Cinta Pertamaku

"Hari ini kau tidak kuliah?" tanya Amira setelah ibunya pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Keyla mengelengkan kepala. "Sedang tidak ada kelas."

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan saja," ajak Amira penuh semangat, "Aku sudah lama tidak pulang ke Indonesia, aku rindu suasana di sini."

Keyla masih terdiam, ia bingung untuk menolak atau mengiyakan ajakan Amira. Rasa-rasanya dia masih butuh waktu untuk sendiri.

Sampai saat ini bayang-bayang perlakuan buruk yang akan kembali diterimanya dari Bara, masih terus membebani pikiran Keyla.

"Ayolah ...." Amira menarik tangan Keyla.

Amira menyeret Keyla ke kamarnya, hingga akhirnya mau tidak mau Keyla pun menurut.

"Ganti pakaianmu, setelah itu kita berangkat!" suruh Amira setelah mereka sampai di kamar Keyla.

Keyla masih mematung di tempat, dia malah menatap Amira dengan sorot mata yang sulit diartikan. "Boleh aku bertanya padamu?"

"Tentu saja boleh, katakan saja!" sahut Amira

"Mengapa kau ingin berteman denganku?"

"Apa itu salah?"

Keyla menggeleng. "Tentu saja tidak, aku hanya sempat berpikir kau akan membenciu."

"Mengapa aku harus membencimu?" Amira mengerutkan dahi.

"Entahlah, kakakmu sangat membenciku, dia bahkan menuduhku yang tidak-tidak, aku takut kau juga akan ikut membenciku, sama sepertinya," keluh Keyla.

Amira menghela napas berat. "Mommyku bukanlah orang yang mudah ditipu, jika mommy percaya kau adalah orang baik, tentu aku pun akan mempercayainya. Jadi aku tidak punya alasan untuk membencimu."

"Terima kasih!" ucap Keyla merasa terharu.

"Ya sudah, kalau begitu cepat ganti pakaianmu. Setelah itu kita langsung berangkat," suruh Keyla

Setelah selesai mengenakan pakaiannya, Keyla pun meraih kacamata tebalnya untuk ia kenakan.

"Sepertinya matamu itu tidak bermasalah, mengapa kau harus mengenakan kacamata?" tanya Amira.

"Aku merasa kurang nyaman tanpa kacamata ini, mungkin karena sudah terbiasa."

"Sepertinya kita sama, aku juga tidak membutuhkan kacamata ini untuk melihat. Daddyku memberi kacamata ini, katanya agar aku tidak digoda oleh pria-pria brengsek," ujar Amira sembari tertawa renyah.

Keyla tersenyum mendengar perkataan Amira. "Dan kamu masih menggunakannya sampai sekarang!"

"Tentu saja, aku selalu memakainya karena ini benar-benar membuat pria hidung belang tidak melirikku!" cerocos Amira.

Keyla mengangguk. "Itu bagus, Karena kita memang harus bisa menjaga jarak dari pria seperti itu, dan kamu tetap terlihat cantik dengan kacamata itu."

"Kau berbohong, buktinya kacamata ini juga membuat pria yang aku sukai tidak melirikku." Kali ini Amira mengerucutkan bibirnya.

"Apa kau sedang jatuh cinta pada seorang pria?"

Amira mengangguk, dia lantas tersenyum sendiri ketika membayangkan wajah pria yang selama ini selalu menghiasi mimpi-mimpinya.

Tampan, baik, tapi sayangnya perasaan itu seperti bertepuk sebelah tangan.

"Iya, pria itu adalah cinta pertamaku. Sayangnya aku sudah lama sekali tidak berjumpa dengannya, dan aku rasa dia juga tidak akan menyukaiku, dia terlalu tampan dan pasti ada banyak gadis yang menyukainya."

Keyla mengusap bahu Amira, untuk menghibur hati teman barunya itu. "Kamu percaya jodoh, tidak? Jika dia memang ditakdirkan untuk menjadi jodohmu , maka Tuhan pasti akan mendekatkannya dengan jalan yang sama sekali tidak bisa kita tebak."

"Semoga saja perkataanmu itu benar. Ya sudah, kita lanjutkan ceritanya nanti saja, ayo kita berangkat!" ajak Amira.

Meninggalkan mansion keluarga William, mereka lantas menuju sebuah mall.

Keyla merasa jika berteman dengan Amira cukup menyenangkan, gadis ini tidak memandang sama sekali perbedaan status sosial di antara mereka.

Hari ini Keyla kembali menemukan keceriaannya. Bersama Amira, membuat dia perlahan melupakan luka yang bersarang di hatinya.

Beberapa jam berada mall, hampir semua toko pakaian dan aksesoris telah mereka masuki. Kini tangan bodyguard yang mengikuti mereka sudah penuh dengan belanjaan. Amira membeli setiap pakaian, tas, atau sepatu yang terlihat menarik baginya.

Sedangkan Keyla, sebenarnya dia tidak ingin membeli apa pun, dia merasa pakaiannya sudah banyak, dan semuanya masih layak untuk dikenakan.

Namun, setiap kali Amira membeli satu barang, dia juga membelikan untuk Keyla.

"Kalian terlihat kesusahan membawanya, Antarkan saja belajaan ini ke mobil, dan tunggu kami di sana saja," perintah Amira pada bodyguard.

Mendapat perintah tersebut, dua orang pria berbadan tegap yang mengikuti mereka langsung mengangguk cepat.

Entah karena memang patuh, atau mungkin bisa jadi kedua bodyguard itu sudah jenuh berkeliling mall. Apalagi mereka harus membawa begitu banyak barang di tangan masing-masing.

"Aku lapar, ayo kita cari tempat makan!" ajak Amira.

"Aku pun sama ...." Keyla terkekeh.

Saking asiknya belanja mereka sampai lupa jika kampung tengah sudah berdemo sejak tadi.

Mereka masuk ke sebuah restoran cepat saji, dan memesan makanan sesuai selera masing-masing.

Saat menunggu pesanan datang, Amira melihat sosok pria tersenyum ke arahnya.

Dengan langkah pasti pria itu berjalan mendekat, hal ini memaksa jantung Amira berdebar lebih kencang.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

my name

my name

yg datang pasti diego, jangan jangan amira suka sama diego🤔

2023-02-28

0

diah nursanti

diah nursanti

ceritanya bagus,,lanjutkan Thor

2023-02-26

0

Irna Felya Az-zaraa

Irna Felya Az-zaraa

maaf kak author aku cuma bisa like dan komen yg lain gk bisa karna hp aku jaringan nya tak bagus E jaringan nya maaf ya

2023-02-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!