Bab 13. Pertarungan Hebat.

Hari telah berganti, Lana dan Nusa yang yang telah bangun dari tidurnya bergegas mengemas barang-barangnya.

" Gimana udah pada siap belum? " ucap kawan Nusa.

" Yok dah. " ucap Nusa.

Lana, Nusa dan kawannya mengendarai mobil menuju stasiun. Mobil mereka melaju tidak begitu kencang melewati desa demi desa yang masih asri.

Tidak berselang lama akhirnya mereka tiba di depan stasiun.

" Gua sama Lana temen gua pamit dulu bang, makasih buat semuanya. " ucap Nusa berpamitan sembari memberi senyum.

" Iya nus sama-sama, hati-hati di jalan. " balas kawan Nusa sembari membalas senyum.

Lana juga berpamitan pada kawan Nusa, kemudian Lana dan Nusa keluar dari mobil dan melangkah menuju ke dalam stasiun.

Seketika bunyi bel pemberitahuan bahwa kerata api yang akan membawa Lana dan Nusa naiki telah tiba, bergagas Lana dan Nusa mempercepat langkah mereka menuju loket pemeriksaan tiket.

Di dalam Kereta Api sembari menatap jendela, Lana berdialog pada diri sendiri mengucap bersyukur atas kesempatan yang ia dapatkan kali ini. Berbeda dengan Nusa yang lebih memilih langsung tidur di kereta, wajar saja semalam Nusa tidak bisa tidur di rumah kawannya.

Kereta api membawa Lana,Nusa dan penumpang lainnya menuju kota tujuannya. Disela perjalanan, Lana membaca buku yang yang ia bawa untuk menghilangkan rasa bosan. 

Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, akhirnya Lana dan Nusa tiba di stasiun tujuan mereka.

Dengan teratur satu persatu para penumpang kereta api keluar dari gerbong, begitu juga dengan Lana dan Nusa.

Ketika saat berjalan keluar tiba-tiba sebuah teriakan menyebut nama Lana, sontak saja membuat Lana dan Nusa menoleh ke arah sumber suara.

" Lanaaaa!!! " Teriak Apoy sembari melambaikan tangan.

" Oyyyyyy " ucap Lana membalas teriakan tersembut sembari menoleh ke arah sumber suara.

Ternyata Apoy yang telah menunggu kedatangan mereka, bergegas Lana dan Nusa menghampirinya.

" Sendiri aja poy? " tanya Nusa.

" Nggak, gua sama Bara lagi nunggu di mobil. " jawab Apoy sembari menghisap rokok.

" Tumben amat si Bara nunggu di mobil? " tanya Lana.

Apoy hanya diam tanpa kata sembari melanjutkan langkahnya menuju parkiran mobil.

Saat membuka pintu mobil, Sontak Lana dan Nusa terkejut ketika melihat wajah Bara yang lebam.

" Bar, muka lo kenapa ? " tanya Lana.

" Biasa cowo, sedikit olah raga hahah" jawab Bara.

" Jangan ngomong kalo lo kalah berantem? hahah " ejek Lana sembari menertawakan kecil.

" Udah pasti kalah na, orang Bara aja babak belur kaya gitu haha. " imbuh Apoy.

Nusa hanya tertawa mendengar obrolan mereka, akhirnya Lana,Bara Apoy dan Nusa pergi menuju rumah Lana dengan mobil jeep hitam milik Apoy.

Jalanan kota yang macet membuat waktu perjalanan semakin lama, tanpa di sadari Lana dan Nusa akhirnya tertidur.

" Na Lana..Nus Nusa...bangunnn udah sampe. " ucap Bara membangunkan mereka.

Akhirnya Lana dan Nusa bangun dari tidurnya, kemudian berjalan menuju rumah.

" Assalamualaikum..." ucap Lana sembari mengetuk pintu.

" Waalaikumsalam..." jawab seseorang dari dalam rumah.

" Lanaaaa...kamu udah pulang? " ucap bunda.

" Iyaa bunda. " jawab Lana.

Lana, Bara, Nusa, dan Apoy melangkah masuk kedalam rumah Lana.

Karna lelah perjalanan, Lana dan Nusa langsung merebahkan tubuhnya di sofa. Tidak berselang lama, bunda datang menghampiri kami sembari membawa nampan berisi kopi dan beberapa potong kue bolu ke ruang tamu.

" Makasih tanteee." ucap Apoy sembari membatu mengambil nampan dari tangan bunda.

" Bar, sebenarnya lo berantem sama siapa? " tanya Lana dengan nada teka teki.

Setelah menghela nafas akhirnya Bara menceritakan semua kejadian yang terjadi di Air terjun.

" Anjing tuh preman " ucap Lana geram.

Sontak saja Lana dan Nusa geram ketika mendengar cerita dari Bara. Suasana menjadi tegang namun telah sirna ketika bunda menghampiri kami dengan beberapa cangkir kopi dan sepiring kue bolu.

" Kita santai dulu aja di sini sama cari solusi, nanti sore kita baru ke rumah di air terjun " Ucap Nusa.

Lana, Bara dan Apoy mengiyakan saran dari Nusa, lagi pula badan Lana dan Nusa masih terasa lelah jika harus berangkat sekarang.

Hingga di sela candaan mata Lana terpejam meninggalkan mereka yang masih terjaga. Saat Lana terbangun dari tidur nya, Lana melihat Nusa, Apoy dan Bara yang telah tertidur. Tak lama temaram pun datang, akan tetapi mereka masih tertidur. Beberapa batang rokok telah Lana bakar sembari menunggu mereka terbangun. Hingga akhirnya satu persatu dari mereka pun terbangun dari tidurnya.

" Lu mati suri apa tidur Bar hahah " ucap Lana sembari tertawa kecil.

Bara tak menjawab pertanyaan dari Lana, pikirannya masih belum sadar .

Setelah semua telah bangun dan bersih-bersih, mereka berpamitan kepada bunda untuk pergi menuju rumah bambu sebab mereka khawatir jika preman tersebut melukai tiga orang kawannya yang sedang ada di sana. Lagi-lagi mereka harus melewati jalanan perkotaan yang macet, wajar saja kebetulan mereka berangkat pada saat jam pulang kerja.

Hingga akhirnya mereka tiba di rumah bambu di desa plosok. Mereka telah di sambut dengan tiga kawannya yang sedang duduk di teras rumah sembari merokok. Mereka pun berkumpul duduk di kursi teras rumah hingga larut malam. 

Saat pagi datang, Lana terbangun lebih dahulu bandingkan dengan yang lainnya. Langkahnya berjalan keluar rumah menghirup udara pagi yang segar. Tak lama Bara pun ikut bergabung bersama Lama di depan teras rumah.

" Na ayo kepasar, stok makanan udah menipis nih " ucap Bara.

" Boleh bar, sekalian jalan-jalan " jawab Lana.

Lana dan Bara berboncengan mengendarai sepeda motor menyisir jalanan kecil di sepanjang desa. Kabut tipis masih menghalangi pandangan mata, tetapi Lana tetap memacu sepeda motornya hingga akhirnya mereka tiba di pasar. Setelah memarkirkan sepeda motor, langkah mereka berjalan menyisir pasar. seketika langkah kaki Lana terhenti ketika ia melihat seorang pedagang tua yang sedang berjualan jajanan tradisional Klanting. Jajanan dari olahan tepung kanji yang di beri gula jawa cair ini pernah populer di kalangannya. Jajanan tersebut sudah sangat jarang ditemukan apalagi di kota.

" Empat ribu mas" ucap pedagang tua tersebut sembari tersenyum.

Lana menikmati jajanan manis ini sembari berjalan menyusuri pasar. Akhirnya mereka berhenti sudut pasar dengan seorang gadis desa dan ibunya sedang berjualan sayur. Ternyata benar dari cerita Bara kemarin saat di rumah Lana tentang gadis tersebut. Bara menjelaskan ia tak menyesal jika harus babak belur untuk melihat gadis tersebut.

Cukup lama Lana menunggu bara yang sedang basa-basi dengan gadis tersebut.

Tidak terasa hari mulai siang, aktivitas pasar yang awalnya ramai berubah menjadi sepi. Lana yang telah menunggu Bara yang tengah asik mengobrol dengan gadis tersebut mengajaknya pulang, sebab Lana dan Bara harus mempersiapkan untuk membuka wisata.

Di perjalanan pulang pandangan mata Lana mengarah ke kaca spion, terlihat dengan jelas seseorang yang sedang berboncengan mengendarai sepeda motor dengan ugal -ugalan.

Seketika pengendara motor tersebut langsung menghentikan laju sepeda motor Lana dan Bara dari samping.

" Anjinggg, dia lagi. " Ucap Bara.

" Siapa yang lewat jalanan ini harus bayar " jawab preman tersebut.

" Na ini preman yang gua ceritain ke elo na. " ucap Bara.

Lana hanya terdiam ,seketika suasana menjadi tegang. Tanpa banyak bicara Lana langsung loncat dan menendang tepat di bagian perut preman tersebut, begitu juga dengan Bara.

Tidak butuh waktu lama untuk melumpuhkannya, seketika Lana berhasil mengunci tangan salah satu preman tersebut sehingga tidak dapat berkutik. 

" Siapa bos lo? " tanya Lana dengan nada keras.

" Aduhhhhh... Bang Jamal, ampun. " jawab preman tersebut sembari merintih kesakitan.

Karna kuncian tangan yang Lana berikan menimbulkan rasa yang teramat sakit akhirnya preman tersebut memberikan informasi dimana letak markas mereka. 

Bergegas Bara mengirim sebuah pesan kepada Nusa dan yang lainnya untuk segera menuju ke tempat mereka. Tidak berselang lama Nusa pun datang berboncengan dengan Apoy. 

" Anjing ngapain lo ganggu temen gua " ucap Nusa.

Karna rasa emosi Nusa langsung memukul wajah dari preman tersebut hingga pingsan. Wajar saja dengan tubuh kekar nya ia dapat membuat preman tersebut pingsan dengan sekali pukulan telak. Kemudian mereka membiarkan salah satu preman tersebut yang pingsan di jalanan. Setelah mendapat informasi markas Jamal, bergegas mereka membawa sepeda motornya menuju tempat tersebut.

Saat Lana, Bara, Nusa dan Apoy tiba di tujuan mereka, sontak saja Nusa langsung berteriak memanggil Jamal.

" Siapa yang namanya jamal di sini..keluar!!! " Teriak Nusa. 

Akhirnya seorang pria berbadan gempal dengan rambut gondrong berpakaian singlet hitam keluar dari warung bersama 3 anak buah nya.

" Gua Jamal " ucap Jamal.

" Ohhh ternyata lo yanh namanya jamal " ucap Nusa.

" Kenapa lo cari gua? " ucap jamal menatap tajam ke arah Nusa.

" Bacot pura-pura bego ya lo. " jawab Nusa dengan nada marah.

Tanpa banyak bicara perkelahian pun tak dapat di hindarkan. Mereka berhadapan satu lawan satu.

pertarungan terlihat sengit. Lawan yang mereka hadapi tidak seperti kemarin. Beberapa serangan berhasil di tangkis Lana, kemudian Lana meluncurkan tendangan dari kanan dan kiri namun tetap saja berhasil di tangkis, terbukti lawan yang Lana hadapi mempunyai ilmu beladiri. Lana saling jual beli serangan, beberapa serangannya tak sedikit yang luput dari penglihatan nya sehingga mengenai Lana dan membuatnya jatuh.

" Masih bocah aja udah jadi jagoan " ucap preman tersebut sembari meludah.

Bergegas Lana kembali bangkit, otak nya terus berfikir bagaimana cara mengalahkan pria berbadan pendek gempal tersebut.

Lana beradu serangan, kali ini serangannya sering masuk telak mengenai lawan yang ia hadapi.

Fisik preman tersebut tidak lagi kuat menjadikan Lana yang lebih unggul. Lana memberikan tendangan putar, tepat mengenai kepalanya membuat nya terjatuh ke tanah.

Bergegas Lana memberikan kuncian tangan hingga membuat nya meringkih kesakitan.

"Aaaaarrrrgggg" jerit preman.

" Mau gua patahkan tulang lo? " Ucap Lana mengancam.

" Ampunnn aarrrgggg " jawabnya.

Tak lama satu persatu dari kami berhasil menumbangkan preman tersebut. Menyisahkan Nusa dengan Jamal. 

Lana, Bara dan Apoy hanya melihat mereka, sembari mengunci lawan mereka masing-masing.

Klekkkkk...

" Aaaarrrghhhhh. " Jeritan Jamal.

Suatu kuncian dari Bang Nusa yang berhasil membuat tangan jamal patah.

Jeritan Jamal menyudahi pertarungan kami. 

" Mulai sekarang jangan pernah lo ganggu gua sama temen gua lagi. " ucap Nusa bernada tinggi.

Jamal tetap meringkih kesakitan, tak lama Pak Sukirman datang menghampiri dengan beberapa pengurus desa. 

" Pak kali ini jangan kasih mereka uang jatah lagi lebih baik kasih kepada yang membutuhkan " ucap Nusa tegas.

Pak Sukirman hanya terdiam dan menyuruh warga sekitar untuk membantu Jamal menuju rumah sakit di kota.

Kemudian mereka pun kembali pulang menuju rumah bambu, meninggalkan mereka semua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!