Dia Pria yang Baik

Keyla menyambut uluran tangan pria itu, dan ia pun berdiri.

"Terima Kasih," tutur Keyla.

"Aku Diego." Pria blasteran dengan wajah rupawan itu memperkenal diri.

"Aku Keylani, maaf aku sedang buru-buru!" Setelah menyebut namanya, Keyla bergegas ingin pergi.

Namun, kondisi Keyla yang terlihat acak-acakan, membuat Diego menjadi penasaran.

"Sebentar, Nona. Apa kau baru saja mengalami hal buruk?" Diego menghalangi langkah Keyla.

Keyla menggeleng. "Tidak ada, maaf, aku harus pergi."

Kali ini Diego tidak menghalangi Keyla lagi, dia membiarkan Keyla pergi sesuai keinginan.

Sekarang Keyla sudah berada di luar gedung. Dia merasa malam ini benar-benar sial, selain harus bertemu monster mengerikan seperti Bara, ponselnya juga mati sehingga tidak meenghubungi Dara ataupun memesan taksi online.

Ketika ada orang yang lewat, Keyla mencoba meminjam ponsel mereka untuk menghubungi Dara. Sayangnya semua orang yang dia temui malah mengabaikan, mereka tidak ada yang peduli pada kesusahan Keyla.

Kini Keyla hanya bisa pasrah, sudah hampir dua jam dia duduk di pinggir jalan. Merenungi nasib sambil berharap ada taksi yang lewat.

"Nona, apa kau butuh tumpangan?"

Suara itu membuat Keyla mendongak, beberapa meter darinya berhenti sebuah mobil sport mewah dan di dalamnya ada pria yang ditabraknya tadi.

Pria itu turun dari mobil, mendekati Keyla, dan mengulangi pertanyaan sama, "Apa kau butuh tumpangan, Nona?"

Keyla menggeleng. "Tidak, kau pergi saja duluan!"

Mereka tidak saling mengenal, bagaimana kalau pria itu adalah orang jahat? Bagaimana kalau dia diperkosa? Atau mungkin akan dijual sebagai budak ke luar negri?

Berbagai pikiran buruk itu datang dengan sendirinya memenuhi kepala Keyla, dan membuatnya takut menerima tawaran tersebut.

Di Luar dugaan Keyla, Diego malah ingin pergi begitu saja. "Ya sudah, kalau begitu aku duluan!"

Keyla tercengang, dia segera mengejar pria tersebut. "Tunggu, apa kau masih mau memberiku tumpangan?"

Diego berbalik badan, dia menatap Keyla dengan sebelah alis mata terangkat. "Tadi kau menyuruhku pergi, kenapa sekarang berubah pikiran?"

"I-itu, tadi aku pikir kau adalah orang jahat," jawab Keyla dengan polosnya.

Diego terkekeh geli. "Lalu apa yang membuatmu berhenti berprasangka buruk padaku?"

"Kalau kau memang orang jahat, kau pasti akan memaksaku, tapi ternyata tidak," lirih Keyla.

Diego tersenyum gemas melihat tingkah lugu Keyla. "Ya sudah, ayo ikut!" ajaknya.

Diego membuka pintu penumpang, mempersilakan Keyla masuk, sebelum akhirnya duduk di balik kemudi dan melajukan mobilnya meninggalkan area tersebut.

Sepanjang perjalanan, Keyla hanya terdiam seribu bahasa. Dia tidak tahu harus bicara apa dan memulai dari mana.

"Mengapa kau bisa berada di apartemen tadi?" tanya Diego membuka percakapan.

"Aku dari apartemen teman, kami sedang mengerjakan tugas kuliah," jawab Keyla berbohong.

Diego mengangguk saja, dia sesekali melirik paha mulus Keyla sembari menelan ludah.

Bagian atas Keyla memang tertutup karena mengenakan jaket, tapi penutup bagian bawahnya sangat tipis dan sejengkal di atas lutut, sehingga mata setiap pria pasti sulit untuk beralih dari sana.

"Mengapa kau melirikku seperti itu?" tanya Keyla yang menyadari lirikan nakal Diego.

Dalam hatinya Keyla mengumpat, 'Semua pria sama saja, tidak bisa melihat yang mulus-mulus, pasti otaknya langsung kotor.'

"Karena kau terlihat sangat seksi, Nona!" jawab Diego tanpa berkelit. Bahkan dia kembali melirik Keyla sembari mengedipkan mata dengan nakal.

Jawaban Diego sontak membuat Keyla bergeser memepet pintu, risih bercampur takut datang dengan sendirinya membuat gadis ini kembali gelisah.

Keyla ingin menutupi pahanya yang terbuka, tapi dengan apa?

"Aku hanya bercanda, Nona. Tidak perlu takut seperti itu!" ujar Diego yang kemudian tertawa geli.

Dia memang tidak memiliki niat buruk, hanya saja paha mulus Keyla terlalu sulit untuk diabaikan oleh matanya.

Sebagai seorang pria normal, itu cukup wajar, bukan?

Setelahnya, Diego berusaha fokus pada jalanan yang ditempuh, dia tidak ingin membuat Keyla semakin berpikiran yang macam-macam.

Namun, Keyla masih terus bergerak gelisah. Hal ini membuat Diego tidak tahan untuk tidak menoleh. "Kenapa kau duduk seperti orang yang sedang bisulan?"

"Karena aku sedang PMS, dan aku tidak memakai pembalut," jawab Keyla dengan polosnya.

Keyla sengaja tidak menutupi kondisi dirinya. Terlebih dia berpikir hal itu bisa melindungi diri, jika Diego memiliki niat buruk.

"Whaaat?" pekik Diego.

Tak berselang lama, Diego melihat sebuah mini market 24-jam. Dia menghentikan laju mobil, lalu segera turun.

Beberapa menit kemudian, Diego kembali dengan membawa pembalut di tangannya. "Ini ambillah!"

Keyla menatap Diego dengan sorot mata tidak percaya.

"Kau baik sekali, terima kasih," tutur Keyla sembari menerima pembalut tersebut dari tangan Diego.

Pada titik ini, Keyla merasa Diego sangat peka terhadap wanita.

"Aku tidak sebaik itu, Nona. Aku hanya melindungi mobilku, agar tidak terkena tetesan darah kotormu," sahut Diego datar, dan kembali melajukan mobilnya.

Keyla mencebik dan menggerutu dalam hati, 'Dasar sombong, aku tarik kembali ucapanku barusan.'

"Lalu aku harus memakai ini di mana?" tanya Keyla.

Diego melirik Keyla sekilas. 'Gadis ini benar-benar polos,' pikirnya.

"Kau pakai saja di sini!" ujar Diego dengan acuh tak acuh.

"Apa kau sudah gila?" pekik Keyla.

Keyla tidak habis pikir, gadis sinting macam apa yang berani memakai pembalut di depan pria, apalagi pria yang baru dikenal.

Yang tidak disadari oleh Keyla, saat ini Diego sudah menghentikan mobilnya di sebuah SPBU.

"Maksudku di toilet SPBU ini, Nona." Diego menunjuk ke arah luar.

"Oh, di sini ya!" sahut Keyla dengan enteng, seraya turun dari mobil seolah tidak memiliki dosa.

Diego sampai menggeleng karena kelakuan Keyla. Menurutnya gadis itu terlalu polos, tapi di sisi lain juga sangat menarik.

Setelah Keyla kembali, mereka pun melanjutkan perjalanan. Kini cara duduk Keyla sudah tidak gelisah seperti sebelumnya, dia merasa lebih nyaman.

"Kau belum memberitahu alamatmu," ujar Diego.

Sejak awal perjalanan, mereka memang belum membahas tujuan.

Keyla menepuk dahi, merutuki kebodohan sendiri karena sampai lupa memberitahu hal yang seharusnya sangat penting. "Ah, iya, tolong antarkan aku ke apartemen Moore Avenue saja."

Untungnya saat ini mereka berada di jalan menuju apartemen yang disebutkan, jadi tidak perlu putar arah.

"Jadi kau tinggal di apartemen itu?" tanya Diego.

Keyla menggelengkan kepala. "Tidak, aku berjanji pada temanku untuk menginap di sana."

"Baiklah!" sahut Diego, dia kembali berfokus dengan kemudi mobil.

Mereka tidak bicara lagi, tapi Keyla sesekali melirik ke arah Diego. 'Tampan sekali dia, udah gitu baik lagi, dia bahkan tidak malu membelikan pembalut untukku.'

"Mengapa kau memandangiku seperti itu?" tanya Diego dengan suara sedikit tinggi, dan berhasil membuat Keyla terkaget.

"Karena kau tampan!" jawab Keyla spontan.

Satu detik setelahnya barulah Keyla sadar dengan apa yang ia ucapkan. Gadis ini sontak menutup wajahnya dengan telapak tangan, karena merasa sangat malu.

Bersambung.

Semoga kalian suka ya, jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!