Keyla menoleh, sosok yang memanggilnya adalah seorang wanita berpakaian formal.
Keyla menghela napas berat, sebab dia dapat menebak perihal apa yang membuat wanita itu memanggilnya.
"Kamu ikut ke ruangan ibu!" ujar wanita tersebut.
Keyla mengangguk, lantas mengekor wanita itu dari belakang. Wanita ini adalah pegawai administrasi dan keuangan di kampus Keyla.
Begitu tiba di ruangan, dan dipersilakan duduk. Pertanyaan yang sudah dapat ditebak oleh Keyla langsung meluncur dari mulut wanita tersebut, "Keyla, kapan kamu akan melunasi uang semester?"
Keyla menundukkan kepala, dia sendiri tidak tahu kapan ada uang untuk membayarnya.
Wanita itu menatap Keyla lekat-lekat, sebenarnya dia iba dengan kondisi Keyla, terlebih Keyla adalah salah satu mahasiswi yang berprestasi.
"Key, pihak kampus sudah memberi keringanan selama satu semester. Sementara uang kuliah kamu sudah menunggak selama dua semester. Ibu sudah tidak bisa membantu lagi, dan jika kamu tidak juga membayar sampai akhir semester ini. Mohon maaf, kamu tidak diperbolehkan mengikuti ujian," ujar wanita pegawai administrasi tersebut.
Keyla menghela napasnya dengan berat. 'Di mana aku harus mencari uang itu?" lirihnya dalam hati.
"Keyla!" tegur ibu pegawai administrasi itu, karena lawan bicaranya terlihat melamun.
"Ma-maaf, Bu," sahut Keyla tergagap dengan kepala yang masih tertunduk, "Saya berjanji akan segera mengusahakan uang tersebut dan membayar secepatnya."
Pegawai administrasi itu mengangguk seraya menatap Keyla dengan intens. "Baiklah, tapi kamu harus ingat, Key ... ini sudah memasuki akhir semester, kamu harus membayarnya dalam minggu ini juga."
"Baik, Bu," sahut Keyla, lalu pamit untuk keluar dari ruangan tersebut dengan langkah lesu.
Tadi biaya operasi, sekarang uang semester. Semua ini terlalu berat bagi Keyla, dan membuat kepalanya serasa ingin pecah.
'Ah, Dara!' gumam Keyla dalam hati, dan setitik harapan tiba-tiba memancar dari wajahnya.
Keyla teringat seorang teman dekatnya yang kemungkinan bisa memberi jalan keluar untuk masalah ini.
Setelah mengumpulkan sedikit semangat yang tersisa, Keyla akhirnya sampai di depan gerbang kampus.
Dia memesan taksi online dan langsung menuju kediaman Dara.
***
Apartemen Moore Avenue.
"Masuk, Key." Dara mempersilakan begitu tahu orang yang ada di depan pintu adalah sahabatnya sendiri.
Keyla dibawa menuju sofa di ruang tamu.
"Ada perlu apa? Kenapa gak ngasih tau dulu mau dateng?" cecar Dara.
"Ya, emang mendadak sih, Ra," jawab Keyla dengan nada lesu.
"Lo duduk dulu deh, biar gue ambilin minum!" ujar Dara seraya berlalu meninggalkan Keyla.
Tak lama kemudian Dara kembali dengan membawa segelas minuman di tangannya.
"Nih, lo minum dulu!"
Dara meletakkan gelas minuman tersebut di meja, Keyla meraihnya dan meminum satu tegukan.
"Muka lo kok murung gitu, ada masalah?" tanya Dara.
Gadis ini dapat melihat dengan jelas kesedihan di wajah Keyla.
Keyla adalah seorang gadis yang periang, pintar, polos, dan sedikit tertutup.
Dia tidak akan menampakkan kesusahan yang dialaminya kepada orang lain jika itu masih bisa ditahan. Keyla terbiasa memasang wajah ceria, tanpa ada yang mengetahui seberat apa beban yang sedang ia rasakan.
Namun, kali ini Keyla sudah tidak kuat menahannya sendiri.
"Gue ke sini mau minta bantuan lo, Ra," lirih Keyla pelan, matanya menatap sendu ke arah Dara.
"Ya ampun, Key. Lo mau minta tolong apa? Gue udah bilang .... selagi gue bisa, pasti gue bantu," sahut Dara.
Dia lantas memeluk Keyla, dan berharap dapat meringankan beban yang ada di pundak sahabatnya itu.
"Gini, Ra ... pelanggan lo kan banyak tuh, lo mau kan ngasih gue, satu ... aja!" Keyla memelas di dalam pelukan Dara.
"Whaaaat?" pekik Dara terkejut.
Seketika itu juga dia melepas pelukan, seraya memandangi Keyla dengan tatapan tidak percaya.
"Lo gila, Key?" Dara berharap yang salah adalah pendengarannya.
"Gue serius, Ra," jawab Keyla, ada tekat yang sudah bulat tergambar pada sorot matanya.
"Tunggu dulu!" Dara menghela napas sejenak, dia terlalu kaget mendengar pemintaan Keyla, "Okey, sekarang ceritain dulu masalah lo!"
Keyla tidak langsung menjawab, di menatap lurus ke depan, sorot matanya kosong. Tak lama setelah itu bulir-bulir bening mulai mengalir sendiri dari sudut matanya.
Setelah menyeka air mata, dan mencoba menguatkan hatinya, Keyla pun mulai membuka mulut, "Gue sadar kalau niat gue ini nggak bener, Ra ... tapi gue nggak punya pilihan lain. Bokap gue harus naik meja bedah untuk transplantasi ginjal ...."
"Gue gak mau kehilangan bokap gue, Ra. Dokter bilang operasi bokap gue harus dilakukan secepatnya," isak Keyla melanjutkan perkataannya yang sempat tertunda.
"Come here, Dear!" Dara merentangkan tangannya lebar-lebar, dan Keyla pun langsung menyusupkan diri ke dalam pelukannya.
"Jadi bokap lo harus operasi pencangkokan ginjal?" tanya Dara pelan, sembari mengelus punggung Keyla dengan lembut.
Keyla mengangguk lemah. "Iya, Ra ... dan gue bakal ngelakuin apa pun demi kesembuhan bokap gue."
"Biaya operasi bokap lo berapa emangnya? Sementara, lo bisa pake tabungan gue dulu," tawar Dara sembari menatap Keyla dengan tulus.
"Nggak, Ra ... tabungan itu buat modal lo nanti untuk keluar dari dunia yang sekarang. Gua gak mau pake tabungan itu." Keyla menggelengkan kepala.
"Gak apa-apa, Key. Gue masih muda, gue masih bisa bertahan di dunia kotor ini selama beberapa tahun kedepan. Besok kita ambil tabungan gue ya," bujuk Dara.
Dia menatap Keyla dengan tegas, tidak ingin mendengar bantahan.
"Tapi biaya transplantasi ginjal bokap gue itu satu miliar," lirih Keyla.
"Satu miliar?" Dara terpekik dengan mata terbelalak, dia memijat kepala sendiri yang kini mulai terasa pusing.
Dara terdiam untuk sesaat sebelum berkata, "Gue mau bantuin lo, Key ... tapi tabungan gue nggak sampai segitu. Tabungan gue paling cuma tiga ratus juta, ditambah kalau mobil gue dijual, tetap masih belum cukup," sesal Dara.
Dia merasa menyesal karena saat dibutuhkan oleh sahabatnya, tapi malah tidak dapat memberi jalan keluar.
"Ra, lo gak perlu berkorban segitunya demi gue, jalan satu-satunya ya cuma itu!" sahut Keyla keukeh.
Dara menatap Keyla lekat-lekat, kemudian mencoba mengingatkan, "Key, coba lo pikir baik-baik dulu. Ngebuka jalan buat elo masuk ke dunia kotor ini adalah hal yang sangat mudah buat gue, tapi lo harus ingat. Itu duit satu miliar, lho! Mana ada orang yang mau bayar segitu banyak? Gue cuma takut, lo udah terjerumus, tapi biaya operasi bokap lo tetap nggak cukup."
"Tapi gue gak punya jalan lain, Ra ... plis, kasih gue satu pelanggan lo," lirih Keyla, keputusannya tampak sudah tidak bisa dicegah lagi.
Melihat tekat Keyla yang sudah sangat bulat, Dara pun hanya bisa menghela napas berat. "Oke, gue bantuin elo, Key. Tapi ingat, apa pun yang terjadi sama lo ke depannya, gue harap lo jangan nyesal sama keputusan ini!"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
my name
akhirnya pasti jalan kotor yg ditempuh 😢
2023-02-28
0