Bab 2. Pemberian Dinda.

Hujan yang deras kini hanya sebatas rintik. Pandangan mata Lana sesekali melihat jam yang menempel di dinding kamar, tetapi kali pandangan matanya tertuju pada pesan baru yang tiba-tiba muncul pada layar ponsel nya. Ternyata sebuah pesan singkat berupa ajakan untuk duduk bersantai di kedai kopi milik paman Bara yang tak jauh dari rumah Lana . Lana mengiyakan ajakan Bara yang sangat mendadak, tak apa-apa lagi pula bosan juga di rumah. Kemudian Lana memacu sepeda motornya menembus rintik hujan menuju kedai kopi. Tak lama Lana tiba terlebih dahulu di bandingkan dengan Bara, wajar saja jarak kedai kopi ini cukup jauh dari rumahnya Bara.

" kopi robusta, gulanya sedikit pak " ucapku memesan.

sembari menunggu pesanan, secara tiba-tiba Lana di kagetkan dengan seseorang yang menepuk bahuku dari belakang. 

" Eh Dinda, bikin kaget aja" ucapku.

" Jangan bengong ntar kesurupan hahaha" ucap nya sembari tertawa kecil.

"Tumben kamu kesini din?" tanya ku.

"Lagi bosen aja di rumah, btw boleh ikut gabung? "ucapnya.

Lana mengiyakan keinginannya, seketika terdengar suara knalpot dari sepeda motor Bara bebarangan dengan sajian kopi yang telah di hidangkan.

"Alo na, eh ada Dinda tumben banget din ke sini?" tanya Bara.

" iya bar lagi bosen gua di rumah" jawab dinda.

" Maaf ya gua datengnya kecepetan, jadi ganggu deh ahahha " ucapnya dengan tawa kecil.

Lana dan Dinda hanya tersenyum tak berkata apa-apa. Kemudian Lana membuka obrolan seputar filosofi kopi. kopi itu candu walau terasa pahit , bagi Lana sebagai penikmatnya sudah tidak melihat dari rasa kopi nya tetapi dari seni kopi nya. Jika melihat dari rasa kopi, rasanya tentu akan begitu-begitu saja. Tetapi jika kita melihat dari seni maka Lana mendapatkan sesuatu inspirasi untuk menulis. Dinda hanya diam dan memandangi Lana dengan senyum kecil, berbeda dengan Bara yang sedang duduk memejamkan mata dengan rokok di tangan kirinya dan mendengarkan lagu Novo Amor yang bersumber dari speaker kecil di pojok ruangan.

" lu gak merokok " ucap dinda memecah keheningan.

" merokok, tapi nanti aja din " jawab ku.

Kemudian Dinda menanyakan tentang karya novel Lana. Lana hanya menarik nafas panjang dan menggeleng kepala, rasanya akhir-akhir ini aku sulit mendapatkan inspirasi. 

" santai dulu aja na, gua yakin lu pasti bisa kok" ucapnya sembari tersenyum ke arahku.

Lana hanya tersenyum sembari menatap wajah manisnya.Kemudian Lana bercerita kepada Dinda tentang keinginannya untuk pergi mengunjungi setiap tempat di Indonesia, kemudian mempublikasi kan menjadi suatu berita. Lana yakin selalu ada sisi tersembunyi dari setiap tempat yang ia kunjungi. Dinda hanya tersenyum mendengar Lana bercerita, seketika Bara yang telah sadar dari lamunannya ikut bergabung menjadikan suasana menjadi lebih hangat walaupun di luar sana rintik hujan masih turun. 

" Na ini ada sesuatu buat lo, tapi jangan lo di buka sekarang " ucapnya sembari memberikan paperbag coklat kepadaku.

Lana tak menyangka Dinda memberikan sesuatu kepada Lana. Hanya sebuah ucapan terima kasih serta senyum yang bisa lana berikan malam itu. Setelahnya Dinda berpamitan untuk pulang terlebih dahulu meninggalkan Lana dan Bara yang masih ingin menikmati kopi.

" Lo yang ngajak Dinda ke sini ya bar?" ucapku menatap Bara.

" Ngapain juga gua ajak Dinda na." jawabnya cuek.

Lana tidak mengerti kenapa Lana dan Dinda bisa di pertemukan di Kedai kopi, padahal hari mulai gelap di tambah lagi rintik hujan yanng turun dari tadi.

"apakah ada manusia yang rela meninggalkan kehangatan rumah untuk mendapatkan kehangatan dari luar rumah?" bisik batin ku.

Akhirnya Lana dan Bara memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Tak sabar ingin segera membuka paperbag pemberian Dinda, Lana memacu sepeda motor menyusuri jalanan sepi hingga tibalah Lana di depan pintu gerbang rumah. Bergagas Lana masuk ke dalam kamar, langkah kakinya berjalan perlahan sebab tak ingin membangunkan bunda yang tertidur pulas.

Telah sampai di kamar Lana membuka isi paparebag, betapa terkejutnya Lana ketika sebuah jaket jeans levis pemberian Dinda.

Lana mengecek kembali isi paperbag ternyata ada sebuah pesan yang di tinggalkan.

Apa lo lupa tentang hari spesial mu?.

Atau lo hanya pura-pura lupa akan hari spesial lo?.

Lo tau hari ini, hari apa?

Ini hari ulang tahun lo.

Hari dimana tangisan pertama terdengar.

Selamat Ulang Tahun Lana.

Terima kasih selalu siap mengantar jemput gua.

Besok gua tunggu di depan pintu gerbang rumah, jangan telat!

Maaf kedatangan gua, tadi mendadak .

Bara juga menitipkan ucapan lewat surat ini.

Salam gua Dinda dan Bara.

Lana terkejut dengan isi surat ini. Lana juga lupa bahwa hari ini, hari ulang tahunnya . Baru kali ini juga Dinda memberikan Kado Ulang Tahun. Sekarang Lana tau ternyata kedatangan Dinda ke kedai kopi dan ajakan Bara yang tiba-tiba , hanya untuk merayakan ulang tahunnya.

"Terima kasih Dinda, Terima kasih Bara." ucap batin ku.

Lana terbaring dalam kasur yang hangat, memejamkan mata dan terlelap ke alam bawah sadar. 

Esok paginya sebelum teriakan dari bunda, Lana sudah beranjak dari tempat tidur dan sudah membersihkan diri. Tak lupa Lana mengenakan jaket pemberian Dinda, kemudian menuju meja di ruang makan.

" Jaket nya bagus na, sejak kapan kamu punya jaket itu." tanya bunda.

" Sejak kemarin malam bun, di kasih Dinda. " jawab ku dengan senyum kecil.

Bunda tak mengerti jika kemarin hari ulang tahunnya , Lana tak mempermasalahkan nya. Baginya sama saja dengan hari-hari biasanya, akan tetapi setelah kejadian semalam rasanya berbeda. Setelah makan nasi goreng buatan bunda, Lana berpamitan untuk menjemput Dinda di rumahnya, Lana mencium tangan Bunda, kemudian Lana melangkah pergi menuju sepeda motornya.

Di atas sepeda motornya Lana penasaran dengan ekspresi Dinda, Ketika Dinda melihat Lana menggunakan jaket yang Dinda berikan. 

" Abang gojek ?." ucapnya dengan tertawa kecil.

" Bisa aja lo din, eh makasih banyak ya buat kado nya" ucap ku.

" Iya, sama-sama na " jawab nya.

Di atas sepeda, sejenak Lana berdialog pada dirinya.

"Apakah Dinda menyimpan rasa padanya? pakah Lana sedang jatuh cinta?" bisik batinku.

Entahlah mungkin ini hanya ucapan terima kasih dari Dinda karna Lana sering mengantar jemput.

Lana dan Dinda berjalan menyusuri jalanan yang mulai ramai. Tak lama Lana dan Dinda pun sampai di sekolah. Lana dan Dinda berjalan babarengan menuju tempat duduk yang bersebelahan. 

Tidak disangka Bara lebih dahulu datang, padahal ini masih pagi sekali.

" Cie jaket baru nih " ucap Bara meledek.

" Jangan sok lo, lo sekongkol kan sama Dinda ? " jawab ku.

Pada akhirnya Bara mengaku dan menjelaskan kepada Lana tentang rencananya kemarin. Seketika pandangan mata Lana mengarah ke arah Dinda, dan lagi-lagi Lana berdialog pada diriku.

"Apakah Dinda menyimpan Rasa kepadaku?" bisik batinku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!