Bab 13
Dygta merasa ngeri di sekujur tubuhnya mendengar kebenaran yang diceritakan oleh nenek Peters. Serasa aliran darahnya berhenti mengalih mengakibatkan dirinya membeku kedinginan.
Kemudian wanita paruh baya itu berkata lagi, "Ayahnya berbuat seperti itu di depan mata Constan, Dygta. Adam Peters melakukannya jauh bertahun-tahun yang lalu. Dan itu sebuah kutukan untuk keluarga Peters sendiri. Dan itu dikhususkan untuk keluarga Peters, meskipun keturunan darah langsung akan mencetak sikap seperti Constan, namun juga akan mencetak laki-laki semacam Manner. Aku tidak menyebut bahwa Manner itu sepenuhnya orang baik, karena dia bukan seperti itu. Tetapi percayalah, Manner tidak akan melukai hatimu. Jika ternyata cincin yang berbekas di jarimu itu tidak berarti apa-apa dan kalau saja aku benar menduga bahwa kau mempunyai arti bagi dirinya. Ah, itu sepertinya David datang. Dia membawakan makan malammu."
Dygta memakan makan malamnya tanpa adanya rasa, sungguh hambar sekali kali ini. dia Dia lelah sekali di dalam dirinya yang diseret dengan berbagai gejolak batin yang aneh, dan setelah ia meminum kopinya, Dygta segera beranjak dari sana dan mengucapkan selamat malam kepada Nyonya Peters, sambil mengembalikan nampan bekas makan malamnya ke dapur, lalu pergi dari sana menuju ke kamarnya.
Ketika Dygta kembali berbaring di kasurnya, dia tersenyum sendiri. Dia bermaksud untuk meninggalkan kediaman keluarga Peters, tetapi rupanya belum habis takdirnya untuk menghabiskan waktu di kediaman Peters. Dan dia tahu keluarga Peters tidak tahu menahu tentang dirinya di masa lampau. Dua memutuskan dengan hati yang gemetar bahwa harus ada yang memegang kunci untuk menghadapi hari selanjutnya.
Mata Dygta mulai terasa berat. Dia pun membiarkan keluarga Peters mengambil alih tubuhnya tanpa adanya perlawanan dari dirinya. Tak lama dia pun tertidur.
Constan malam itu tidak kembali ke kediaman keluarga Peters di Devon.
Manner menjelaskan kepada Dygta bahwa Banker malam itu mendapatkan perawatan yang insentif dan dia sekarang di rawat di Brinsham.
...****************...
Manner tersenyum sambil mengolesi rotinya dengan mentega dan selai kacang.
"Cons, itu Lucy. Terkadang dia benar-benar keras kepala. Dia meminjam sepeda butut dari gudang Jess Holt (Dokter hewan Banker) yang akan dia gunakan untuk pulang pergi dari cottage nya ke Brinsham untuk menjenguk anjing kesayangannya itu."
Kemudian Manner meletakkan pengoles roti di meja makan. Setiap dia tersenyum kepada Dygta dia selalu berkata, "Kau dapat ikut denganku untuk memberikan makan marmut. Apa kau bersedia?"
"Tentu saja." Tak perlu banyak berpikir untuk menjawab pertanyaan tersebut bagi Dygta.
"Apakah kau penyuka binatang, Dygta?" Seketika itu juga Dygta menganggukkan kepalanya.
"Itulah yang aku katanya kepada Constan, ketika di dalam mobil saat menuju ke Brinsham semalam. Si keras kepala itu mengira kau ketakutan dengan Banker... dan katakan Dygta, apakah kau melihat Constan sebelumnya sore itu, sehingga kau menyelinap pergi dari rumah dan tak muncul pada waktu makan malam?"
Dygta memegangi garpu dan pisaunya dengan gugup, "Ya, saya melihatnya. Saya...."
Dygta mendongak dan matanya penuh dengan rasa bersalah terhadap Manner. "Saya tidak ingin membicarakan hal itu. Dia tidak menyukai aku dan... Dan kami selalu bertengkar setiap kali bertemu. Hanya itu. Sekarang mari kita pergi ke tempat marmut itu."
"Apa yang kalian debatkan?"
"Hanya hal-hal yang sepele. dan itu tidak penting."
"Aku tidak akan menahan diri kalau dia sampai berbuat kasar terhadap dirimu, Dygta!" Mata kebiruan Manner yang menarik itu mengamati raut wajah Dygta, " Dia sungguh sembrono tentang apa yang dia ucapkan kepada orang lain. Terutama jika ia merasa terganggu dalam pikirannya."
