Bab 19. Pendaki Hilang.

Beberapa hari telah berlalu, Aku duduk bersantai dengan rokok di jemariku serta buku novel yang kubaca untuk menghilangkan rasa gelisahku ke Dinda. Seketika pandangan ku mengarah ke ponselku yang tidak menampilkan notif apa-apa. Sejak kemarin setelah keberangkatan Dinda mendaki gunung, kini tidak ada pesan singkat darinya. Rasa rindu dan cemas kini menjadi satu.

apakah Dinda merasakan hal yang sama saat aku mendaki gunung? , atau hanya aku saja yang merasakannya? . Ucap batinnku.

Tak lama Bara pun datang dengan sepeda motornya duduk di depan ku. Melihat wajah ku Seketika Bara pun mengerti apa yang sedang ada di pikiranku.

" Tenang na, Dinda bakal baik-baik saja kok " Ucapnya menenangkan.

" iya bar, semoga " ucapku.

" Naya apa kabar bar? " imbuhku.

" Kabar baik na, gua udah sering ke rumahnya hahah " Jawabnya

Aku ikut senang ketika hubungan Bara dan Naya kian hari kian erat, akhirnya Bara menemukan pujaan hatinya. Tak lama Bang Nusa dan Bang Apoy keluar menghampiri kami.

" Gua mau bikin permainan outbond nih, buat semua kalangan. Menurut lo gimana ? " Ucap Bang Nusa.

" Gua setuju bang, Kita perlu kegiatan yang bisa di rasain semua umur agar mereka bisa menikmati juga " Ucap Bara.

Kami menyetujui rencana dari Bang Nusa. Setelah puas mengobrol serta merokok akhirnya kami pun bersiap untuk bekerja. Tak lama Bara pun datang menghampiri ku yang sedang mengontrol area air terjun.

" Na, ayo ikut gua ke kota kita beli Peralatan buat kegiatan baru " ucapnya.

Aku pun mengiyakannya ,bergegas aku turun dari batu besar di dekat air terjun menuju mobil Bang Nusa. Kami pun melaju menuju kota. Setiba kami di tempat penjual Outdoor,tiba-tiba seorang wanita memanggil Bang Nusa.

" Arum ? " Ucap Bang Nusa.

" Kamu apa kabar, udah lama gak ketamu? " Ucap Arum.

Aku tetap membelakangi mereka meskipun aku mendengar apa yang mereka bicarakan. Hingga tak lama obrolan mereka pun selesai.

" Temen abang ya ?" Ucap ku.

" Mantan gua na " jawabnya.

Aku tak berkata apa-apa ketika mengetahui Arum adalah mantan kekasih dari Bang Nusa. Kemudian kami pun lanjut memilih alat dan bahan yang akan kami beli. Cukup lama kami berada di situ karna alat dan bahan yang kami butuhkan banyak. Setelah selesai membeli, Bang Nusa mengajakku menuju kedai milih ayahnya.

Setibanya kami di depan kedai kopi. Langkah kami berjalan masuk ke dalam ruangan. Di dalam ruangan kami duduk berhadapan. Bang Nusa bercerita jika hari ini ia akan bertemu dengan seorang kawannya. Kami menunggu tidak begitu lama, ketika pesanan datang bebarengan dengan langkah kaki seorang pria yang menghampiri kami.

" Hai Nus, udah lama nunggu ya ? Ucap Kawannya.

" Hai, ndak kok santai aja " Jawab Bang Nusa.

Aku dan kawannya Bang Nusa saling berkenalan.

" Lana " Ucapku.

Aku terdiam mendengar obrolan mereka, sembari menikmati kopi,

" Kira-kira lo bisa bantu gak biar pasport gua cepet selesai " Ucap Bang Nusa.

" Bisa Nus tenang aja gampang itu " Ucap kawannya.

Seketika aku penasaran dengan ucapan Bang Nusa. Cukup lama kami mengobrol, akhirnya kami semua saling berpamitan dan beranjak pergi. Di dalam mobil menuju air terjun aku penasaran dengan ucapan Bang Nusa saat mengobrol dengan kawannya tadi.

" Bang , lagi ngurus paspor mau kemana bang ? " ucapku.

" hmmm, nanti malem aja gua ceritain na " jawabnya.

Hari telah beranjak sore , wisata air terjun telah tutup. Aku duduk di teras rumah sembari menulis artikel di blog pribadiku. Tiba-tiba Bara datang dan langsung duduk di sampingku dengan sepiring mie yang habis di buatnya.

" Lo lama amat tadi na " ucap Bara.

" Tadi mampir ke kedai kopi paman lo dulu bang nusa ketemu temennya " Jawabku.

Tak lama, Bang Nusa dan Bang Apoy pun keluar dan duduk di teras rumah.

" Kayanya gua mau lanjut kuliah S2 di Singapore nih " ucap Bang Nusa.

Aku dan Bara terkejut mendengar ucapan Bang Nusa yang sangat tiba-tiba.

" Kapan Bang? Kok dadakan amat ? " ucapku.

"Bulan ini sih , Harusnya gua udah lama buat ngerencanain ini , tapi waktu itu gua masih ragu sama rencana gua " jawabnya.

" Gua titip tempat ini ke kalian " imbuhnya.

Ada rasa sedih dan senang ketika mendengar ucapan Bang Nusa. Seketika aku teringat dengan cerita Bara waktu lalu, tentang kisah cinta Bang Nusa. Aku mengerti jika hidup adalah tentang belajar untuk menjadi lebih baik . Kami pun mendukung dengan cita-cita Bang Nusa. Begitu juga dengannya yang selalu mendukung kami untuk meraih cita-cita.

Malam pun datang, tetapi kami tetap pada tempat duduk di teras rumah.

" Tempat ini akan menjadi sebuah kenangan bagi kita semua, begitu juga dengan rumah ini. Setelah sepeninggal bapak paruh baya itu, rumah ini di wariskan kepada kita. Memang tidak bisa di sebut rumah dengan dinding dari anyaman bambu tapi aku yakin kalian nyaman di dalamnya " Ucap Bang Nusa.

Aku mengerti arti dari ucapan Bang Nusa. Untuk membuat suasana semakin erat kami bernyanyi bersama, hingga larut malam. Setelahnya satu persatu dari kami masuk ke dalam untuk istirahat begitu juga denganku.

Aku terbangun di pagi hari dengan Bara yang telah pergi menemui pujaan hati. Akupun berjalan keluar untuk menghirup udara pagi. Tak lama Bang Nusa duduk di sampingku. Ketika aku dan Bang Nusa sedang asik mengobrol, Bara pun datang dengan sepeda motornya. Tak lama Bang Apoy mengabariku jika telah hilang seorang pendaki di Gunung Kembang. Sontak saja, aku panik mendengar kabar tersebut.

" Lu dapat kabar dari mana bang " Ucapku.

" Dari grub pecinta alam nih " Jawab Bang Apoy.

Bergegas aku masuk kedalam mengambil ponsel ku. Aku mencoba menelpon Dinda belasan kali akan tetapi nomernya tidak aktif. fikiran ku kacau, aku tak mengerti harus berbuat apa.

" Tenang dulu na, sebentar biar gua telpon dulu teman gua yang ada di Basecamp sana "

Beberapa kali bang Nusa menelpon temannya namun tak ada jawaban sama sekali, begitu juga dengan Bang Apoy yang sedang memastikan kabar tersebut. Hingga akhirnya ponsel Bang Nusa berdering, setelah pembicaraan tersebut ia memberi kabar jika telah hilang dua pendaki mahasiswa perempuan bernama Dinda dan Andin. Tanpa pikir panjang aku langsung mengemasi barang ku untuk menuju ke Wonosobo.Begitu juga dengan Bara, Bang Apoy dan Bang Nusa juga segera mengemasi barang nya untuk ikut denganku. Sebelum pergi Bang Nusa menitipkan wisata ini kepada tiga kawannya dan warga setempat selama kami pergi.

Kami menuju menggunakan mobil, di perjalanan hati ku tak karuan, apa yang aku takutkan selama ini menjadi kenyataan. Aku hanya diam di dalam mobil, Bara dan yang lainnya mencoba menenangkan ku.

Dinda aku tau kamu kedinginan.

Aku tau kamu Kelaparan.

Aku tau kamu ketakutan.

Tahan sebentar ya sayang.

Aku segera menuju ke sana. Ucap Batinku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!