungannya Alya juga dengan cepat melupakan topik sebelumnya.

Dari pembicaraan, Fannya kemudian mengetahui jika gadis itu baru berumur 22 tahun dan sedang kuliah dia daperteman Adminitrasi tahun ke lima. Dia tinggal di luar negri dan terkadang akan kembali untuk mengunjungi ibunya, seperti sekarang.

Ketika mereka terus berbicara, sudut mata Fannya menangkap seseorang mendekati meja mereka. Itu Vestia dengan baju santainya dan mantel malam.

"Vestia, apa yang kamu lakukan di sini?"

Fannya menyapa lebih dulu, dia memberikan isyarat agar Vestia duduk di sampingnya, tapi Vestia menggelengkan kepalanya.

"Itu, jika tidak keberatan Fannya bisakah kamu ikut denganku?"

Dia melirik Alya dengan pandangan sedikit dingin, tapi tidak mengatakan apapun. Sementara itu, Alya juga mengalihkan pandangannya, hanya menatap ke arah makanannya dengan kepala tertunduk.

Fannya melihat bolak-balik antara Alya dan Vestia, pada akhirnya dia berkata pada Alya dengan nada meminta maaf.

"Maaf, Alya, jika tidak keberatan aku akan pergi dulu dengan Vestia."

Alya mendongak, menatap Fannya kemudian mengangguk. "Hati-hati."

Ketika Fannya dan Vestia keluar dari restoran, ini sudah malam dan seluruh kapal terasa dingin, bahkan ketika pemanas kapal menyala.

"Ada apa?" Ketika mereka berjalan, Fannya bertanya lebih dulu.

Vestia menggelengkan kepalanya, dia menunjuk ponselnya dan berkata, "Axel berkata untuk memeriksa apakah kamu sudah kembali ke kamar dengan aman. Aku menemukan kamu tidak ada di kamar jadi aku mencari mu. Sekarang pergilah ke kamarmu jika tidak Axel mungkin akan memarahiku."

Fannya tidak menyangka bahwa Vestia akan mencarinya karena Axel yang memintanya. Mengingat laki-laki itu, di tanpa sadar bertanya. "Apakah kamu dengan Axel saling mengenal?"

Vestia mengangguk, "Dia dan aku memiliki kontrak kerjasama, dan aku juga menggunakan jalur lautnya untuk mengangkut bahan mentah."

Ketika dia berbicara dia menundukkan kepalanya dan menatap kalungnya, kemudian menghentikan langkahnya.

Fannya yang mengikuti di samping juga ikut berhenti dan menatap Vestia, "Ada apa?"

Vestia terdiam untuk sementara waktu, dia kemudian mengambil kalungnya dan menunjukkannya ke arah Fannya. Fannya memperhatikan bentuk kalung itu, itu berbentuk bintang, tapi sepertinya sesuatu yang mengisi bintang itu menghilang.

"Berlian bintangnya hilang." Vestia mengatakannya dengan santai, tapi seluruh tubuh Fannya kaku.

Hah, dia berkata seolah berlian itu hanyalah berlian plastik biasa yang murahan, jelas Vestia adalah Nona kecil dari keluarga besar, tidak mungkin itu berlian plastik biasa.

"Dimana hilangnya?" Dia bertanya.

Vestia menggelengkan kepalanya. "Tidak tau."

Dia berhenti sebentar sebelum menambahkan, "Harga tidak masalah, tapi kalung ini pemberian ibuku, dan dia sendiri yang membuatnya."

Dia mengerutkan bibir merah kecilnya, "aku akan pergi mencari sendiri, pergilah ke kamarmu dulu."

Vestia berbalik dan akan pergi ketika Fannya bertanya. "Apakah perlu aku temani?"

Ini hanyalah pertanyaan sopan, tapi dia tidak menyangka Vestia akan berbalik dan menatapnya dengan mata penuh harap. "Bisakah?"

Fannya terdiam sebelum mengangguk cepat, "Tidak masalah."

Dia kemudian berjalan mendekati Vestia, bertanya, "Sebelumnya, kemana saja kamu pergi? Kita akan mengulangi langkah yang kamu ambil."

Vestia mendengarkan nasehat Fannya sambil mengangguk. "Aku juga telah menghubungi pihak kapal untuk bertanya apakah ada seseorang yang melihat liontin kalungku."

Tidak lama setelah mengatakan hal itu, sebuah suara pengumuman terdengar dari spiker kapal pesiar. Fannya menatap ke arah spiker, sebelum mengikuti Vestia berjalan pergi.

Pertama mereka pergi ke restoran, tapi setalah bertanya-tanya, tidak ada yang melihat berlian itu. Mereka terus berjalan hingga taman dan tempat bersantai.

Ketika Fannya telah lelah, Vestia menghentikan pencarian, mereka duduk di kursi ruang tunggu dengan nafas berat.

"Lupakan, itu sudah hilang."

Vestia mendesah tak berdaya. Dia melepaskan kalung di lehernya dan menatap kalung itu.

"Ini hadiah dari ibuku ketika berumur 4 tahun dan juga kenang kenangan terakhir darinya, tapi sekarang hilang, hais."

Berbicara tentang peninggalan terakhir ibunya, Fannya juga memiliki satu, itu sebuah nomor sandi yang tidak dia ketahui apa fungsinya sampai sekarang. Tapi dia tidak terlalu perduli, yang dia pikirkan sekarang hanyalah hidup dengan baik.

"Ini yang terakhir." Vestia mendesah, "Ada satu tempat yang belum kita cari, tapi jika kamu lelah, kamu bisa pergi ke kamar lebih dulu, aku akan pergi ke lambung kapal."

Dia kemudian berdiri sambil meregangkan tubuhnya, melirik Fannya.

Tanpa sadar Fannya menggelengkan kepalanya, "Mari cari bersama. Ini adalah hadiah dari ibumu, jangan sampai hilang."

Vestia tersenyum, halus dan lembut, matanya juga menyipit ketika dia berkata, "Tentu saja."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!