Bab 20. Pencarian

Kami tiba saat hari menginjak petang. Saat semua telah berkumpul untuk mencari pendaki yang hilang termasuk orang tua dari Dinda Dan Andin datang ke lokasi. Bergegas Kami turun dari mobil kemudian aku melihat seorang beberapa pendaki yang duduk dengan wajah lemas. Aku yakin dia adalah kawan Dinda. Aku berlari menghampirinya untuk menanyakan keberadaan terakhir Dinda sebelum menghilang.

" Saya gak tau mas, waktu kumpul sebelum tidur di puncak Dinda sama Andin masih ada, pas saya cek besok paginya sudah nggak ada di tenda " Ucapnya.

" Lo ngecamp di mananya "ucapku menatapnya.

"Saya ngecamp di sebelah barat dari bendera mas"

Tak lama kami langsung menuju pintu rimba untuk memulai pencarian, tetapi langkah kaki tertahan oleh pihak Basarnas yang melarang kami masuk.

" Bapak tau slayer ini? , tolong izinin kami masuk untuk mencari kawan kami. " ucap Bang Nusa sembari menunjukkan sleyer.

Tak lama akhirnya kami di perbolehkan bergabung untuk mencari Dinda Dan Andin.

Hari telah malam, hanya headlamp yang menjadi penerangan kami. Langkah kami terus berjalan menyusuri lebatnya hutan. Tiap-tiap pos kami lewati satu persatu dengan sebuah teriakan menyebut nama Dinda dan Andin. Cukup lama kami berjalan hingga akhirnya kami tiba di puncak gunung kembang.

" Bara kamu sama Apoy pasang tenda sama masak , biar Lana sama gua yang nyari Dinda sama Andin " Ucap Bang Nusa.

Aku dan Bang Nusa mencari di sekitar puncak. Berteriak menyebut nama Dinda dan Andin. Cukup lama kami mencari dan berteriak menyebut namanya hingga kabut pun turun.

" Na kabut sudah turun kita istirahat dulu, besok kita lanjut lagi nyari Dinda " Ucap Bang Nusa.

Aku tak menghiraukan ucapan Bang Nusa. Langkah ku terus mencari sembari berteriak memanggil namanya.

" Na denger gua, kabut sudah turun kita istirahat dulu lo sudah capek. Gua yakin Dinda cewek kuat " ucapnya dengan nada tinggi.

Kali ini aku mendengarkan ucapan Bang Nusa untuk kembali ke tenda. Hati dan pikiran ku kacau sama sekali. Setiba ku di tenda, aku terdiam tak berkata apa-apa dengan baju yang telah basah oleh keringat.

" Makan nih na " ucap bang Apoy memberikan makanan.

" Aku gabisa makan bang, Dinda di sana pasti kelaparan sama kedinginan " ucapku lirih.

Beberapa kali Bara, Bang Nusa dan Bang Apoy membujukku untuk makan dan mengganti baju agar tidak terkena hipotermia.

" Na klo lo gak makan sama ganti baju, pasti lo besok sakit bisa-bisa lo mati kena hipotermia. Katanya lo mau nyari Dinda, percuma saja lo nyari sekarang kabut udah turun pandangan pun berkurang. Mending lo makan sekarang, malam ini usaha lo cuma berdoa na . Ucap Bang Nusa menenangkan.

Akhirnya aku pun menuruti omongan dari Bang Nusa. Setelah makan dan mengganti baju kemudian Bara dan yang lainnya pun memutuskan tidur. Aku tak bisa tidur malam itu fikiran ku kacau, aku menyesal telah mengizinkan Dinda mendaki.

" lo bodoh tolol banget na ngizinin Dinda mendaki " Ucap batinku.

Aku tak berhenti menyalahkan diriku sendiri yang terbaring di pojok tenda membelakangi kawan ku yang sedang tertidur. Hati ku sibuk mengucap doa, Fikiran ku sibuk memikirkan keadaan Dinda dan mataku sibuk mengeluarkan air mata. Cukup lama aku mengeluarkan air mata seraya berdoa hingga tak sadar aku pun tertidur.

Aku terbangun ketika sinar mentari muncul dari ufuk timur. Bergegas aku pun memasukkan beberapa makanan dan minuman ke dalam ransel kecil untuk bekal ku mencari Dinda. Tak lama Bang Nusa dan yang lainnya pun bangun dari tidur nya ketika melihat ku bersiap-siap di dalam tenda.

" Oke karna menurut info dari kawannya Dinda ia ngecamp di barat bendera, kemungkuninan kita nyari Dinda dari arah Barat kemudian melebar. gua bagi dua tim ,Gua sama Lana ke menyisir dari Barat ke Selatan, Bara sama Apoy menyisir dari Utara ke Barat Inget selalu berkomunikasi lewat handy Talky " Ucap Bang Nusa.

Kami menyetujui ucapan Bang Nusa, kemudian kami pun pergi sesuai rencana. Aku dan Bang Nusa menyusuri masuk hutan yang kian merapat. Kami harus menyingkirkan ranting dan dedaunan yang menghalangi jalan kami. Mulutku tak berhenti berteriak memanggil namanya secara terus menerus begitu juga dengan Bang Nusa yang terus berkomunikasi dengan Bang Apoy.

Cukup lama kami masuk menyusuri ke dalam hutan, hingga tak terasa hari pun kian sore.

" na ayo balik ke tenda sebentar lagi malem " ucapnya.

Ada rasa kecewa dan sedih hari ini karna pencarian kami tidak membuahkan hasil. Dengan berat hati aku pun menuruti saran dari Bang Nusa kembali menuju Tenda.

Akhirnya kami pun berkumpul di tenda, setelahnya Bara pun memasak. Aku yang masih duduk termenung di luar tenda tidak berkata sepatah kata pun. Lagi-lagi aku menyalahkan diriku atas kejadian ini.

" Gua yakin na Dinda bakal ketemu " Ucap Bara sembari memberiku makan.

" Iya Bar, aamiin " ucapku.

" Senjata kita adalah doa na, kita butuh keajaiban. Lo inget kan gua kecelakaan waktu SMA? Saat darah gua kehabisan stok tapi secara tanpa di sengaja darah lo cocok sama gua. Selalu ada harapan na " Ucap Bara menghiburku.

Aku tersenyum mendengar ucapan Bara, kali ini hatiku merasa sedikit tenang. Aku pun memakan makanan yang di beri Bara. Hingga tak lama aku pun tertidur dahulu karna rasa lelah.

\*\*\*\*\*\*\*\*

Aku duduk bersama Dinda yang sedang melihat mentari terbenam indah di atas gunung

" Sayang.... " ucapku

"iyaa sayangg.... " jawabnya.

" Aku kanget banget sama kamu " ucapku.

" Aku jugaa kangen kamu, trus Novel kamu gimana, kok belum jadi padahal kamu buat dari SMA?" jawabnya sembari tersenyum.

" Iya sebentar lagi jadi kok " ucapku tersenyum.

" Ceritain sedikit dong, aku pengen denger sayang " jawabnya memohon.

" Dulu di sebuah SMA terdapat murid yang suka merokok di kamar mandi " ucapku menceritakan.

Tak lama Dinda pun tertidur dalam dekapanku bebarengan dengan cahaya matahari yang menghilang. Aku pun membiarkan Dinda tertidur dan ketika aku ingin mengajaknya pulang aku mencoba membangunkan Dinda.

" Sayangg bangunn yuk pulang " ucapku.

" Kamu di sini aja ya sayang, aku mau pulang dulu dadaaa " jawabnya meninggalkanku sembari tersenyum.

" Sayang..Sayang.... Dindaaaaaa " ucapku memanggilnya.

Seketika aku berteriak terbangun dari tidur ku, hingga membangunkan semua kawanku.

" Kenapa na? " Ucap Bang Apoy.

" Gua mimpi Dinda Bang, Dia ngomong klo aku harus sabar. Perasaan ku gak enak bang" jawabku gelisah.

" Itu pikiran lo aja na, sampe ke bawa mimpi. Mending lo doa dulu deh sebelum tidur " Jawab Bang Apoy.

Kemudian Bang Apoy dan yang lainnya melanjutkan tidur nya sedangkan aku sibuk memikirkan tentang mimpiku. Aku mencoba memaksa untuk tidur akan tetapi aku masih ingat dengan mimpiku.

" Apa maksut dari mimpi itu?, Apakah itu berupa tanda atau hanya sebuah rasa bunga tidur? " ucap batinku.

Cukup lama aku memikirkan itu, hingga mataku kembali terpejam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!