"Apakah kamu siap?"
Warna gemilang dari kapal pesiar membuat mata Fannya sakit.
Bahkan malam belum tiba tapi seluruh kapal sangat bersinar, apalagi ketika malam tiba, tidak terbayang seberapa bersinarnya kapal ini.
Sesuai perkataan Axel, dia membawanya ke sebuah pesta perjamuan di kapal pesiar yang begitu mewah.
Walaupun sudah menyiapkan mentalnya, tetap saja dia terkejut dengan kemewahan ini. Ukuran kapalnya sangat, sangat luas dan mewah, dia bahkan tidak bisa mengatakan apapun lagi karenanya.
Dan juga, di tempat mewah ini, dengan orang-orang sosial kalangan atas, dia merasa sedikit tidak pada tempatnya. Bagaimanapun dia hanyalah gadis bodoh lulusan SMA biasa.
Tampa sadar dia sedikit mundur ke belakang Axel ketika mereka bergerak maju ke depan.
Saat Axel berhenti di pintu masuk kapal, dia menarik Fannya sedikit ke depan, mensejajarkan langkah kaki mereka.
"Jangan takut ataupun mundur, itu hanya akan mengatakan kepada orang-orang itu kamu masih belum pantas untuk bersamaku."
"Kamu aku pilih karena kamu adalah berlian terindah di mataku, masa lalu dan sekarang berbeda "
"Angkat kepalamu, jika tidak mahkotamu akan jatuh."
Jantung Fannya berdebar luar biasa cepat. Dia menggigit bibirnya, menguatkan hatinya dan melangkah dengan tegas dengan menggenggam tangan Axel kuat-kuat.
"Tangannya sangat dingin'
Axel berpikir.
Dia dengan kuat menggenggam tangan gadis itu, meyakinkan dia untuk tetap tenang.
Ketika mereka akan berbelok, Fannya merasa seolah-seolah seseorang sedang menatapnya.
Jadi dia berbalik hanya untuk menemuka beberapa orang saling bergerombol di sisi lain kapal.
Karena banyak orang, ketika mereka berbelok , Fannya hanya berpikir dia sedang berhalusinasi karena terlalu gugup. Dengan menghelan napas dia mengikuti setiap langkah Axel.
Tapi yang tidak dia tau adalah, seseorang benar-benar menatapnya. Orang itu tidak mengalihkan pandangannya sampai ujung gaun baju malam Fannya menghilang di belokan.
Dia berdiri diam seolah membeku, sebelum seseorang di sampingnya menepuknya dan menyadarkan dia kembali.
"Tuan, ada apa?"
Baru kemudian orang itu tersadar kembali. Dia membuka dan menutup matanya, mata coklat kacang almond sangat indah di bawah cahaya lampu, dan dengan senyuman kecil, dia terlihat lembut dan anggun.
"Tidak apa-apa."
Dia menjawab singkat, mengangkat gelas wine yang diberikan oleh para pelayan, dia dengan ragu ragu bertanya.
"Apakah Tuan Axel juga kan menghadiri perjamuan ini?"
Orang disampingnya mengangguk dengan pasti
"Dia datang dengan istri barunya, ini pertama kalinya setalah sekian lama dia datang ke perjamuan mewah."
Pria anggun itu diam-diam mengangguk, berbaur sebentar dengan orang- orang sebelum diam-diam meninggalkan perkumpulan itu. Ketika dia sampai ke sudut, dia memanggil sekretarisnya, bertanya apakah dia melihat Axel.
"Ya, saya sudah melihatnya di jandela tadi dengan seorang wanita, sepertinya itu adalah istri barunya."
Orang itu mengangguk, sebelum berbalik melihat lautan luas. Angin sore bertiup sangat kencang, terutama di lautan.
Rambutnya yang disisir rapi menjadi sedikit berantakan karenanya.
"Apakah istrinya cantik?"
Dia bertanya dengan senyuman lembut, tapi matanya sama sekali tidak tersenyum.
"Jika menurut saya, ya, Tuan dia cukup manis."
Setalah sekretaris mengatakan hal tersebut, orang itu melepaskannya cangkir wine yang dia pegang ke luar kapal.
