Bab 11. Baku Hantam.

Titttttt.... Titttttt.... Suara alarm berbunyi.

Seketika membangunkan Bara yang masih mengantuk di sebuah rumah bambu dekat wisata air terjun. Setelah kepergian Lana dan Nusa untuk mendaki gunung Raung di Banyuwangi, Bara dan Apoy yang menggantikannya memantau tempat wisata ini. Hanya ada beberapa warga dan kawan dari pegiat alam lainnya yang turut bekerja mengurus tempat ini.

Bara duduk di teras rumah bambu sembari minum kopi hitam sisa semalam. Tiba-tiba datang dua orang laki-laki bertato dengan badan yang sedikit gempal menghampiri Bara yang sedang duduk .

" Udah siang masih tidur aja " ucap pria tersebut dengan nada meledek.

" Ada bang ?" ucap Bara.

" Kami lapar, belum makan mana jatah keaamanannya?" ucapnya dengan nada sedikit keras.

Sontak saja Apoy dan 3 kawan lainnya datang menghampiri Bara.

" Kan udah ada kesepakatan pak, jatah keamanan di urus pihak pengurus desa, kami hanya menyetor sebagian dana dari hasil pengunjung." ucap Bara.

" Akhir-akhir ini kami gak di kasih jatah keamanan sama pengurus desa " jawabnya dengan nada tinggi.

Bara terkejut ketika mendengar pernyataan dari mereka, dengan terpaksa Bara memberi uang keaaman untuk hari ini agar mereka tidak membuat gaduh di sini.

" Bar ntar lu coba cerita sama Pak Sukirman tentang kejadian ni " ucap Apoy.

Aku mengiyakan saran Apoy. Setelah membersihkan diri, bergegas Bara membawa sepeda motornya menuju rumah Pak Sukirman. 

"Assalamualaikum. " ucap Bara sembari mengetuk pintu.

" Waalaikumsalam. " suara dari dalam rumah..

Seketika Pak Sukirman mempersilahkan masuk Bara. Tanpa banyak basa- basi Bara langsung menceritakan semua kejadian yang terjadi tadi pagi. Seketika Pak Sukirman terkejut mendengar ceritanya, kemudian menjelaskan jika setiap minggu selalu memberikan uang keamanan kepada laki-laki tersebut. Karna tidak dapat jalan keluar saat itu juga, Bara pun berpamitan kepada Pak Sukirman untuk balik ke air terjun. 

" Tenang , saya akan bantu cari solusinya nak Bara " ucap pak sukirman.

Bara hanya mengangguk sembari tersenyum, kemudian ia membawa sepeda motornya menuju air terjun.

Di dalam warung Bara duduk termenung memikirkan solusi dari permasalah ini. Baginya kejadian tadi pagi adalah pelajaran berharga, jika di biarkan saja pria tersebut bisa berbuat seenaknya.

" tolonggg... tolong.... " teriak seseorang.

Sontak saja Bara terkejut mendengar teriakan minta tolong, bergegas Bara berlari menuju sumber suara. Seketika Bara melihat darah segar yang keluar dari dagu anak kecil.

bergegas ia menggendong anak kecil tersebut untuk di naikan ke sepeda motornya menuju puskesmas. Di atas motor anak kecil yang terus menangis dalam pelukan ayahnya dengan baju nya telah penuh darah.

" Ayo mas agak cepet sedikit mas." ucap bapak tersebut.

" Iyaa pak. " ucap Bara.

Bara terus memacu sepeda motor nya dengan cepat. Seketika Bara teringat jika hari ini adalah hari libur, puskesmas sedang tutup.

Bara langsung memutar balik sepeda motornya untuk menuju rumah Pak Sukirman. Bara teringat jika tidak jauh dari rumah Pak Sukirman terdapat seorang perawat yang bekerja di puskesmas desa ini. 

" Assalamualikum pak" ucap Bara terburu-buru.

" Waalaikumsalam. " jawab Pak Sukirman.

" Pak minta tolong antarkan kami ke rumah perawat di dekat sini pak. " ucap Bara memohon.

Bergegas Pak Sukirman pun mengantarkan mereka menuju rumah perawat desa. Setibanya mereka di sana, kebetulan perawat tersebut sedang menyapu halaman rumahnya.

" Bu tolong anak ini bu. " ucap Pak Sukirman.

" Loh ini kenapa pak, yaudah cepet bawa masuk pak. " ucap perawat tersebut.

Keadaan pun sedikit tenang ketika anak kecil tersebut mendapatkan pertolongan pertama. Kemudian ayah dari anak kecil tersebut bercerita jika anak kecil tersebut jatuh terpeleset batu yang licin.

Cukup lama mereka menunggu anak kecil tersebut, akhirnya perawat tersebut keluar dari ruangannya.

" Alhamdulilahh pak lukanya sudah saya jahit. " ucap perawat tersebut.

Bara merasa lega mendengarnya, Kemudian Bara dan bapak anak kecil tersebut berpamitan untuk kembali menuju air terjun.

Setibanya mereka di rumah bambu, akhirnya keluarga dari anak tersebut langsung berpamitan untuk pulang.

" Terima kasih banyak nak, atas pertolongannya " ucapnya.

" iyaaa pak sama-sama, lain kali lebih hati- hati ya pak " jawab Bara sembari menjabat tangannya.

Setelah mereka pulang dengan menggunakan mobil, seketika Bara melepas bajunya yang terkena sisa darah kemudian mencucinya dan duduk di pinggir sungai sembari menghisap rokok.

" Hari ini ada aja kejadiannya. " bisik batin Bara. 

Setelahnya Bara berjalan menuju air terjun membantu Bang Apoy untuk mencoba wahana baru Canyoning. Aksi kami menjadi pandangan yang berbeda bagi pengunjung. Berapa pengunjung mencoba menawarkan jika ia ingin mencobanya, akan tetapi kami menolaknya karna percobaan kali adalah percobaan pertama kami yang terlalu besar resikonya.

Akhirnya aksi kami menuai tepuk tangan dari pengunjung yang datang. Kami juga membatasi tidak semua pengunjung di perbolehkan mencoba Canyoning karna olahraga ini cukup ekstream.

Tak terasa setelah ketegangan hari ini, sorepun perlahan datang. Satu persatu pengunjung pulang ke rumah masing-masing meninggalkan kami yang bermalam di sini. Saat malam tiba,rumah dengan lampu aliran listrik hasil karya Bang Nusa dan Bang Apoy sewaktu KKN menemani kami yang sedang bermain gitar sebagai pelipur rasa bosan. Lagu karya Iwan Fals menjadi dominasi dalam lagu yang kita nyanyikan. 

Di depan masjid samping rumah wakil pak lurah.

Tempat dulu kami bermain mengisi cerahnya hari.

Namun, sebentar lagi angkuh tembok pabrik berdiri.

Satu persatu sahabat pergi dan tak kan pernah kembali.

Kali ini mataku terpejam sembari menyanyikan lirik lagu karya Iwan Fals Ujung Aspal Podok Gede. 

Entah mengapa tiba-tiba aku rindu dengan sahabatku SMA. Lana yang sedang berpetualang meraih mimpinya, Dinda dan Lia yang sedang kuliah. Akan selalu ada orang-orang baru yang menemani langkah kita untuk berjalan tapi yakinilah orang-orang lama selalu mempunyai tempat abadi dalam kenangan. 

Ketika hari berganti pagi, Seperti kemarin sebelum wisata air terjun di buka dua pria bertato datang kembali, kali ini ia mengajak seorang kawan lagi yang ikut bersamanya. Keadaan mulai menegang saat itu yang di awali dengan nada tinggi. Mereka memaksa meminta jatah keamanan lagi karna jatah yang kita kasih kemarin telah habis. Karna tak ingin berkepanjangan aku langsung menelpon Pak Sukirman untuk datang ke sini.

Saat hendak mengambil handphone ke dalam, seketika tangan ku di tahan oleh salah satu preman tersebut. Tanpa pikir panjang Bang Apoy menendang salah satu preman tersebut. Tendangan nya telak tepat mengenai perut preman tersebut hingga membuat nya tersungkur ke belakang. Sontak saja terjadilah baku hantam kami ber 5 melawan 3 orang preman. Hanya Aku dan Bang Apoy yang memiliki ilmu bela diri sedangkan 3 kawan ku ini tidak mempunyai ilmu bela diri.

Aku berhadapan dengan orang yang memegang tangan ku, sedangkan Bang Apoy berhadapan dengan pria dengan badan sedikit gempal yang di tendangnya sisanya berhadapan dengan 3 kawanku.

Saat tangan di tahan, sontak tangan ku langsung memukul wajah pria tersebut di tambah dengan tendangan mae geri  tepat mengenai ulu hati dari preman tersebut yang membuat nya ia meringkih kesakitan. Karna emosiku telah meluap aku kembali menindih badannya dengan badanku dan memukul wajahnya hingga mengeluarkan darah. Begitu juga dengan Bang Apoy pemilik sabuk hitam karate yang di sandangnya tak begitu sulit untuk melumpuhkan lawan yang lebih besar darinya. Dan sisanya di urus oleh 3 kawan ku yang berhasil menang mengkroyok seorang preman. Ketika mengetahui bahwa mereka telah kalah, mereka memutuskan berlari menjauh dari kami serta memberi ancaman kepada kami.

anjing awas kau tunggu saja pembalasanku. Ucap seorang preman tersebut.

Kami mengerti, jika kami telah mengibarkan bendera perang kepada merek. Tak lama aku dan Bang Apoy bergegas menuju ke kantor desa untuk melaporkan kejadian yang menimpa kami. Pak Sukirman dan perangkat desa lainnya segera bertindak agar tidak terjadi lagi kejadian seperti ini, Aku juga menanyakan anggaran tentang pemberian uang keamanan. Setalah di rasa cukup jelas dengan anggaran biaya tersebut, Kemudian aku dan Bang Apoy kembali menuju air terjun untuk melajutkan aktifitas kami bersiap-siap karna wisata air terjun akan segera di buka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!