5 tahun

"ARGH!"

"MENGAPA KAMU TIDAK MENGATAKAN SEBELUMNYA JIKA ITU FANNYA!"

Raffan mengerang marah. Dia meraih salah satu vas bunga dan membantingnya ke arah kaca meja rias. Dengan suara keras seluruh kaca pecah begitu saja. Serpihan kaca terbang ke berbagai tempat, beberapa bahkan mengenai wajah dan tubuh Raffan.

"Seno! Mengapa kamu tidak mengatakan dari awal!"

"5 TAHUN! AKU MENCARI GADIS ITU SELAMA 5 TAHUN APA KAMU TAU!"

Raffan sangat marah, dia melempar dan menghancurkan setiap barang yang bisa dia temukan, hanya dalam sekejap, ruangan mewah itu berubah menjadi sebuah tempat bencana.

Seno adalah sekretaris pribadi Raffan, dia melihat kegilaan tuannya dan dengan perlahan mundur ke samping.

"Tuan, aku sudah mengatakan jika tuan Axel akan menikahi gadis bernama Fannya, tapi tuan tidak menanggapi."

Meskipun Axel selalu menunjukkan foto gadis itu padanya, itu foto lama 5 tahun lalu yang sedikit buram, seberapapun Seno sebaik mungkin untuk mengingat rupa gadis itu, dia masih tidak bisa mengenalinya, terutama ketika beberapa tahun telah berlalu.

"Tapi mengapa?"

Raffan bergumam sedih. Dia duduk menyandar di samping kasur dan menatap sebuah foto kusam.

"5 tahun, aku terus mencarinya, saat aku akan menyerah mengapa dia kembali?"

Dia menunduk kepalanya, matanya merah dan dia menggertakkan giginya, sakit hati.

"Mengapa aku tidak menyadarinya?"

Lebih dari seminggu lalu, Seno pernah berkata jika ada seseorang gadis bernama Fannya akan menikah dengan Tuan Muda Axel. Saat itu dia sedang melakukan kunjungan luar negri dengan banyak penjabat tinggi.

Harapannya sudah sangat buram karena dia juga menerima banyak berita serupa yang ternyata salah. Jadi ketika dia mendengar berita itu, dia tidak terlalu perduli lagi, dia ingin memulai hidup barunya dan melupakan masa lalunya.

Dia sempat melirik sekilas foto yang dilampirkan oleh Sano di data. Gadis yang ada di foto dan ingatannya berbeda.

Dalam ingatannya, gadis itu pemalu dan ramah, dia akan selalu berjalan dengan menunduk dan jarang berbicara dengan orang lain kecuali orang itu berbicara lebih dulu dengannya, tapi dia juga sangat dingin kepada seseorang yang tidak terlalu dia sukai.

Sedangkan di foto, dia adalah wanita cantik yang baru tumbuh, dia memiliki ekspresi tenang dan damai, tersenyum ringan seperti angin musim panas.

Jelas sangat berbeda dengan gadis kecilnya dulu yang pemalu dan naif, sekarang dia telah tumbuh menjadi wanita cantik yang anggun dan tidak lagi harus berlindung di belakang seseorang.

Dia banyak berubah.

Tapi, senyuman gadis itu tidak berubah sama sekali. Matanya akan menyipit malas dan bibirnya akan membentuk lengkungan yang manis, bahkan ketika dia telah melupakan bagaimana paras wajah itu, dia tidak akan bisa melupakan senyumannya.

Jika dia tidak datang ke acara ini, jika dia tidak melihat secara langsung bagaimana gadis itu berbicara dan tertawa, dia mungkin tidak akan pernah bisa menemukannya lagi.

Salah.

Mata Raffan terbakar dengan api amarah, dia menggenggam tapi figura foto dengan kebencian menggertakkan giginya.

"Axel, apa yang sebenarnya dia rencanakan? Aku sudah mencarinya bertahun-tahun tapi aku tidak bisa menemukannya, tapi dia bisa? Bukankah itu berarti dia sudah mengetahui keberadaan gadis itu dan menyembunyikannya?"

Dia bergumam pada dirinya sendiri seolah dia gila, dan tertawa keras.

"Sial, tunggu saja."

Dia bangkit dan berdiri dengan tegak, seolah pria yang terlihat stres dan mengamuk beberapa menit lalu bukan dia. Dia melirik sekretaris dan berkata dengan dingin.

"Rapikan semuanya dan bayar uang ganti rugi, aku akan pergi menemukan bajingan itu."

Angin laut bertiup dengan kuat dan ombak menghantam kapal, membuat gelombang ringan yang sedikit memusingkan.

Fannya menatap keluar kapal, menatap lautan lepas dengan pusing. Sial, dia sedikit mabuk laut.

Dia tidak langsung pergi ke kamar, tapi dia berjalan-jalan santai untuk menghilangkan stress tubuhnya, memegang pagar pembatas dan menatap laut lepas.

Fannya menutup matanya, membayangkan adegan yang terjadi tadi, dia tidak menyangka jika dia akan bertemu pria itu lagi seperti ini.

Sudah 5 tahun, sejak dia menghilang dari dari publik dan memulai kehidupan baru, dia menyibukkan dirinya dengan berbagai hal hanya untuk melupakan masa lalunya. Ketika dia hampir melupakan semuanya, semuanya malah kembali datang.

Dia menikah kontrak dengan cinta pertamanya, dan bertemu dengan penghancur hidupnya, dalam waktu berdekatan, dia merasa sedikit lelah.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Axel tidak memperhatikan kamu karena kekasih masa lalumu kembali? Hummm?"