Cangkir melayang untuk sementara waktu sebelum akhirnya terjatuh ke dalam air tanpa suara.
"Jadi begitu, apakah dia sudah melupakan cinta lamanya."
Dia terkekeh dan merogoh saku celananya, mengeluarkan sebatang rokok beserta korek api kaca. Asap rokok terbang terbawa arus angin yang begitu kuat, menghilangkannya tanpa jejak.
Setelah beberapa lama akhirnya orang itu mematikan rokoknya sebelum menyerahkannya ke sekretaris.
"Aku tidak tau mengapa, tapi dengan adanya Axel di sini, aku yakin itu bukan hal bagus."
Dia mendesah tak berdaya.
"Tapi ini juga memang dosaku."
Dia bergumam sebelum pergi ke kapal bagian dalam.
_
Fannya baru santai ketika dia sudah berada di ruang pribadi yang disiapkan oleh tuan rumah. Axel sendiri sudah pergi mandi lebih dulu. Mereka ada ada di sini selam 3 hari penuh.
Masalahnya, dia ternyata sedikit mabuk laut. Hais, dia tidak menyangka jika angin lautan akan kuat dan aroma garam lautan akan membuatnya sedikit mual.
Dia belum pernah ke laut, itu sebabnya dia dengan percaya diri mengatakan jika dia tidak mabuk laut kepada Axel. Memalukan, dia ketahuan berbohong.
Dengan tidak berdaya akhirnya Fannya berguling-guling di atas kasurnya. Ketika bunyi klik kamar mandi terdengar, tanpa sadar dia mengangkat pandangannya dan melihat ke arah pintu, kemudian dia melotot kaget lagi.
Bagaiman tidak?
Sekarang Axel hanya keluar menggunakan handuk mandi saja!
Ah ah~
Dia mungkin akan pingsan dengan delapan potong roti krim itu! Tapi masalahnya, walaupun otak berkata berpaling jangan lihat! Hatinya tidak bisa munafik!
Hiks, dia ingin menggigit roti itu!
Melihat bahwa Fannya benar-benar terpesona, tampa sadar Axel membuat perutnya berkontraksi yang memperjelas lekukan otot-otot perutnya, yang juga semakin membuat mata Fannya melotot.
Jadi Axel menatapnya dan tertawa.
"Meu menyentuhnya?"
Dia bertanya dengan nada menggoda sambil berjalan mendekat. Baru saat itu Fannya sadar dari bingungnya. Dia terlalu malu sampai-sampai dia melompat dari kasur dan langsung berlari ke kamar mandi. Menolak ke luar hampir 1 jam lamannya.
Ketika Axel menunggu di ruang tamu telah melihat jam hampir jam 6 malam, dia tidak berdaya. Datang dan buka pintu kamar, dia kemudian terkejut melihat Fannya.
Axel tau jika Fannya tidak terlalu mengerti fashion, jadi dia menyewa ahli busana dan make-up untuk Fannya, meminta mereka mendandani Fannya malam ini.
Dia tahu jika Fanny adalah permata cantik yang belum dipoles, tapi dia tidak menyangka jika permata itu akan sangat bersinar ketika selesai diperlakukan dengan baik. Bahkan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat Fannya lebih jelas.
Fannya menggunakan gaun malam berwarna hitam, dengan potongan panjang ke belakang. Meskipun polos, mungkin karena pembawaan Fannya memang halus dan manis, dia terlihat sangat menarik.
Fannya yang sedang menatap cermin merasa seperti sedang ditatap, jadi dia berbalik untuk melihat bahwa Axel sedang menatapnya tanpa berkedip.
"Axel!"
Karena terlalu gugup, dia bahkan memanggil Axel dengan semangat. Axel sedikit terpengaruh dan berhasil mendapatkan dirinya kembali, dengan kaku berjalan ke arah Fannya dan mengulurkan tangannya.
"Mari pergi."
Ambil tangan Axel , Fannya mengangguk, kali ini Axel tidak menggunakan jas, tapi menggunakan pakaian bangsawan gaya Eropa yang indah dengan permata di kerah bajunya. Ada juga jubah berbulu panjang di baju kanannya.
