Bab 5. Orang Misterius.

Pagi telah datang, Lana menjalankan hari seperti biasanya. Setelah berpamitan kepada bunda, Lana berdiri di depan pintu gerbang menunggu angkutan umum lewat. Tak lama akhirnya sebuah angkutan umum berhenti di depannya, bergegas ia masuk ke dalam angkutan tersebut. Lana juga telah berkabar kepada Dinda saat ia sedang menjenguk ku kemarin, jika hari ini ia tak bisa menjemputnya sebab sepeda motornya masih di rumah sakit . Ketika Lana tiba di depan gerbang sekolah, ia pun keluar dari angkutan umum tersebut kemudian berjalan menuju kelasnya . Saat berjalan Lana sempat berpapasan dengan Pak Dani, guru fisika yang mengajar di kelasku.

" Lana, kamu sudah enak an? trus bagaimana dengan kondisi Bara?" ucap Pak Dani.

" Alhamdulillah pak, klo kondisi Bara masih kritis pak." ucapku.

Setelah perbincangan tersebut, Lana kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas. Di tempat duduknya , pandangan matanya menghadap ke arah kursi di sebelahnya.

" Cepat sembuh bar " bisik batinnya.

Tak berselang lama Dinda juga masuk ke dalam kelas kemudian menaruh tas dan duduk di depan Lana. 

" Pagi na "ucapnya.

" Pagi juga din" jawab ku sembari mengeluarkan novel yang belum selesai ku baca.

" Sibuk amat, pagi-pagi langsung baca novel haha " ucapnya kembali.

" Cerita nya bagus din, coba kamu baca?" jawab ku sembari membaca.

"  Ogah jelek ,lebih bagus an novel buatan lo nanti hahah" ucap nya dengan tawa kecil.

Lana hanya tersenyum dengan ucapan Dinda. Seketika bel pertama pertanda pelajaran akan segera dimulai berbunyi. 

Setelah pergantian jam, Lana beranjak dari tempat duduknya menuju kamar mandi untuk merokok. Lana membakar dua batang rokok sekaligus ,sebatang rokok untuk dirinya dan sebatang rokok lagi untuk Bara.

" nih bar rokok an dulu, udah gua nyalain " ucap ku dalam batin sembari menaruh rokok di pinggirku.

Lana tau jika Bara sedang ada di rumah sakit. ia hanya menghibur dirinya agar tidak merasa kesepian. Setelah selesai dengan urusannya, Lana kembali berjalan menuju kelas untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya. 

Saat bel terakhir pertanda jam selesai berbunyi, Lana berjalan keluar dan berdiri di pinggir jalan sembari menunggu angkutan umum yang akan mengarah ke rumah sakit. S Saar sedang berjalan tiba-tiba Dinda menepuk pundak ku dari belakang.

" Gua bareng ya pulang nya? " ucap Dinda.

" Boleh, tapi gua mau kerumah sakit dulu din. " jawabnya.

Dinda hanya menganggukan kepala, dan berdiri di sampingku. Cukup lama Lana dan Dinda menunggu angkutan yang tak kunjung datang. Karna terlalu lama menunggu akhirnya Lana aku mengajak dinda untuk makan bakso di warung dekat sekolah. Tanpa ada penolakan Dinda mengiyakan ajakan ku.

" Bang pesen 4 porsi bakso " ucapku.

" gilak lo laper apa gimana ?" jawabnya kaget.

" 1 buat gua, 3 buat lo hahaha" ucapku dengan tertawa.

" gila lu hahah, bang pesen 2 porsi aja " jawab nya sembari memukul pundakku.

Tak lama bakso pesanannya datang, kemudian mereka memakannya. Setelahnya mereka kembali berdiri di pinggir jalan, tak berselang lama sebuah angkutan umum berhenti tepat di depan mereka berdiri. Lana dan Dinda harus berbagi tempat duduk karna penumpang cukup ramai

" lo ngapain mepet-mepet gua na hahah. " ucap Dinda.

" Yeee kaya gak paham kondisi aja lo din hahah. " jawab Lana sembari tersenyum.

Akhirnya Lana dan Dinda tiba di sebuah rumah sakit. Saat akan berjalan menuju ruangan Bara, mereka berpapasan dengan ayah Bara yang akan keluar mencari makan.

" eh Lana, mau jenguk Bara? langsung aja ke ruangannya ". ucap ayah Bara.

Kemudian mereka kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang Bara, hingga sampailah mereka di depan pintu ruangan. Lana mengetuk pintu beberapa kali, setelah ada jawaban dari dalam mereka masuk ke dalam ruangan. Di dalam ruangan hanya ada ibunda Bara yang sedang menunggunya. Lana terkejut sekaligus senang ketika melihat Bara yang telah siuman. Akhirnya ibunda Bara menginggalkan mereka bertiga di dalam ruangan.

" Halo Bar" ucap Lana sembari tersenyum.

Bara tidak mengatakan apa pun, mungkin badan nya masih lemas hingga tak mampu berkata sepata kata pun. Bara hanya tersenyum melihat ku dan Dinda datang.

" Mau rokok Bar , enak loh " ucapku mengejek sembari menunjukan bungkus rokok.

Sontak saja Dinda memukul pundak Lana karna candaannya. Tak lama Lana dan Dinda memutuskan untuk pulang agar Bara dapat kembali beristirahat. Mereka juga berpamitan kepada bunda Bara yang sedang menunggu di luar. Saat hendak berjalan menuju parkiran sepeda motor, Lana dan Dinda bertemu kembali dengan ayah Bara yang berjalan menuju ruangan Bara.

" Udah selesai jenguknya na? " ucap ayah Bara.

" Udah om, ini mau pulang " jawab Lana.

       

Di atas motor, sesekali Lana mencuri padangan melihat Dinda dari kaca spion sepeda motornya.

"Lo ngapain liatin gua, mending lo liatin jalan haha." ucap Dinda.

" Geer amat loh, siapa juga yang ngeliatin. " jawabku menahan malu.

Akhirnya Lana dan Dinda melaju menyusuri jalanan kota yang ramai. Tidak terasa, mereka tiba di depan rumah Dinda.

" Klo bawa motor fokus ke jalan ya... " ucapnya.

" hahaha iyaa iyaa " jawab Lana sembari tertawa.

" Terima kasih ya na " ucap Dinda.

Lana hanya tersenyum sembari memutar balik sepeda motornya menuju rumahnya. Setibanya Lana di rumah, ia langsung masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan badannya di atas kasur hingga tak sadar.

Seketika Lana terbangun dari tidurnya. Ketika pandangan matanya melihat ke arah jam dinding ia hanya menghela nafas panjang.

" Gua kira udah pagi ternyata masih jam 8." ucap lana.

Karna ia merasa bosan di dalam kamar, akhirnya Lana berangkat menuju Kedai Kopi milik paman Bara dengan membawa laptop yang di taruh di tasnya. Di kedai kopi, Lana mulai meneruskan menulis novel sembari menikmati rokok dan kopi robusta pesanannya. Saat di kedai kopi, seorang pria yang terlihat seusia dengan Lana duduk bersama kawannya sedang memandanginya terus menerus. Lana tak menghiraukan pandangan pria tersebut, hingga akhirnya pria tersebut menghampirinya.

" Lo kenal sama Dinda Arka Ceirasana ?. " Ucap pria tersebut.

Tangan Lana yang lancar mengetik, seketika menggantung di atas keyboard. 

"  Ada apa?" jawab ku sembari menatap ke arahnya.

" Dia pacar gua." jawab nya kemudian pergi meninggalkan kedai.

Lana terdiam cukup lama tak berkata apapun. Tak lama pria tersebut pergi dengan sepeda motornya, begitu juga dengan Lana yang memilih memacu sepeda motornya pulang ke rumah.

Di dalam kamar, Lana teringat akan perkataan pria tersebut.

" Apakah benar Dinda mempunyai pacar, kenapa ia tak bercerita kepadaku." ucapku dalam batin.

Cukup lama ia bertanya-tanya pada pikirannya sendiri, hingga rasa kantuk menyerangnya dan memaksanya untuk tertidur.

Esok paginya dengan alarm teriakan bunda, Lana terbangun dari tidurnya . Perkataan pria tersebut masih mendominasi di pikiran nya walau ia mencoba untuk tidak menghiraukan perkataan dari pria tersebut.

Saat aku menjemput Dinda, aku tak banyak berbicara, aku juga tidak lagi mencuri- curi pandangan ke kaca spion.

"Apa gua tanya langsung ke Dinda aja ya? " ucapku dalam batin.

Akhirnya Lana dan Dinda tiba di sekolah. Lana memarkir sepeda motornya, kemudian merekabberjalan menuju kelas. Di dalam kelas Lana tidak banyak omong seperti biasanya sehingga membuat Dinda curiga.

" Lo kenapa na, diem aja dari tadi gak kaya biasanya?" ucap nya.

" Gua gapapa din " jawab ku sembari membaca novel.

Suatu saat ketika saat Dinda sedang maju ke depan, Lana memanggil Lia kawan sebangku Dinda yang cukup dekat dengannya.

" Lia gua nanti mau ngomong sesuatu tapi jangan kasih tau Dinda, ini rahasia" ucapku lirih.

Tak ada sama sekali penolakan dari Lia. Cukup sulit untuk berbicara empat pada Lia karna jika kemana-mana Dinda selalu bersama Lia. Hingga bel tanda berakhir sekolah berbunyi Lana masih belum bisa berbicara empat mata dengan Lia. Sebelum Lana berjalan pulang dengan Dinda, diam-diam Lana mengajak Lia untuk bertemu di sebuah kedai dekat rumah Lia Sore ini setelah mengantar Dinda pulang.

Di atas sepeda motor Lana tetap tidak banyak bicara pada Dinda, hanya berupa senyum saja yang ia berikan hingga membuat Dinda sangat heran. Tak begitu lama mereka di atas sepeda motor akhirnya Lana dan Dinda tiba di depan pintu gerbang rumah Dinda.

"makasih ya na, ati- ati " ucapnya dengan senyum.

Lana hanya mengangguk dan tersenyum kepada Dinda. Dengan cepat Lana memutar balik sepeda motornya untuk bertemu Lia.

Kedatangan nya di kedai ternyata di dahului oleh Lia, sejenak Lana memesan kopi kemudian duduk di dekat Lia. Tak banyak basa-basi, Lana langsung menjelaskan kejadian kemarin di kedai kopi milik paman Bara kepada Lia. Raut wajah Lia seketika berubah menjadi gelisah kemudian Lia menceritakan jika beberapa seminggu lalu Rama teman les Dinda menyatakan perasaan ke Dinda berharap ia mau menjadi pacarnya, akan tetapi Dinda menolaknya .Tak hanya sekali Rama telah menyatakan perasaannya berkali-kali tetapi tetep saja di tolak oleh Dinda..

" Mungkin orang yang lo temui di kedai kopi itu Rama ?" ucap Lia.

" Bisa jadi ya " jawab ku.

" Kenapa Dinda gak cerita ke gua ya? " tanyaku.

" Dinda suka lo na, mungkin dia takut lo ngejauh" jawabnya.

Lana tersenyum mendengar jawaban Lia, Kali ini pertanyaan yang menghantui kepalanya tidak menjadi soal. Setelah Pertemuan nya dengan Lia selesai, Lana kembali memacu sepeda motornya untuk pulang rumah dengan perasaan senang.

" Dinda...." ucao batin Lana sembari tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!