Dengan ledakan tawa, Fannya tau jika hari ini dia tidak akan berakhir dengan baik. Dia berbalik dan menatap Nyonya Hilya dengan tenang.

"Sangat kebetulan."

Dia memaksakan senyumannya, berkata tampa ada beban.

"Apa yang Nyonya Hilya sendiri lakukan di sini? Cuaca sepertinya buruk, tidak baik untuk terlalu lama di luar, anda akan masuk angin."

Pada dasarnya dia meminta Nyonya Hilya pergi meninggalkannya sendirian, dia ingin waktu untuk sendiri. Tapi Nyonya Hilya jelas tidak ingin melepaskan dia.

"Huh, lihat, kamu bodoh, tidak ingin memberikan penjelasan apapun untuk kejadian ini? Jadi bukankah itu benar jika laki-laki itu dulu adalah kekasih gelapmu? Melihat kamu sendirian, sepertinya Axel sedang marah!"

Seolah menamukan titik terang, Nyonya Hilya dengan lancar terus menyindir.

"Bukankah aku sudah bilang, hubungan ini tidak akan bertahan lama! Dalam waktu singkat Tuan Axel pasti akan sangat muak dengamu!"

Dia mengangkat dagunya dengan tinggi dan terus memprovokasi Fannya.

Mood Fannya sudah turun naik, tapi Nyonya Halya tidak mengetahuinya, dia menjadi sedikit jengkel.

"Tapi setidaknya Tuan Axel masih membela saya."

Fannya berkata dengan lembut, bermain-main dengan ujung rambutnya ketika dia menyipitkan matanya dan langsung menancapkan pisaunya.

"Daripada terjebak dipersidangan perceraian dan menanggung rasa sakit hati karena selingkuhan suami sementara aku masih ingin bertahan dengan anak kecil di perutku. Sedikit salah paham bukankah hal yang buruk."

Selain pernikahannya dengan Axel, ada berita panas lainnya, yaitu mengenai sidang perceraian Nyonya Hilya dengan suaminya.

Dengan ketajaman para awak media, ditemukan jika suami Nyonya Hilya telah berselingkuh dan ingin menceraikan istrinya sementara dia sedang mengandung anak ke-2.

Siang tadi, untuk menghilangkan rasa gugup dia membuka ponselnya dan melihat lihat berita, tidak menyangka jika dia akan menamukan berita besar ini bahkan menjadikannya sebagai senjata.

Tidak butuh waktu, wajah Nyonya Hilya langsung berubah-ubah, dari marah dan malu.

"Tidak usah mencampuri urusan orang! Urus saja suamimu! Jangan sampai kamu kehilangan dia!" Setelah mengatakan itu dia pergi dengan menghentakkan kakinya.

Fannya sendiri mengerutkan alisnya bingung, tidak mengerti dengan sikap Nyonya Hilya yang berubah-ubah dan sulit di mengerti, sepertinya dia tau mengapa suaminya ingin menceraikan dia, wanita memang sulit dipahami. Dia mendesah tak berdaya.

Tapi ketika dia berbalik, dia dikejutkan oleh kemunculan seseorang tiba-tiba.

"Halo!"

Dia gadis yang manis dan imut, menyapa dengan senyum lebar, menunjukan sederet gigi rapinya. Untuk sementara waktu Fannya tertegun, sebelum berkedip dan dengan sopan balik menyapanya.

"Halo."

Gadis itu mengangguk, dia kemudian memperkenalkan dirimu.

"Aku Alya, putri pertama dari Nyonya Hilya Adro, Alya Adro."

Dia tersenyum canggung dan mengulurkan tangannya, bermaksud untuk saling berjabat tangan. Fannya tidak menolak, dia mengambil uluran tangan itu dan memperkenalkan dirinya juga.

"Halo, Nona Alya, aku Fannya, istri dari Tuan Axel Max." Kemudian dia melepaskan jabat tangan itu.

"Aku tau "

Alya tersenyum sedikit malu, dia melirik ke arah laut, mengalihkan perhatiannya sebelum berkata.

"Itu, aku di sini ingin meminta maaf atas kelakuan ibuku, dia memang seperti itu, tapi percayalah dia orang yang baik. Hanya saja dia berada di bawah banyak tekanan yang membuatnya seperti itu."

Dia mengatakannya seolah dia berbisik, kemudian curi-curi pandang untuk menatap wajah Fannya

"Dia hanya kecewa karena aku tidak bisa bersama dengan Tuan Axel yang akan meneruskan perusahaan keluarganya, dia juga depresi karena masalah pernikahannya, jadi dia mencari pelampiasan, maaf, dia jadi menargetkan kamu karena ini."

Kali ini Fannya sedikit terkejut, sangat berbanding terbalik dengan sikap Nyonya Hilya yang menyebalkan dan terkesan mengganggu, putrinya sangat baik dan lemah lembut, dia bahkan datang untuk meminta maaf kepadanya.

Melihat anak itu sangat patuh dan baik, Fannya tidak tega untuk mengatakan hal buruk tentang ibunya, jadi dia tersenyum dan mengundang Alya untuk minum bersama di restoran kapal pesiar.

Alya tidak menolak, dia dengan senang hati mengikuti dari belakang Fannya, sekali-sekali bertanya hal-hal ringan dan saling berbasa-basi sebelum akhirnya duduk di salah satu kursi restoran dan memesan makan malam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!