Seperti Putri

Saat pertama kali menginjakkan kaki di ruangan depan, Keyla kembali tertengun menatap berbagai furniture mewah yang mengisi setiap sudut ruangan.

"Pak Maman, tolong antarkan Nona Keyla ke kamarnya," perintah Riri kepada pak Maman, kepala pelayan di mansion tersebut.

"Nona Keyla, silakan beristirahat. Jika ada yang Nona butuhkan, katakan saja pada Pak Maman, atau Nona juga bisa menghubungi saya." Riri memberikan sebuah kartu nama lalu segera pamit undur diri.

"Mari, Nona, biar saya antar ke kamar," ujar pak Maman seraya mengangkat tas berisi pakaian milik Keyla.

"Eh, jangan, Pak. Biar saya bawa sendiri aja tasnya," cegah Keyla yang merasa tidak enak hati.

Keyla tidak ingin diperlakukan seperti seorang putri yang harus dilayani. Terlebih dia juga cukup sadar jika statusnya di mansion ini hanyalah menumpang.

"Tidak apa-apa, Non. Ini memang tugas saya," sahut pak Maman seraya melangkah menaiki tangga, sedangkan Keyla mengekor di belakangnya dengan rasa cangung.

Keyla dipersilakan masuk ke sebuah kamar yang telah dipersiapkan untuknya.

Setelah meletakkan barang bawaan Keyla, Pak Maman segera pamit meninggalkannya.

Di kamar yang memiliki ukuran nyaris sebesar rumah lamanya itu, Keyla merebahkan diri di ranjang empuk.

Keyla menghela napas panjang, mencoba untuk meyakinkan dirinya, bahwa apa yang ia alami saat ini bukanlah mimpi.

Setelah berisirahat beberapa lama, Keyla memutuskan untuk Mandi. Dia ingin merefresh pikiran, setelah menangis sejadi-jadinya saat melepas kepulangan orang tuanya di terminal tadi.

Saat memasuki kamar mandi Keyla kembali dibuat tercengang oleh kemewahannya, bahkan pernak-pernik di dalamnya terbuat dari bahan berlapis emas.

"Gila, rumah sultan andara aja kalah jauh ini mah," gumam Keyla.

Setelah selasai mandi, Keyla menghabiskan waktu untuk memeriksa tugas kuliahnya. Tanpa terasa hari pun mulai gelap, dan Keyla merasa perutnya mulai lapar.

Keyla keluar dari kamar, menuruni anak tangga menuju lantai satu. Ditatapnya sekeliling ruangan mansion yang sangat besar itu dengan rasa bingung.

'Kira-kira dapurnya di sebelah mana ya?'

Keyla mendudukkan dirinya di sofa menunggu kalau ada pelayan yang datang, dan memberitahu di mana letak dapur mansion.

"Huh ...." Keyla menghela napas berat.

Sudah beberapa menit berlalu, tapi dia belum melihat ada pelayan atau siapa saja yang bisa ditanyainya.

Untuk saat ini Keyla hanya bersabar di tengah perutnya yang sudah berdemo. Dia tidak punya pilihan, daripada harus tersesat di dalam sebuah rumah seperti dalam drama-drama korea yang sering ia tonton

Hal seperti itu sangat memalukan jika terjadi di dunia nyata, apalagi jika ia sendiri yang mengalaminya.

"Cepatlah ada yang datang, cepatlah! Aku sudah kelaparan," rutuk Keyla.

"Mengapa tidak ada yang datang, sepi sekali rumah ini, apa jangan-jangan ini istana hantu." Mata Keyla kembali memperhatikan setiap sudut ruangan sambil bergidik ngeri.

Sampai akhirnya Keyla mendengar derap langkah yang datang mendekat, barulah seulas senyum terbit di wajah cantiknya.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya Riri yang melihat Keyla begitu sumringah menyambut kedatangannya.

"Bisa tolong tunjukkan di mana dapur rumah ini, aku sudah kelaparan," ujar Keyla yang masih memegangi perutnya.

"Mari, Nona." Riri menuntun Keyla dengan berjalan lebih dulu, Keyla pun mengekor di belakangnya, "Aku rasa bi Inah lupa memberitahumu, Nona."

"Memberi tahu apa?" tanya Keyla bingung.

"Di mansion depan ini tidak ada dapurnya, dapur dan ruang makan ada di mansion belakang," ucap Riri seraya terus berjalan menuju arah belakang mansion.

Mansion depan dan mansion belakang dipisahkan oleh sebuah taman, ditumbuhi berbagai bunga yang sangat indah, tempat ini seperti sengaja didesain sebagai tempat bersantai keluarga.

"Nona silakan makan dulu, saya akan menunggu di mansion depan, ada yang ingin saya sampaikan," ucap Riri setelah mengantar Keyla menuju meja makan.

Setelah selesai makan, Keyla menghampiri salah seorang pelayan yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.

"Bi, kenapa rumah yang di depan itu sepi sekali? tanya Keyla penasaran.

"Semua pelayan memang tinggal di mansion belakang ini, Non. Mansion depan hanya dikhususkan untuk keluarga."

"Mengapa begitu, Bi? tanya Keyla lagi.

"Bibi juga tidak mengerti, memang sudah seperti itu sejak bibi bekerja di sini," jawab bi Inah.

Keyla mengangguk, sesaat kemudian wajahnya berubah pucat karena teringat sesuatu. "Bukankah tante Kyara sedang di luar negri, Bi?"

"Iya, Non. Nyonya sedang menjemput Nona Amira, katanya Nona Amira mau pindah kuliah di sini."

"Dan itu artinya- ...." Keyla tidak berani meneruskan kata-katanya, karena ia sudah bergidik ketakutan membayangkan apa yang ada di pikirannya.

Bi Inah mengkerutkan dahi melihat reaksi Keyla. "Nona tenang aja, Nona Amira itu orangnya baik, sama seperti Nyonya. Kalian pasti bisa berteman baik, lagi pula sepertinya kalian seumuran."

"Bu-bukan ... itu maksudku, Bi. Karena Tante Kyara sedang di luar negri, itu artinya di rumah depan hanya- ...." Keyla kembali menahan ucapannya.

"Ppppttt ...."

Bi Inah menahan Tawanya, kali ini dia sudah mengerti maksud ucapan Keyla.

"Aman kok Non, walaupun semua pelayan ada di mansion belakang, tapi masih banyak pengawal yang berjaga di depan. Masa gadis jaman sekarang masih takut hantu," lanjut bi Inah yang disusul tawa keras.

Keyla memberengutkan wajah. "Ya udah deh, Bi. Aku permisi ke depan dulu," pamitnya.

Keyla menuju mansion depan, untuk menemui Riri yang sudah menunggunya di ruang tamu.

"Silakan duduk, Nona." Riri menunjuk sofa yang berhadapan dengannya.

Keyla mengganguk patuh. "Apa yang ingin Nona bicarakan?"

"Nyonya besar meminta saya untuk memberikan ini." Riri meberikan sebuah amplop berisi kartu ATM kepada Keyla, "Nomor PIN-nya ada di dalam sana. Nanti Nona bisa menggantinya sesuai dengan keinginan."

"Apa ini?" Keyla meletakkan kembali kartu ATM tersebut ke atas meja sembari menatap Riri, seolah meminta penjelasan.

"Nona pasti sudah tahu yang barusan Anda pegang itu apa!" sahut Riri datar.

"Iya, aku tahu itu kartu ATM. Maksudku, kenapa Tante Kyara memberikanku ATM? Aku di sini hanya menumpang, dan aku juga tidak bekerja padanya."

"Nona ambil saja kartu itu. Nyonya besar pasti akan marah jika Nona menolak pemberiannya. gunakan ATM itu untuk membeli semua kebutuhan Anda."

Keyla mengambil kembali kartu ATM tersebut dengan ragu-ragu. "Baiklah ...."

'Kita lihat saja, Nona. Jika kau memang gadis baik seperti yang aku pikirkan. Kau pasti akan menggunakan kartu itu dengan bijak,' gumam Riri dalam hati.

"Oh, ya, Nona. Nyonya besar mengatakan kepulangannya masih sekitar seminggu lagi. Jadi sebelum nyonya besar pulang, beliau berharap Anda bisa menjaga diri dengan baik. Saat ini Anda adalah tanggung jawab Nyonya Besar, karena orang tua Nona sudah menitipkan Anda kepadanya," ucap Riri dengan nada bicaranya yang selalu datar.

"Aku janji tidak akan membuat masalah untuk tante Kyara," jawab Keyla.

"Apa Nona bisa menyetir?"

Keyla menggelengkan kepala, sembari memasang wajah penuh tanya.

"Nyonya sudah menyiapkan mobil untuk Anda gunakan. Jika Nona tidak bisa menyetir, Anda bisa meminta supir yang ada di mansion ini untuk mengantar Anda ke mana-mana," jelas Riri.

Keyla mengangguk, meski sebenarnya dia ingin sekali menolak fasilitas yang diberikan oleh sahabat ibunya itu.

"Ada yang ingin Anda tanyakan, Nona?"

Keyla menggeleng.

"Baiklah, jika ada yang Anda butuhkan, silakan hubungi saya," ujar Riri, kemudian pamit undur diri.

Setelah Riri pergi, Keyla pun hendak kembali ke kamarnya. Dia memindai setiap sudut mansion yang dapat dijangkau oleh netra mata.

"Ya Tuhan, semoga saja di sini aku tidak dimakan hantu," gumam Keyla.

Dia bergidik ngeri membayang harus tinggal seorang diri di mansion besar tersebut selama kurang lebih satu minggu kedepan.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!