The Ring Finger

The Ring Finger

Bab 1

Bab 1

“Manner Peters yang baik hati, jangan sampai kamu berujar bahwa kamu dibodohii oleh orang asing yang masih kecil dengan kisahnya yang tidak masuk akal tentang dirinya yang kehilangan ingatan itu! Biasanya kau paling cepat menaruh curiga kepada segala sesuatu yang bermotif paling tidak yang memiliki dosa paling besar sekalipun,” kata Constan Peters sambil memandangi saudara sepupunya yang duduk tertawa tergelak-gelak mendengar cemoohan dan keheranan.

Dr. Manner Peters, yang sangat sukses saat melakukan praktik di Harley Street pada saati itu. Sekarang Dr. Manner hanya bekerja di rumahnya dan melakukan penelitian Kimia di Devon. Ia berwajah muram dan sukar dibaca, yang membuat dirinya dipercaya bahwa sebenarnya ia lebih tua daripada usia yang sebenarnya. Ia pun dianggap sebagai orang yang selalu mengikuti kata hati untuk melakukan sesuatu, daripada orang yang bersikap sabar hati. Sangat mengherankan bagi Constan sejak Dr. Manner membawa gadis itu ke dalam rumahnya.

“Constan,” kata Manner mendadak raut wajahnya nampak gusar sambil memisahkan cerutu dari mulutnya sehingga sebagian abunya menyebar ke arah celana bagian lututnya, “Siapa yang menjadi dokter di dalam keluarga ini? Kamu atau aku?” tanyanya lagi.

Constan mengamati ujung cerutunya yang menyala dan berkata dengan senyuman yang biasa ditampilkan oleh aktor-aktor terkenal. Sungguh terkutuk senyuman yang dimilikinya.

Manner selalu memiliki anggapan bahwa banyak wanita yang menjadi konyol dan t*lol karena senyuman yang disebarkan oleh sepupunya itu, terutama jika senyuman itu merekah dengan kekuatan gaib di bawah cahaya lampu temaram yang menghiasai kota London.

“Aku akan mencari simtom amnesia dalam buku-buku tebal yang kita miliki di dalam ilmu kedokteran,” kata Manner tersenyum. Kemuraman di wajahnya yang ditampakkan itu pun tak begitu kentara lagi. Usia yang berbeda satu tahun lebih muda tambah bulan dibandingkan dengan sepupunya, Constan, itu membuatnya cukup terliat lebih tua dari Constan.

“Katakan, Constan,” pinta Manner yang sekarang ini merubah raut wajahnya agak sedikit geli dengan sepupunya itu sambil menggosokkan cerutu ke keningnya. “Mengapa kau berprasangka buruk begitu kepada gadis itu, yang jelas-jelas dia menderita kehilangan ingatan?”

Constan tidak begitu mudah untuk memercayai apa yang dikatakan oleh Manner, seperti mempertimbangkan masalahnya sambil mencondongkan dirinya pada meja besar di hadapan saudara sepupunya itu yang mana di meja itu berserakan kertas-kertas berisi simbol-simbol Kimia. Ada juga kertas yang berisikan nomor telepon. Sungguh pemandangan yang tidak pantas dipandang dengan mata. Sangat berantakan. Itu sangat berbanding terbalik dengan sifat Manner yang pandai mengontrol emosinya.

Constan mengamati gesper sepatu yang dihiasi dengan batu permata dan batu swaroski sehingga sepatu itu nampak elegan di atas meja yang berbeda, tepatnya di belakang kursi Manner.

“Baiklah,” kata Constan dengan nada yang mendadak kering di kerongkongannya. “Pertama-tama ia memiliki keberanian mengatakan bahwa ia teringat akan satu hal yaitu namanya. Yang dia sebut namanya Dygta. Oh my God, Dygta! Yang terakhir, aku mendengar kalau nama itu ada di sekolah, ketika kami membaca Quo Vadis (sebuah istilah dalam kekristenan). Kedua, ia datang menyelonong memasuki pintu rumahmu pada saat tengah malam. Kenapa ia harus memasuki rumahmu, Manner? Kecuali jika ia sepenuhnya tahu bahwa seorang dokter yang tinggal disitu, sehingga ia dapat dengan masuk dengan mudah ke dalam rumah dengan cara yang sudah diajarkan kepada dirinya sebelumnya. Ketiga, ia datang dengan sandal khusus untuk di kamar, dan itu sandal yang memiliki harga mahal dengan baju yang terlihat mahal pula. Kau tahu maksudku?” kata Constan mendadak sorotannya menjadi tajam tanpa senyuman.

“Aku kira dia itu seorang pembantu kecil atau pelayan, yang ingin membuat sensasi dan atau hal yang lucu menggemparkan untuk dirinya sendiri. Dan kau tahu, gesper permata ini milik Tuan rumahnya. Limin mengatakan bahwa sandal yang ia pakai itu kebesaran di kaki mungilnya,” lanjut Constan.

Manner mengerutkan keningnya karena Constan menyebut nama sekretarisnya.

“Rupanya Limin berprasangka buruk terhadap gadis itu,” kata Manner.

“Kenapa begitu?” tanya Constan. “Limin bertemu dengan gadis itu juga, sedangkan aku tidak pernah. Aku tidak pernah tahu menahu tentang gadis itu sampai aku datang kemari siang ini.”

“Kau tahu benar!” sahut Manner. “Limin mudah terpengaruh olehmu, sehingga dia tak dapat berpikir jernih saat menghadapi mu.”

“Apa itu yang membuatnya berambisi?” Constan seperti tertarik dengan topik ini. “Apakah tidak ada dokter atau obat yang dapat membuat wanita tertarik terhadap orang yang memiliki hati baik tanpa menilai fisik daripada tertarik kepada orang yang hanya menilai fisiknya saja bahkan sifatnya lebih banditt seperti diriku?” tanya Constan lagi.

“Sudahlah. Tidak usah membahasnya. Bagaimana dengan amnesia?” tanya Manner beranjak dari kursinya. Meskipun bulan ini adalah bulan Agustus, tapi cuaca di luar sana membuat hawa dingin menerpa kulit.

“Gadis itu tidak menipu, Constan. Aku sudah memeriksanya secara meyeluruh dan dia memang amnesia. Aku tidak memberikan sembarang obat untuk dirinya. Dan kau harus ingat, gadis itu benar-benar tidak mengingat siapa dirinya sendiri, dan kenapa dia masuk ke rumahku dan darimana asalnya,” jelas Manner dengan senyuman samar yang mengembang dari ujung bibirnya.

Constan memang aktor terkenal, tapi saat ini dia terlihat tidak setuju dengan pendapat Manner.

“Hal itu sangat membingungkan diriku juga. Aku akui itu. Namun kenyataannya dia mendadak berdiri seorang diri di padang rumput yang luas dan melihat cahaya yang menyoroti rumah ini. Kau sendiri pun tahu bagaimana nenek membuka gorden jendela di ruang duduk lebar-lebar sehingga gadis itu langsung menuju ke rumahku. Cahaya itu menuntunnya kemari,” lanjut Manner lagi.

Sorot mata lebar yang dimiliki gadis itu, kemudian dia memegangi Manner dengan gemetaran dan Manner pun membawanya masuk ke dalam rumah. Yang menemukan pertama kali di depan pintu adalah Elia, yang merupakan juru masak di rumah Manner. Ketika dia kembali dari gereja dan segera dia memberitahukan kepada Manner bahwa ada seorang gadis di depan pintu yang menutupi wajahnya dnegan kedua belah tangannya dan seperti hampir pingsan.

Memang gadis itu hampir saja pingsan, tapi tidak. Manner melihatnya dan menemukan sesuatu saat melihat gadis itu.

Manner sangat jengkel dengan Constan yang menuduh gadis itu sebagai seorang penipu. Padahal dirinya jelas-jelas tidak pernah berjumpa dengan gadis itu, dan lebih menyebalkannya lagi adalah Limin telah memberitahukan hal yang terperinci kepada saudara sepupunya, yang baru saja datang dari London untuk berlibur akhir Minggu di rumah Manner. Limin menceritakan kejadian ini saat Manner tidak ada di rumah.

“Kau percaya dengan ungkapan wanita itu?”

Kedua kening Constan mengkerut menanggapi pertanyaan dari sepupunya. “Apa kau ingin menemui Limin?” tanya Constan kemudian.

“Ya, aku akan menemui Limin agar aku tahu apa yang sebenarnya dikatakan oleh Limin tentang gadis itu. Entah memujinya atau bahkan menjelek-jelekan gadis itu. Itu sangat tidak baik sampai dia menjelekkan gadis yang baru saja ditemuinya,” kata Manner sambil mencari tempat tembakau yang biasa dia pakai untuk mengisi cerutunya.

“Oh, come on. Dia hanya mengatakan gadis itu tidak menarik. Itu saja.” Constan menjawab dengan senyuman jahatnya sambil menatap ke arah Manner.

“Apa kau serius? Ada yang lain lagi?” tanya Manner sarkastik.

Constan menatap Manner dengan rasa heran. Tapi baiklah, dia akan memberitahukan kepada Manner sampai mana dia peduli terhadap gadis asing itu.

...****************...

Selamat datang dan thanks sudah baca.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!