Bab 16. Naya.

" Pagi berganti pagi, waktunya diriku melihat pujaan hati " ucap batinku.

Aku membawa sepeda motorku menyusuri jalan setapak untuk bertemu gadis pujaan hatiku di pasar yang sampai hari ini aku tak tau siapa namanya. Aku berencana untuk berkenalan dengan sebuah puisi yang ku tulis di surat waktu itu. Aku sadar puisi ku tak seindah milik kawan ku Lana, akan tetapi aku dengan Lana mempunyai kesamaan untuk berkata tentang isi hati.

Lana pernah berkata jika kamu tak bisa berkata tentang isi hatimu setidak kamu menulis tentang isi hatimu, karna sebuah rasa harus di ungkapkan.

Setiba aku di pasar, langkah ku langsung menuju serasa hati tak sabar.

" Mau beli apa mas ?" ucapnya polos.

"Beli anu.. " jawabku kebingungan.

"Anu apa mas? " ucapnya kebingungan.

" Bawang merah 1kg " Jawab ku.

Ia segera menimbang bawang merah pesananku, setelahnya aku memberikan uang beserta amplop berisi puisiku.

" Ini apa mas? " ucapnya.

" Dibuka aja dek hehe?" ucapku menahan malu.

Jemarinya membuka amplop yang tertutup rapat, mata nya membaca kalimat sederhanaku dengan sedikit senyum kecil di wajahnya. Kemudian ia menatapku.

" Naya " ucapnya sembari tersenyum.

Seketika wajahnya berubah menjadi merah menahan malu. Karna situasi yang menjadi canggung aku memutuskan untuk kembali pulang. ketika langkah ku terhenti di parkiran sepeda aku teringat jika barang merahnya tertinggal. Bergegas aku kembali menuju tempat Naya berjualan.

Ia tertawa kecil ketika melihatku berjalan menghampirinya.

" Mau beli bawang lagi mas haha" ucapnya.

" Mau ngambil bawang dek, lupa " jawabku.

" Boleh minta nomer handphonenya dek? Biar kamu bisa ngabarin klo bawangnya ketinggalan hehehe" imbuh ku.

Naya tersenyum sembari memberikan nomer handphonenya kepadaku. Aku mengirim pesan singkat , agar Naya mengetahui nomer ku. Bergegas langkah pergi meninggalkan bawang merah dengan sengaja. Setelah sampai di depan sepeda motorku handphone ku berdering menampilkan pesan singkat darinya.

Bawang merahnya lupa mas . Isi pesannya.

Bukankah itu tujuanku meminta nomermu tadi? hahaha. Jawab isi pesanku.

Ingatkan aku besok untuk mengambilnya. Imbuh isi pesanku.

Di perjalanan pulang menuju air terjun aku tersenyum ketika mengingat kejadian itu.

" Berkat ucapanmu Lana, aku sekarang mengetahui namanya " Ucap batinku.

Setiba ku di rumah air terjun. Bang Apoy dan Bang Nusa sedang duduk santai di teras rumah dengan rokok di jemarinya.

" Lo ngapain Bar senyum-senyum sendiri " ucap Bang Nusa.

" Halah paling baru dari pasar hahah " Ucap Bang Apoy

" Gua sekarang tau namanya bang hahah " Jawabku.

" Siapa namanya bar? " Ucap bang Apoy penasaran.

" Nayaaaaa, ini semua berkat Lana yang memotivasiku hahah" jawabku.

" Eh iyaa gimana kabar Lana di Jogja ya?" Ucap Bang Nusa.

" Sebentar gua telpon Lana dulu " jawabku.

Beberapa panggilan ku tak diangkat olehnya. Setelah menelpon Lana yang tak kunjung ada kabar, Tak lama Pak Sukirman datang menghampiri kami.

" Assalamualaikum " ucapnya.

" Walaikumsalam " jawab kami.

Tanpa banyak basa-basi Pak Sukirman bercerita jika preman yang tangannya di patahkan Bang Nusa, sudah tidak berkerja lagi. Sedangkan anak dan istrinya sering kelaparan di rumahnya. Aku melihat wajah kasihan dari Bang Nusa setelah Iuran keamanan dari nya tidak di berikan lagi sejak kejadian di warung itu. Bang Nusa berdiam sejenak.

" Klo saran dari gua nus, kita carikan dia pekerjaan walaupun dia sudah pernah ganggu kita tapi dia sudah mendapatkan pelajaran. Jangan sampe anak dan istrinya ikut menanggungnya " Ucap Bang Apoy.

" Gua setuju Bang sama sarannya Bang Apoy " ucapku

" Trus kita bakalan kasih kerjadaan dia apa? " Tanya Bang Nusa.

" Hmm kita suruh dia buat bikin tempat parkir di daerah sini, apalagi wisata kita kan semakin ramai pengunjung jadi kita perlu lahan parkir lebih luas, gimana? Tapi sebelum itu suruh dia datang kesini untuk meminta maaf" ucapku.

Tanpa berfikir terlalu lama, Bang Apoy dan Bang Nusa menyetujui saran dariku. Akhinya Pak Sukirman pun berpamitan pergi untuk menyampaikan kabar ini.

Kringg....Kringgg. Dering handphonku.

Pandangan ku kini teralihkan pada layar handphone ku yang berbunyi menampilkan nama kawan ku Lana yang menelfon balik.

Kami bergantian memberi kabar. Ia berkabar Jika esok ia akan mendaki Gunung Merapi bersama kawan barunya di sana untuk di jadikan sebuah artikel. Kami merasa senang dengan kabar dari Lana yang bersemangat mengejar mimpinya walaupun novel karyanya tak pernah selesai sejak SMA. Aku pun juga berbagi kabar jika aku telah mengetahui nama gadis yang berjualan di pasar tersebut.

Lana hanya tertawa kecil mendengar nya.

Cukup lama kami berbagi kabar darinya untuk melepas rindu walaupun ia baru beberapa hari pergi, wajar saja setelah kepergiaannya kami merasa ada saja yang kurang di sini. Hingga akhirnya telfonpun kami akhirnya karna kami harus bersiap untuk kembali bekerja.

Hari demi hari pengunjung semakin bertambah ramai berdatangan. Setelah sukses dengan kegiatan Rafting dan Canyoning Bang Nusa berencana ingin membuat kegiatan baru. Pikirannya sibuk mencari beberapa referensi dari internet. Aku dan Bang Apoy pun meninggalkannya seorang diri untuk mengurus beberapa air terjun. Beberapa kali Bang Nusa mondar-mandir dari rumah menuju air terjun untuk melihat medan yang mendukung untuk di buat kegiatan adventure baru. Hingga hari yang beranjak sore, Bang Nusa masih saja mencari referensi.

" Santai dulu bang " Ucapku.

" Iya Bar, Lagi bingung kegiatan apa yang cocok buat di tambah ya " Jawabnya.

Akhirnya aku pun masuk ke dalam untuk membersihkan diri meninggalkannya seorang diri.

Setelah hari menjelma menjadi petang, rasa rindu akan Naya kini menyerangku. Aku bergegas aku mengambil handphoneku mengirim pesan singkat kepadanya.

Hai Naya, Gimana harimu hari ini? . Isi pesanku.

Kemudian aku menaruh handphoneku di meja, sembari menunggu balasannya aku bernyanyi lagu rindu. Aku tak peduli dengan suaraku yang fals, aku hanya menikmati suasana. Hingga nyanyianku terhenti tatkala suara handphoneku berbunyi.

hanya pagi yang membuatku bahagia setelah nya terasa biasa saja hahahah. Isi pesannya.

Aku mengerti atas jawaban isi pesannya, Akhirnya kami saling beradu pesan hingga Naya terpejam membiarkan ku seorang diri di teras rumah. Rindu ku masih tersisa bergegas aku mengambil secarik kertas dan pena untuk menulis puisi tentangnya.

Naya.

Kau tau aku sedang rindu malam ini.

Bukan tentang bintang bulan dan bumi.

Tapi tentang bunga mekar di musim semi.

Naya.

Aku sedang di musim semi.

Badai ku telah lama pergi.

Aku telah berhasil melewati.

Dan aku berhasil tak sampai mati.

Naya.

Ku harap kau tersenyum di esok pagi.

Menampilkan aura nada harmoni.

Kini aku tuliskan pesan ku untuk malam ini.

Selamat malam dan selamat bermimpi.

Bara.

Aku melipat rapi kertas tersebut, dan memasukannya ke dalam amplop. Kini sebatang rokok dan suara hewan malam yang menemani rinduku. Aku tak mengira berbalas pesan dapat mengobati rindu, dan kini malam semakin larut sudah waktunya aku masuk kedalam dan bermimpi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!