"Manner, hal itu tidak penting, percayalah padaku." Dygta tersenyum dan matanya yang berwarna hijau hazel itu jadi bercahaya.
Saat itu juga Manner bangkit berdiri dari duduknya dan mendekati tempat duduk Dygta. "Mari, kita berangkat. Berilah makan pada marmut-marmut itu. Kemudian kau boleh melihat bakteri dalam mikroskop. Bagaimana menurutmu? Menarik?"
"Sangat menarik."
"Apa tidak ada hal lain yang kau lakukan lagi?" tanya Manner tertawa dan Dygta memandanginya. Rambut berwarna pirang serta kulitnya yang mulus itu diterpa sinar mentari pagi yang membuat Manner hari ini tampak cerah, segar, dan rupawan.
Ketika Manner memegangi lengan Dygta, kemudian dia menarik lengan itu agar mendekat, tak ada perlawanan dari Dygta.
"Dygta," ucap Manner sambil memeluk tubuh Dygta dengan hati-hati agar tidak membuatnya ketakutan. "Dygta, apa kau merasa seperti burung kecil? Aku jadi ingin mengurungmu, dan aku tidak peduli siapa dirimu dan dari mana asal muasalmu."
"Ha ha ha," Dygta tertawa kecil menanggapi apa yang dikatakan oleh Dr. Peters itu. Tangan Dr. Peters sangat hangat dan menyenangkan.
Mereka pun melanjutkan perbincangan itu. Manner mengendurkan pelukannya dan mengelus rambut hitam Dygta dengan penuh sayang, dan mendadak bibir Manner menempel ke pipi Dygta dan dia juga menciumm bibir Dygta.
"Tidak!" Dygta panik seakan-akan meronta. "Oh, jangan! Biarkan aku memberikan makan pada marmut itu."
"Aku tidak akan menyakitimu, Dygta!"
"Tolong lepaskan aku, Manner! Lepaskan aku. Aku tidak... lepaskan aku." Wajah Dygta menjadi pucat pasi, seketika Manner tersadar dengan apa yang dia lakukan terhadap Dygta. Dia segera mundur dengan setengah mengutuk diri sendiri.
"Maafkan aku, Dygta. Aku tidak bermaksud untuk menakuti dirimu. Maaf. Ayo, kita memberi makan marmut -marmut itu," ucap Manner menyesal dengan perbuatannya.
Mereka berjalan berdampingan, seolah-olah kejadian tadi tidak pernah terjadi di antara mereka berdua. Tetapi saat sampai di luar, dia tidak mendapati Manner mengutuk dirinya sendiri.
"Sayalah yang seharusnya dimaafkan. Saya yang tidak tahu berterima kasih," ucap Dygta menunduk.
"Berterima kasih?" Manner memandanginya penuh dengan tanda tanya. "Dygta, apa yang kau katakan? Aku bukan mencari terima kasih dengan apa yang sudah aku lakukan. Demi Tuhan! Aku lupa bahwa kau mengidap amnesia, aku lupa bahwa ada bekas cincin di jari manismu, yang bisa saja kau itu milik seorang laki-laki," sahut Manner.
...****************...
Dalam satu Minggu itu, mereka membicarakan tentang Banker. Constan tidak datang ke kediaman utama Peters di Devon. Tidak dengan Limin. Justru gadis itu ternyata memiliki banyak waktu senggang, sebab Manner lebih banyak meminta Dygta untuk mencatat, juga melakukan surat menyurat dengan para peneliti lain. Dygta pun tak keberatan untuk membantu Manner dalam menggantikan pekerjaan Limin sementara.
Tentu saja, sulit bagi Dygta untuk menandingi kemampuan yang dimiliki oleh Limin. Dygta tak memiliki kemampuan itu sebelumnya dan tak pernah menjadi sekretaris sebelumnya. Tentu Dygta tak akan menjadi sekretaris nantinya.
Dia mencatat dengan tulisan biasa saja, sehingga lebih lambat dalam penulisannya. Dan dia juga belum terbiasa untuk mengetik secara sistematik.
Manner tertawa melihat Dygta. Dygta merasa gelisah karena sudah tiga Minggu ini dia masih belum menemukan siapa dirinya serta identitas dirinya yang sebenarnya, dari mana asalnya, dan pekerjaan apa yang pernah dilakukannya.
Sejak Manner ingin menciumnya*, Dygta merasa tidak nyaman terhadap Manner. Sejak saat itu dia semakin menjaga jarak terhadap Manner dan selalu terbayang perkataan yang dikatakan oleh dokter itu.
"bahwa dia telah dimiliki seseorang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments