Kehidupan Keyla

Ibu Rita berjalan mendekat, duduk di samping Keyla, lalu mengusap pundak putri semata wayangnya yang tengah murung itu dengan lembut.

Sebagai seorang ibu, dia tidak tega melihat Keyla harus pontang-panting memikirkan nasib keluarga.

Namun, harus bagaimana lagi? Keadaan seolah memaksa Keyla untuk berada di posisi sulit seperti sekarang.

"Apa kondisi ayah ada perkembangan, Bu? tanya Keyla sembari merapatkan posisi dengan ibunya.

Ibu Rita menggelengkan kepala, wajahnya terlihat sendu karena diliputi rasa cemas.

"Tunggulah sebentar lagi, dokter yang merawat ayahmu akan datang untuk melakukan pemeriksaan lanjut," jawab ibu Rita dengan kepala tertunduk.

Wanita ini tahu kondisi suaminya semakin memburuk, tapi dia tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya pada Keyla, jadi dia memilih biar dokter saja yang menjelaskan.

Setelah itu suasana di ruang rawat tersebut menjadi hening, dua orang ibu dan anak itu tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

Tak lama kemudian dokter yang menangani orang tua Keyla datang, dia segera melakukan pemeriksaan.

Selesai dengan pekerjaannya, dokter itu berjalan mendekati Keyla dan ibunya.

"Ibu bisa ikut ke ruangan saya? Ada beberapa hal penting yang harus saya sampaikan," ujar pria berjas putih tersebut kepada ibu Rita.

Deg!

Jantung Keyla berdebar-debar, ia yakin sekali dokter itu akan menjelaskan sesuatu yang genting, sampai mengajak untuk bicara di ruangannya.

Keyla dan ibunya saling tatap untuk beberapa saat. Kesedihan terlihat jelas di mata keduanya.

"Kamu saja yang ikut, Key. Lagi pula ibu kurang mengerti apa yang nanti akan dikatakan dokter, biar ibu di sini saja menjaga ayahmu," ujar ibu Rita pada putrinya.

"Baiklah, Bu," sahut Keyla.

Dia lantas mengekor dari belakang, menuju ruang kerja dokter tersebut.

"Silahkan duduk, Nona." Dokter setengah baya pemilik mata teduh itu mempersilakan dengan ramah.

Keyla mengangguk.

"Terima kasih, Dok," sahut Keyla seraya duduk di kursi yang ada di depan meja pak dokter.

"Nona, dengan berat hati saya harus menyampaikan. Saat ini kesehatan orang tua Anda sudah tidak bisa ditangani dengan cuci darah, kita harus melakukan operasi transplantasi ginjal secepatnya." Dokter itu mulai menjelaskan dengan hati-hati.

"Kebetulan pihak rumah sakit sudah menemukan pendonor yang cocok untuk pasien. Kami sudah melakukan tes X-Ray untuk mengetahui kondisi pendonor, ginjalnya sangat sehat."

"Kami juga sudah melakukan tes kecocokan golongan darah antara pendonor dan pasien sebagai penerima, ditambah cek human leukocyte antigen typing (HLA typing), semuanya cocok."

Keyla menutup mulut rapat-rapat, membuka telinga lebar-lebar ketika mendengarkan penjelasan yang panjang lebar dari dokter tersebut.

"Sekarang hanya tinggal menunggu persetujuan dari keluarga pasien. Setelah itu, operasi pencangkokan ginjal bisa segera dilakukan." Dokter itu mengakhiri penjelasannya.

"Kira-kira biaya operasinya berapa ya, Dok?" tanya Keyla dengan suara pelan.

"Biaya transplantasi ginjal ini membutuhkan biaya 750 juta. Namun, alangkah baiknya jika Nona menyiapkan uang lebih, sebagai persiapan untuk biaya tak terduga. Jadi saya sarankan Nona menyediakan uang satu miliar untuk berjaga-jaga," saran Dokter tersebut.

Mendengar dokter itu menyebut angka satu miliar, membuat Keyla seperti tersambar petir di siang bolong.

'Satu miliar? Di mana aku harus mencari uang sebanyak itu?' lirih Keyla dalam hati.

Bagi Keyla, uang sebanyak itu adalah nominal yang hampir mustahil untuk disediakan.

