Bab 19
"Apa kau mengira aku mempunyai niat tersembunyi dalam undangan acara minum teh kemari?" tanya Constan.
"Kau tidak memiliki niat itu, kan?" Dygta memastikan apa yang dikatakan oleh Constan benar adanya.
"Ya. Aku merasa kesepian," jawab Constan yang melihat Dygta mengusap saus ditepi bibirnya sebelah kiri.
"Oh!"
"Oh?" sahut Constan mengejek dan melebarkan matanya menatap heran ke arah Dygta. "Apakah kau tidak mempercayai bahwa aku pun terserang oleh hal yang manusiawi?"
Dygta memberanikan diri menatap netra Constan, melihat sesuatu yang agak malu-malu, dan Dygta telah menyadari bahwa itu adalah sebuah pengakuan yang tidak sembarang bisa dia lakukan kepada siapa pun.
Kesepiannya sebagai aturan dirinya sendiri dan merupakan rahasia pribadinya. Dia mendadak membuka rahasia pribadinya kepada Dygta dari hati ke hati. Dygta memberikan senyumannya cepat agar rasa malu yang dialaminya menghilang.
"Aku percaya, kau bisa seperti Manner, bersikap baik hati dan peduli, asal kau mau melakukannya," kata Dygta.
Sekarang di raut wajah Constan menampakkan ekspresi yang mengejek, "Aku kira kita tidak akan berdebat tentang kebaikan hatiku. Aku tidak baik hati." Constan bangkit berjalan mondar-mandir sebentar, lalu kembali duduk di kursinya. Dygta mengambil gelas Chiantinya* dan meminumnya. Constan terus saja mengamati Dygta, dan sedikit memberi nilai terhadap lengan Dygta yang kurus seperti remaja kebanyakan.
"Kau gadis yang aneh!" seru Constan. "Aku sudah sangat tidak ramah kepadamu berkali-kali, dan mengapa kau tidak menolakku ketika aku mengajakmu kemari?"
Sejenak Dygta memegangi garpunya dan berhenti di udara. Terlihat jamur yang berada dalam tusukan garpunya menunggu untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Kemudian Dygta menyunggingkan senyumannya.
"Aku akan berterus terang aku tidak memikirkan hal itu. Tetapi apakah kau akan pergi begitu saja, andaikan aku memikirkan dan mengucapkan semacam hal itu?" ucap Dygta memasukkan jamurnya ke dalam mulut dan mengunyahnya.
Mendengar hal itu, Constan tertawa terbahak-bahak. Hujan masih menerpa bumi. Sebagian menerpa jendela karena adanya terpaan angin kencang, namun cottage milik Constan menjadi hangat karena kehadiran Dygta.
"Aku menikmati hidup semacam itu sekitar seminggu, dan aku menyadari bahwa itu hanya menciptakan kembali sifat-sifat yang tidak wajar." Constan mengambil gelas yang berisi Chianti* dan meminumnya. Dia pun mengambil keju untuk teman minumnya. Dygta hanya memandanginya, melihat tangan Constan terlalu halus dan mulus ukuran para lelaki.
"Apa kau mau keju?" kata Constan menawari.
Dygta mencoba sedikit keju yang ditawarkan oleh Constan dan mencicipinya. Ternyata kejunya beraroma kuat. Dygta memilih manisan apel. Constan mengatakan bahwa manisan itu pemberian wanita dari Brinsham yang terkadang datang untuk membersihkan cottagenya. "Dia sungguh baik hati. Tetapi selain itu, dia selalu cemas karena aku tinggal di sini seorang diri," Constan terkekeh. "Aku tidak tahu apa yang akan dia katakan jika aku tidak seorang diri di sini."
Sekarang Dygta tidak heran kepada dirinya sendiri jika setiap kali tertawa dengan ucapan Constan. Dygta pun tertawa sambil kemudian menjilati gula yang tersisa di jarinya. Dygta tahu saat itu bahwa Constan dapat menyenangkan dirinya dengan cepat dan menyakiti dirinya dengan cepat pula. Semudah itu. Dan itu berlaku untuk orang lain.
Detik-detik terus berdetak, dia pun semakin lembut dan semakin santai dalam pembawaannya, tidak ada kekakuan, tidak ada rasa ketakutan. Dia menjadi terpesona. Di situ ada Banker yang menikmati tehnya sendiri, melekukan tubuhnya di dekat tungku perapian.
