apakah kamu menyesal menikah denganku?

"Ibu lupa menambahkan kakak sebenarnya sangat suka menguping bahkan ketika dia sudah dewasa."

Tidak tau kapan Jonathan mendadak muncul di belakangnya, Axel sedikit kaget dan menatap tajam adiknya itu.

"Apa yang kamu lakukan?"

Dia berbicara dengan nada rendah sambil menatap Jonathan dengan pandangan kejam. Dengan kaku Jonathan melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"Tidak ada, aku hanya tidak sengaja melihat kakak dan aku datang untuk menyapa kakak."

Awalnya dia ingin pergi menemukan kakak ipar perempuannya, sebelum itu dia juga ingin pergi ke ibunya untuk bertanya hal-hal mengenai wanita.

Sebenarnya dia ingin memberikan kakak iparnya sebuah hadiah. Tapi ketika dia pergi ke taman dia secara tidak sengaja melihat Axel yang berdiri diam di belakang tiang mawar.

Dia awalnya akan menyapa dengan hangat ketika dia menyadari jika kakaknya ternyata sedang menguping!

Wah!

Dengan senyum licik Jonathan mencoba untuk menggoda kakaknya.

"Apakah kakak sedang memantau istri kesayangannya? Takut dia tidak memiliki hubungan baik dengan ibu mertua?"

"Ululu, kakakku ternyata orang yang perhatian."

Kali ini, setelah menggoda kakaknya dia langsung kabur sambil tertawa.

Mengabaikan wajah muram kakaknya di belakang, langsung pergi ke tempat ibunya untuk mencari perlindungan.

"Ibu! Kakak menggertak ku! Dia mengutukku! Mengatakan jika aku tidak akan pernah dapat istri karena aku terlalu tampan!"

Ketika ibunya melihat, Jonathan menghilangkan tawanya, dia memasang wajah sedih dan langsung bersimpuh di kaki ibunya, menatap perempuan paruh baya itu dengan wajah anjing kecil.

Axel yang digoda bahkan difitnah memiliki wajah hitam seperti awan badai. Karena dia telah terekspos, dia hanya bisa menggertakkan giginya dan ikut berjalan ke depan.

"Ibu, Fannya, sangat kebetulan."

Dia memasang wajah datar untuk menutupi emosinya membuat Nyonya Gisel menatap putra tertuanya dengan alis terangkat.

Dia mengulurkan tangannya dan membelai anak tegangnya dengan kasih sayang dan dengan tangan lainnya melambai memberikan isyarat agar Axel duduk.

Axel duduk di samping Fannya, dengan punggung lurus, jelas dia gugup, tapi sayangnya hanya Nyonya Gisel dan Jonathan yang mengetahui hal itu.

Anak lugu nan polos Fannya hanya berpikir jika Axel sangat ketat dengan dirinya sendiri, bahkan jika dia bersama keluarganya, dia masih harus duduk tegak.

Jadi dia sedikit tersenyum dan mengalihkan perhatiannya.

Nyonya Gisel yang menangkap gerakan kecil Fannya sedikit bingung, bertanya-tanya mengapa gadis itu tersenyum, apakah dia menertawakan wajah gugup putranya?

Ketika dia memikirkan kemungkinan itu, dia membangkitkan sebuah senyuman.

Anaknya sangat angkuh, tapi dengan gadis itu di dekatnya, dia sepertinya menghilangkan sifat angkuhnya bahkan gugup.

Tidak masalah!

Ini dia menantu yang dia butuhkan!

Menantu yang bisa menggertak anak nya!

Dengan senyuman akhirnya nyonya Gisel berbicara. "Apa yang kalian berdua lakukan di sini? Datang dan menganggu menantu ibumu ini?"

Ketika kata menantu disebutkan, Fannya sedikit tersipu malu. Dia tidak mengira akan sangat mudah di terima dalam keluarga sebesar ini ketika dia hanyalah rakyat biasa yang memiliki banyak hutang.

Dia jadi malu sendiri.

"Oh, kakak berkata dia akan pergi ke kakak ipar untuk mengajak kakak ipar berjalan-jalan di rumah, kami kebetulan bertemu ketika melewati taman."

Nyonya Gisel tersenyum mendengar penjelasan Jonathan, dia dengan senyum pengertian menatap putra tertua. Entah bagaimana Axel merasakan firasat buruk.

"Pergilah kalau begitu, ajak istrimu jalan-jalan di rumah dan jangan kembali sebelum istrimu puas."

"Hah~ anak-anak sekarang sangat bersemangat tentang cinta yang manis dan lembut."

Benar saja, bukan hanya ibunya menyuruhnya untuk pergi dan menemani Fannya seharian, dia juga digoda oleh ibunya.

Axel sebenarnya enggan, tapi ibunya menatapnya dengan mata sipit yang sedikit mengancam, jadi dia hanya dengan pasrah diri mengajak Fannya keluar dan jalan-jalan.

Ketika hanya ada Nyonya Gisel dengan Jonathan yang tersisa, akhirnya Jonathan dengan puas bangun dan duduk di depan ibunya.

"Ibu, apakah pada akhirnya dia akan menerima? Aku lihat dia cukup dekat dengan kakak ipar baruku."

Nyonya Gisel tidak langsung menjawab, dia hanya mengetuk pinggiran keranjang makanan sambil berpikir.

"Belum tentu, meskipun dia baik dengan gadis itu, matanya tidak membuat ombak besar. Apakah kamu lupa, dia sempat ditawarkan bermain film sebelumnya."

Jonathan hanya bisa menghelan nafas, berkata dengan samar-samar .

"Aku pikir juga begitu."

Kemudian seolah kembali menemukan semangat, dia menambahkan.

"Tapi masih ada kemungkinan, apakah ibu sadar? Gadis itu cukup mirip, terutama sikapnya yang tangguh walaupun dia menangis ketakutan."

Tidak ada jawaban dari Nyonya Gisel, tapi Jonathan bisa melihat persetujuan diam-diam ibunya.

"Aku harap anak itu tidak menyakiti gadis malang tak berdosa hanya untuk dendamnya. Oh, dia juga berkata untuk belajar mencintai gadis itu, aku harap dia tidak mengada-ada."

Nyonya Gisel mendesah, kemudian dengan malas menawarkan kue-kue yang dibawa oleh Fannya kepadanya. Jonathan juga bukan orang pemilih, dia langsung memakannya dan terus mengobrol dengan ibunya.

"Enak."

Mata Fannya berbinar.

Dia tidak menyangka jika ada tanaman yang bisa dimakan di kebun belakang kasti. Seperti stroberi, raspberry, pohon jeruk dan apel. Ada beberapa tanaman lain, tapi hanya itu yang sedang musim dan berbuah.

"Bisakah aku memanjat pohon itu!"

Fannya menunjuk ke arah pohon apel yang cukup tinggi, namun ada banyak buah apel merah yang sedang masak di sana, yang membuatnya tergiur memakannya.

Dia dengan menyedihkan menatap mata Axel, meminta izinnya untuk langsung mengarungi buah-buahan itu.

Axel dengan ragu menatap pohon apel, kemudian menatap tubuh kecil Fannya, tapi melihat gadis itu sangat ingin memanjat, akhirnya dia mengalah.

Baru dengan senyuman Fannya tampa malu memeluk Axel sebelum berlalu untuk memanjat pohon.

Axel yang mendadak dipeluk ketakutan dan membekukan tubuhnya. Butuh beberapa saat sebelum akhirnya dia bisa tenang dan menatap jauh ke arah Fannya.

Dia tidak menyangka jika gadis itu benar-benar bisa memanjat pohon yang cukup tinggi...

Untungnya Fannya menggunakan celana panjang, jika dia menggunakan rok, ini mungkin sebuah kesempatan ketika dia berada di bawah pohon.

"Dapat."

Ketika buah apel paling besar dan paling merah akhirnya berada di tangannya, Fannya bersorak.

Dia menatap buah itu dengan penuh penghargaan, kemudian dengan sedikit enggan dia melihat ke bawah pohon, menatap ke arah Axel dengan senyum kegembiraan.

"Axel tangkap!"

Fannya mengguncangkan buah apel, dengan ringan melemparkannya ke arah Axel yang telah siap. Kemudian lihat ke atas dan tatap puluhan buah apel merah cerah yang segar.

Hiks~

Dia ingin memakan semuanya.

_

Matahari di sore hari sangat panas.

Fannya terengah-engah duduk di bawah pohon.

Tapi ketika dia melihat sekeranjang apel indah di sampingnya dia puas.

"Sudah aku bilang seharusnya kamu tidak melakukannya, lihatlah, sekarang kamu kelelahan."

Axel tak berdaya dan menyerahkan segelas air dingin. Dengan rakus Fannya meminumnya. Matanya menyipit dengan puas memakan apel di tangannya.

"Tidak apa-apa, ini menyenangkan."

Axel tidak lagi berkomentar.

Dia hanya dengan tenang juga duduk di samping pohon, menatap dedaunan pohon di bawah langit sore.

"Fannya."

Ini pertama kalinya Fannya mendengar namanya dipanggil dengan lembut dan halus. Dia dengan penuh semangat menatap Axel yang sedang menatap langit.

"Apakah kamu menyesal?"

Mata Fannya berkedip, dia tidak mengerti, kemudian akhirnya Axel memberikan dia pertanyaan langkap.

"Pernikahan ini, apakah kamu menyesal?"

Fannya menundukkan kepalanya jelas dia tidak tau harus mengatakan apa.

Walaupun dalam hati kecilnya dia tidak terlalu menyesal, daripada dipaksa, dia cukup puas dengan hidupnya sekarang.

"Tidak masalah, aku cukup puas seperti ini."

Dari ujung mata Axel dia bisa melihat kepala gadis itu menunduk, tanpa sadar dia juga menurunkan bulu matanya.

"Kalau begitu, aku harap kamu benar-benar sudah siap."

Fannya tidak tau kepada siapa Axel akan membalaskan dendamnya, karena situasi, dia tidak bertanya apapun. Setalah beberapa hari menikah, dia tidak menyinggung topik itu, tidak menyangka jika Axel sendiri yang akan menanyakannya secara langsung.

Dia tersenyum dengan lembut menggigit apelnya.

"Yah beginilah hidup, terkadang kamu harus mencoba hal baru untuk merasakan dunia ini."

Fannya sangat tulus, tanpa sadar Axel sedikit tidak nyaman menatap matanya.

Dia dengan cepat mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

"Kalau begitu siapkan mentalmu, Minggu depan aku akan memulai rencanaku."

Dengan menarik nafas panjang Axel dengan tajam berkata.

"Cobalah untuk tidak mengacaukannya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!