Dia termenung, matanya menerawang jauh, memancarkan sorot yang sulit diartikan.

"Nona!" Dokter itu membuyarkan lamunan Keyla.

"Eh, iya, Dok. Maaf," sahut Keyla terkaget, saat dokter itu menatapnya lekat-lekat.

"Nona silakan berpikir dulu baik-baik. Setelah itu Nona bisa menghubungi saya, tapi saya sarankan untuk secepatnya. Demi kebaikan pasien sendiri," ujar Dokter itu, yang dijawab anggukan oleh Keyla.

"Baik, Dok. Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Keyla.

Ia segera meninggalkan ruangan tersebut setelah mendapat anggukan.

Keyla berjalan dengan langkah gontai, pikirannya melayang jauh, hanya karena mengingat nominal satu miliar yang diucapkan dokter tadi.

Itu nominal yang sangat banyak, bahkan belum pernah Keyla lihat dengan mata kepalanya sendiri.

Keyla tiba di ruang rawat ayahnya, dia melihat ibu Rita sedang duduk gelisah, seolah tak sabar menunggu berita yang akan dibawa Keyla dari ruangan dokter.

"Apa yang dikatakan dokter?" tanya ibu Rita begitu melihat putrinya kembali.

"Kata dokter, ayah harus segera naik meja bedah, untuk transplantasi ginjal, Bu," sahut Keyla dengan suara yang terdengar parau.

Keyla langsung memeluk ibunya dengan erat.

"Kata dokter, biaya operasinya satu miliar," ujar Keyla lagi, diiringi air mata yang kini mulai mengalir di pipinya.

Ibu Rita semakin tertunduk lesu ketika mendengar penjelasan dari putrinya, menyediakan uang satu miliar adalah sesuatu yang mustahil bagi keluarga mereka.

Ibu Rita melepas pelukan Keyla. Dia kembali duduk di kursi yang ada di samping ranjang sang suami, diraihnya tangan pria yang terbaring lemah itu dan digenggamnya dengan erat.

Sementara Keyla menyusul dan berdiri di samping ibunya, ditatapnya sang ayah yang terbaring sakit dengan perasaan tersayat

Ibu Rita menoleh ke samping, "Sayang, hari ini kamu ada kelas siang, kan? Sana berangkat ke kampus!"

Keyla mengangguk, dia mengambil tas lalu pamit pada sang bunda untuk berangkat kuliah.

Keyla meninggalkan ruang rawat dengan langkah gontai. Tubuh dan pikirannya lelah, matanya terlihat sembab kerena kurang tidur, setiap dua hari sekali Keyla dan ibunya harus bergantian begadang demi menemani sang ayah yang tengah sakit keras.

Keyla berjalan dengan terburu-buru menuju gerbang depan rumah sakit. Tak lama kemudian taksi online yang dipesannya pun datang, dan ia segera masuk ke dalam mobil tersebut.

"Ayo, Pak ... tolong agak cepat, ya!" pinta Keyla, dia takut terlambat masuk kelas.

"Baik, Non. Sesuai aplikasi, kan?" tanya supir itu memastikan.

"Iya pak, minta tolong cepat ya," ulang Keyla.

Supir itu segera memacu mobilnya dengan cepat, menuju salah satu perguruan tinggi terkenal yang ada di Jakarta.

Hari ini Keyla tidak ingin terlambat sedetik pun, sebab dosen pemateri kelas siang ini adalah dosen yang paling menyebalkan di kampusnya.

Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, mobil yang ditumpangi Keyla pun tiba di depan gerbang kampus. Dia segera turun setelah membayar ongkos taksi tersebut.

"Heemm ... hampir aja!" gumam Keyla dalam hati saat melihat jam di tangannya.

Keyla menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan cepat, untung saja dia tidak terlambat.

Selanjutnya gadis cantik yang tidak terlalu peduli pada penampilan ini berlari kecil menuju kelasnya.

Setelah kelasnya selesai, Keyla ingin pergi menuju kantin, perutnya sudah kelaparan meminta diisi sejak tadi.

Namun, baru beberapa langkah meninggalkan kelas, terdengar suara memanggil dengan nada tinggi, "Keyla, kemari kamu!"

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!