Jam terus berdetak, mereka saling menghela napas panjang. Akhirnya Constan memecahkan keheningan diantara mereka.
"Dygta, apakah kau menikmati masakan ku dan keramahanku sebagai tuan rumah?"
Dygta tersenyum dan menunjukkan kepada Constan bahwa piringnya sudah kosong melompong. "Aku ternyata lebih lapar daripada dugaanku sendiri."
"Oh, tanah Padang rumput kami terkenal dengan kesuburannya. Datang ke Devon, itu alasanku berada di sini. Kau dapat dengan cepat menggemukkan badanmu."
"ha ha, Kau tidak akan tampak lebih baik jika pipimu berubah menjadi bulat dan perut gendut berisi, yang hanya akan membuat penggemar meninggalkanmu," kata Dygta.
"Para fansku yang ribuan itu akan pingsan saat melihatku menggemuk!" sahut Constan dengan tawanya. Dia bercanda dengan omongan melenturkan dirinya. "Aku menyediakan kejutan bagi mereka, kadang-kadang. Dalam acaraku yang akan datang, aku akan memerankan sebagai seorang bapak... Dan itu yang membuat kami mencari seorang wanita awam sederhana tanpa pretensi. Banyak yang tidak cocok dalam hal itu. Ada yang masih kecil, ada yang makan saja masih belepotan, intinya tidak sesuai."
Dygta tertawa membayangkan Constan menjadi ayah seseorang yang sifatnya nakal.
"Tak ada sesuatu apapun kalau tidak menemukan yang tepat," kata Constan lagi. "Ada tawaran bagiku untuk pergi ke New York, jika drama Inggris ini kehabisan popularitasnya, dan aku akan menerimanya."
"Apakah kau belum pernah ikut bermain film?" tanya Dygta.
"Tidak! Aku melakukan beberapa adegan untuk pengambilan serial untuk TV dan itu berakhir lebih cepat. Tapi enam sampai delapan Minggu dalam studio film, dan itu akan membuatku bosan dan menua di dalam sana."
Dygta tersenyum dalam ketidaksabarannya. Banker mendekat dan mengelus-elusnya. Tangan kirinya untuk mengelus, dan Dygta melihat bekas jarinya yang mulai samar menghilang. Dia mencoba mengingatnya, berharap teringat kembali. Namun, seperti dugaannya, ingatannya mengapung entah ke mana. Dia agak pusing memandangi Constan. Mungkin dia berpikir cincin itu ada hubungannya dengan Peters House.
"Tehmu yang nyaman membuatku terbang melayang ke langit ketujuh. Aku tidak akan makan malam lagi jika kembali ke kediaman keluarga Peters," ucap Dygta.
Constan berpaling memandangi jam besar. Dygta melihat mulut Constan membentuk huruf O, kebingungan. "Mereka sudah memulai makan malamnya jika aku kembali," seru Dygta. "Apa yang harus aku lakukan? Apakah Manner sudah kembali dari Plymouth?" tanyanya lagi.
"Aku rasa belum," kata Constan bersandar kembali pada kursinya dan mencicipi Chianti. Kemudian senyumannya terlihat jelas di bibir. "Apakah Manner mencemaskan dirimu?"
"Sedikit," wajahnya memerah saat melihat senyum Constan seperti itu dan segala pesona beberapa saat yang lalu pun lenyap sudah, seperti cahaya senja ditelan kegelapan malam. Dygta mulai menggigil, merasakan tubuhnya kedinginan, hawa permusuhan muncul lagi antara keduanya.
"Itu... merupakan cara dia, karena kau harus mengetahuinya. Itu bentuk tanggung jawab Manner terhadap diriku," jelas Dygta.
Constan diam saja, tak menanggapi. Ruangan itu kembali senyap, hanya ada bunyi api yang saling bergeretik. Banker bergerak mengangkat kepalanya, dia berbaring di kaki Dygta. Sekarang, Banker meletakkan kepalanya ke lutut Constan. Constan pun mengelusnya.
"Kau menyukai Manner, bukan? Apakah benar seperti itu, Dygta?!" tanya Constan setelah lama membisu.
...****************...
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments