Hari demi hari telah terlewati. Membaca novel hasil karya orang lain di pojok kelas, saat tidak ada jam pelajaran menjadi bagian hal yang Lana senangi, berharap mendapatkan inspirasi untuk novel yang sedang Lana kerjakan.
" Yaelah baca novel orang mulu lo na, kapan novel lo terbit?." ucap bara meledek.
" Gua gatau bar, kayanya akhir" ini lagi sulit dapet inspirasi nih " jawab ku sembari melanjutkan membaca novel.
" lah masih sumpek aja lo, kan udah di kasih kado sama Dinda hahaha " ucap nya dengan nada meledek.
Lana tak menghiraukan ledekan dari Bara. Pandangan matanya tetap berfokus pada buku novelnya. Cerita novel yang Lana baca menceritakan bersatunya insan yang sedang jatuh cinta.
" gua harap akhir kisah cinta gua sama Dinda seperti novel ini. " ucapku dalam batin.
Bel tanda jam sekolah selesai telah berbunyi. Seperti biasa, Lana mengantar Dinda pulang. Di atas sepeda Lana bercerita kepada Dinda tentang ajakan Bara untuk pergi ke suatu tempat dengan harapan menemukan hal baru yang dapat Lana tulis. Dinda hanya tersenyum tidak mengeluarkan sepatah kata apapun, Lana harap Dinda menyukai rencananya.
Esok nya pagi-pagi sekali Lana berpamitan kepada bunda untuk pergi bersama Bara, sebab hari ini hari Sabtu.
Di jalanan kota yang belum ramai penghuni jalan, Lana memacu sepeda motornya menuju rumah Bara sebagai titik kumpul pertemuan. Ternyata di sana juga ada Nusa, sepupu Bara yang Lana kenal. Rambut gondrong bergelombang dengan sedikit brewok sudah menjadi ciri khas dari Nusa. Lana mengetahui sedikit latar belakang nya, ia adalah salah satu ketua organisasi pegiat alam yang cukup terkenal di Indonesia.
" eh na, apa kabar lo " ucap Nusa menyapa.
" Baik bang heheh" jawab ku.
Kami ngobrol sejenak mencairkan suasa agar tidak ada rasa canggung, sebab Lana jarang bertemu Nusa walaupun hanya sesekali.
Akhirnya Lana, Nusa dan Bara memulai perjalanan mengendarai sepeda motor menuju tempat yang sangat terpencil di kaki gunung, yang letaknya cukup jauh dari rumah Bara. Kali ini Lana berboncengan dengan Bara, Lana yakin sepeda motor tuanya tak sanggup melitasi jalanan yang menanjak khas pegununungan. Di sisi jalan , gedung bertingkat menjelma menjadi pepohonan dan hawa panas perkotaan menjelma menjadi hawa sejuk pegununungan. Lana menikmati suasana khas pegunungan ini, hingga akhirnya Lana, Nusa dan Bara tiba pada sebuah rumah bambu yang jauh dari tetangga di dekat aliran sungai yang jernih ini. Di depan rumah tersebut hanya ada seorang laki-laki paruh baya sedang duduk sembari menikmati rokok kreteknya. Karna medan yang tidak memungkinkan untuk di lewati, Lana, Nusa dan Bara menitipkan sepeda motornya pada laki-laki paruh baya tersebut. Dari sini Lana,Nusa dan Bara harus berjalan kaki menyusuri aliran sungai. Langkah demi langkah telah terlewati. Lana merasa hati dan fikirannya merasa lebih tenang jika berada di sini.
Tibalah mereka pada sebuah air terjun yang indah, dengan biasan air yang menimbulkan pelangi di tengah nya. Mata Lana tak berkedip sama sekali begitu pun mulutnya yang tak berucap karna berada di surga yang tersembunyi. Sontak saja mereka melepas baju dan berenang di bawahnya ,mereka juga menyelam ke dasar sungai yang terlihat sangat jernih. Kali ini Lana merasa bebas, sebebas burung yang terbang di langit.
Setelah di rasa cukup puas berenang di air terjun, kini mereka menyeduh kopi agar menjadi penghangat badan. Mereka juga menyempatkan memancing ikan, karna perut yang mulai lapar. Tak menunggu begitu lama mata pancing dengan umpan cacing di makan ikan yang cukup besar, bergegas mereka membakar ikan hasil tangkapan tersebut.
" Bang, tau tempat kaya gini dari mana?" tanya ku.
" Dulu waktu KKN itu pun gak di sengaja karna gua penasaran sama air sungai yang jernih ini , jadi gua ikutin deh sampe ketemu air terjun ini. " jawab Nusa sembari membalik ikan.
Tak lama ikan yang di bakar, telah matang. Aroma ikan yang menusuk hidung membuat Lana ingin segera memakannya.
" Ternyata daging ikan ini lebih manis dari yang pernah gua coba sebelumnya. " bisik batinku.
Tak terasa hari telah menjelang malam. Mereka berjalan pulang ke rumah bambu untuk mengambil sepeda motornya.
" Hari sudah gelap, kabut pun sudah mulai turun lagi pula di sepanjang jalan tidak ada lampu penerangan lebih baik bermalam saja dulu disini esok baru pulang ." ucap bapak paruh baya.
Nusa tidak keberatan dengan tawaran laki-laki paruh baya tersebut, begitu juga dengan Lana dan Bara. Mereka pun memutuskan untuk bermalam semalam di rumah tersebut.
Dalam gelap malam hanya cahaya lampu neon kecil yang menerangi. Lana duduk di sebuah kursi anyaman bambu, sembaru merokok dan terdiam. Lana sedang tidak melamun tetapi sedang memanfaatkan waktu untuk menenangkan pikiran.
" Kok belum tidur nak? " ucap bapak paruh baya mengagetkan ku.
" iya pak gabisa tidur, eh pak sepertinya bapak sama bang Nusa sudah keliatan akrab ya pak?" tanyak ku.
Bapak itu menjelaskan bahwa dulu Nusa dan beberapa kawannya sudah pernah menginap di sini beberapa hari, untuk praktek kuliah nya. Lampu yang di aliri listrik ini adalah hasil dari kerja keras Nusa dan kawannya selama ini. Mereka berhasil membuat kincir air yang di letakan di belakang rumah ini. Ia juga menjelaskan jika istrinya telah meninggal cukup lama dan anak nya sedang merantau di luar kota,hari-hari nya hanya makan seadanya tak jarang bahkan tidak makan sama sekali. Malam pun bertambah larut Lana dan laki-laki paruh baya tersebut akhirnya memutuskan masuk kedalam dan tidur .
Malam berganti pagi, Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Ucapan terimakasih kepada laki-laki paruh baya tersebut menjadi kalimat terakhir pada sebelum mereka pergi. Di perjalanan pulang, hati Lana seketika di fikirannya muncul sebuah ide.
" gimana kalau gua tulis sebuah artikel tentang surga tersembunyi itu ya , agar banyak wisatawan yang dateng. Lumayan kan bisa sebagai ladang uang untuk bapak itu?" ucapku dalam batin.
Lana mencoba untuk memikirkannya nanti saat pulang.
Akhirnya mereka tiba di rumah Bara, karna besok harus sekolah Lana langsung berpamitan kepada Nusa dan Bara untuk pulang ke rumah.
Selamat Siang kota.
Selamat Siang Bunda.
Selamat Siang Dinda.
Aku rindu akan macet mu.
Aku rindu akan teriakan mu di pagi hari.
Aku rindu akan contekan mu saat ujian, Aku juga rindu akan senyum mu Dinda.
Di atas sepeda motor dengan balutan jaket pemberian Dinda, Lana mendapat sesuatu yang baru, entahlah setelah perjalanan kemarin Lana lebih bersyukur atas keluh kesah nya di hari-hari sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments