Tidak Punya Hati

Gombalan Diego membuat Keyla tersipu malu, dia tidak tahu harus berkata apa.

Sementara itu Amira menatap keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.

'Mereka benar-benar akrab, dan sepertinya kak Diego menyukai Keyla, aku memang tidak pernah ada di hatinya,' batin Amira.

"Apa kalian bersaudara?" tanya Keyla mengalihkan pembicaraan.

Meski Keyla menyimpan ketertarikan pada Diego, tapi dia tidak ingin membahas masalah yang terlalu pribadi.

Apalagi mereka baru bertemu sebanyak dua kali saja.

"Ya, kami memang sudah seperti saudara, orang tua kami bersahabat. Aku sangat menyayangi Amira, dia adik perempuan kami satu-satunya," jawab Diego.

'Saudara! Adik!' desah Amira dalam hati.

Mereka lanjut mengobrol santai sembari menunggu waitress datang membawakan pesanan. Keyla dan Amira menunggu sampai pesanan Diego datang, baru setelahnya mereka melakukan santap siang bersama.

***

Mansion Keluarga William.

Keesokan paginya keluarga William dan Keyla sedang berkumpul di meja makan.

Sarapan pagi kali ini terasa lebih hangat, sebab Bara tidak lagi mengintimidasi Keyla dengan tatapannya yang menyebalkan.

Mungkin karena dia sudah mendapatkan ceramah panjang dari Nyonya Kyara.

"Key, hari ini pak Ujang sedang libur kerja, jadi kamu pergi kuliahnya biar diantar Bara, ya!" Nyonya Kyara memberitahu bahwa supir yang biasa mengantar Keyla sedang ada acara keluarga.

"Apa?" sentak Bara dengan mata terbelalak, "Yang benar saja, Mom!"

Sementara itu Keyla mencoba bersikap tenang. "Tidak perlu, Tante. Biar aku berangkat kuliah menggunakan angkutan umum saja, lagi pula sejak dulu aku sudah terbiasa menggunakan angkutan umum."

"Tidak, Nak. Bara harus mengantarmu," tegas Nyonya Kyara.

"Mom, dia bilang sudah terbiasa naik angkutan umum, jadi biarkan saja!" Bara menyela.

Keyla yang jengah mendengar perdebatan, buru-buru berdiri dari tempat duduknya.

"Benar, Tante. Aku menggunakan taksi saja, aku pamit Tante." Keyla mencium punggung tangan nyonya Kyara, lalu segera pergi dari ruang makan tersebut.

Nyonya Kyara menatap tajam pada Bara yang masih diam di tempat.

"Mengapa kau masih duduk di situ? Cepat susul Keyla," perintah nyonya Kyara sembari melotot kesal.

"Mom ...."

"Bara!" Nyonya Kyara semakin menajamkan pandangannya.

"Ah, baiklah, dasar diktator!" Bara mengumpat kesal, meski begitu dia tetap bergerak menyusul Keyla.

"Baiklah gadis sialan! Kau boleh menang sekarang, tapi aku tidak akan tinggal diam. Akan aku ikuti permainanmu," gumam Bara sambil berusaha menahan geram.

Lalu kaki panjang itu berjalan dengan cepat, mengejar Keyla yang saat ini sudah sampai di halaman mansion.

"Hey ... tunggu!" teriak Bara.

Keyla tidak menggubris panggilan Bara, dia malah mempercepat langkahnya.

Keyla sudah tiba jalan, sembari terus melangkah, dia berharap segera ada taksi yang lewat. Taksi yang akan menyelamatkannya dari monster bernama Bara itu.

Sayangnya Keyla kurang beruntung, tidak ada taksi yang lewat pagi ini.

Tiin ... tiiiinn!

Suara klakson mobil mengagetkan Keyla.

Bara menurunkan kaca mobilnya. "Cepatlah naik gadis sialan!"

Alih-alih menurut, Keyla semakin mempercepat langkahnya.

"Sialan ... beraninya gadis ular itu menolakku," geram Bara.

Dia kembali menginjak pedal gas untuk mengejar Keyla.

"Naiklah, sebelum aku berubah pikiran!" teriak Bara.

"Pergi sana! Aku tidak mau diantar monster sepertimu," balas Keyla dengan ketus.

"Sial, monster katanya? Berani sekali gadis sialan ini mengataiku!" Bara semakin kesal.

Bara turun dari mobilnya kemudian mencengkram lengan Keyla dengan kasar.

"Lepaskan, mengapa kau selalu menggangguku." Keyla meringis sakit, dia berusaha menepis tangan Bara.

"Gadis ular sepertimu memang harus diberi pelajaran, agar berhenti berpura-pura polos! Dan kau juga sudah berani mengataiku monster!" geram Bara.

Tidak sampai di situ, Bara juga dengan tanpa perasaan mendorong Keyla hingga tersungkur di trotoar.

"Kau ini benar-benar menjijikkan, kau sudah memperdaya mommyku, sampai-sampai mommy menyuruhku untuk menjadi supirmu, sialan!" Bara tampak puas melihat Keyla kesakitan.

Keyla hanya bisa merintih meratapi nasibnya saat ini. Sakit di kakinya karena mencium trotoar tidak seberapa, jika dibanding sakit di hatinya karena perkataan kasar Bara.

"Hiiks ... aku tidak pernah meminta tante Kyara agar kamu mengantarku kuliah! Tante sendiri yang menyuruhmu. Aku juga sudah bilang, kamu tak perlu repot mengantarku, kamu bisa langsung pergi tanpa harus menggangguku. Tapi mengapa kamu malah mengikutiku, dan mengasariku seperti seperti ini?" isak Keyla dengan berlinangan Air mata.

"Ini pelajaran untuk gadis ular sepertimu! Apa kau pikir aku benar-benar berniat untuk mengantarmu? Ciih, yang benar saja! Sekarang aku sudah sedikit puas bermain-main, pergilah ke kampusmu menggunakan taksi!"

Bara melangkah kembali ke mobilnya, lalu pergi meninggalkan Keyla begitu saja.

Keyla berdiri dengan susah payah, dia meraih tasnya yang terlempar sedikit jauh. Keyla meratap sambil menghapus kotoran dan juga darah yang mengalir dari lulutnya.

"Sabar, Key. Hanya satu tahun, setelah wisuda nanti, kamu tidak akan berurusan dengan monster itu lagi." Keyla menghibur diri sendiri.

Namun, saat memikirkan waktu satu tahun, membuat Keyla merasa miris. Itu waktu yang sangat lama untuk hidup seatap bersama seorang monster.

Bagaimana dia akan menjalaninya?

Sedangkan seminggu saja, monster itu sudah membuat hidup Keyla menderita seperti ini.

Sayangnya Keyla tidak punya pilihan, nyonya Kyara pasti akan bersikeras untuk tidak membiarkan Keyla pergi.

Jadi perlakuan apa pun yang Keyla terima dari Bara, dia harus sabar. Tak ada luka yang tak sembuh, tak juga ada penderitaan tanpa akhir. Itulah yang ada di pikiran Keyla.

Sementara itu Bara melajukan mobilnya dengan pelan. Sebenarnya terbesit rasa bersalah di hati kecil Bara, karena sudah memperlakukan Keyla sekasar tadi.

Hanya saja arogansi di pikirannya menolak semua perasaan bersalah yang datang dari hati.

Bara terus memperhatikan Keyla melalui kaca spion.

Hati dan logikanya saling menyalahkan. Hatinya mengatakan, tidak pantas seorang pria memperlakukan wanita dengan kasar.

Bukankah ibunya juga seorang wanita? Lalu apa perasaan ibunya jika tahu anaknya menyakiti wanita lain dengan kejam?

Di sisi lain logika Bara menolak semua itu. Keyla adalah wanita ular, dia pantas diperlakukan dengan kasar. Wanita penipu seperti itu, mana pantas diperlakukan dengan baik!

Perasaan Bara terus berkecamuk.

"Kasihan juga dia! Apa aku putar saja dan mengantarnya ke kampus?" gumam Bara di tengah rasa bimbang yang melanda pikirannya.

Bara menghentikan laju mobilnya, dan kembali melirik kaca spion, dia semakin kasihan ketika melihat Keyla terus berjalan kaki.

Ketika sudah memutuskan untuk mengantar Keyla. Bara melihat mobil sport yang sangat ia kenali berhenti tepat di samping Keyla

Kemudian seorang pria turun dari mobil tersebut, dan langsung menghampiri Keyla.

"Sial, apa dia mengenal wanita ular itu? Ah sudahlah, apa peduliku!" Bara kembali melajukan mobilnya, kali ini dengan kecepatan tinggi.

Bersambung ....

Ikuti terus kisah selengkapnya ya, jangan lupa dukung author dengan meninggalkan like dan komentar.

Vote sama hadiahnya juga, hehe ....

Salam hangat!

Terpopuler

Comments

my name

my name

barra sebentar lagi kamu bakalan bucin sama keyla

2023-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!