Entah bagaimana Fannya merasa jika gaya bangsawan adalah yang paling cocok untuk Axel.
"Jangan gugup, okeh?"
Ketika mereka berada di depan pintu ruang utama, Axel berhenti sesaat sebelum membuka pintu dengan tegas melangkah masuk di bawah ratusan pandangan mata orang-orang.
Jika Fannya belum menyesuaikan mentalitasnya, dia mungkin sekarang akan gemetaran takut. Tapi dia menahannya, bahkan jika dia sedikit sesak nafas, berkeringat bahkan gemetaran, bersikap tenang adalah yang terbaik.
Dengan begitu, bahkan jika dia dihina, dia tidak akan terlihat bodoh.
"Tuan Axel, senang bisa melihat anda dengan istri baru anda."
Axel mempunya banyak kenalan di sini. Melihat Axel datang, para kenalan atau orang-orang yang ingin menjilatnya mulai berdatangan seperti ngengat.
"Istri anda sangat cantik ternyata."
Salah satu pria paruh baya yang terlihat cukup tampan tersenyum dan tertawa.
"Tentu saja, karena ini adalah istri pilihan dari Tuan Axel."
"Sangat cantik, ketika pernikahan terjadi, aku terkejut melihat Tuan Axel menikahi kekasihnya dan bukannya tunangannya, ternyata inilah alasannya."
Awalnya Axel tidak terlalu tertarik dengan sanjungan-sanjungan yang terlalu berlebihan.
Tapi ketika Axel mendengar bahwa dia menikahi kekasihnya dan bukannya tunangannya, dia sedikit mengerutkan keningnya.
Meskipun orang-orang memuji Fannya, jelas mereka mengejeknya, yang juga secara sengaja atau tidak sengaja mengejek Axel juga.
Dia mengerutkan keningnya.
"Apakah kalian mempertanyakan pilihanku?"
Suaranya sedingin es, menatap tajam tikus-tikus tak masuk akal disekelilingnya.
"Tidak peduli apa statusnya dulu, tapi sekarang..."
Axel menggantungkan kalimatnya, menunduk dan menatap langsung ke arah mata Fannya dengan tatapan terfokus, seolah seluruh dunia hanya untuk gadis itu.
"Tapi sekarang dia istriku."
Kemudian dengan lembut dia mencium kedua mata Fannya, sebelum mencium keningnya perlahan.
"Dia istriku sekarang."
Kali ini dia berkata dengan lantang, mengangkat tangan Fannya dan menciumnya dengan saleh, seolah olah dia benar-benar mabuk cinta.
Fannya sendiri membeku bodoh di tempat. Jantungannya berdebar sangat keras sehingga memberikan ilusi bahwa jantungannya akan copot di tempat.
Dia terlalu bahagia untuk mengatakan apa yang dia rasakan. Seluruh wajahnya dipenuhi dengan warna merah merona karena malu.
Tapi...
Di tegah kebahagiaan hati Fannya, ada hati lain yang terluka. Bahkan gelas wine orang itu terjatuh dan pecah di tempat.
Orang-orang di sekitar sedikit kaget dan menoleh ke arahnya. Tapi orang itu bahkan tidak bergerak ataupun terganggu dengan tatapan orang di sekeliling.
Matanya sangat fokus menatap Fannya yang terlihat bahagia di kejauhan.
"Mengapa.. dia? Mengapa?"
Orang itu bergumam dengan nada gemetaran.
"Setalah bertahun-tahun, bagaimana bisa." Orang itu bergumam dengan suara rendah.
Sekretaris yang berada di sampingnya melihat ketidaknormalannya, dengan lembut mengingatkan tuannya.
"Tuan?" Sekretaris dengan cemas mengingatkan.
Tapi orang itu tidak mendengarkan, dia hanya dengan tenang melangkah maju ke depan.
Malam indah ini ditakdirkan untuk menjadi malam yang buruk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Tina Hasya
lnjut thor,,q msih pnasaran ma kisah axel ma fanya
2023-03-04
1